공유

Ngidammu Absurd, Sayang!

작가: Perarenita
last update 최신 업데이트: 2025-01-13 23:02:00

Hari-hari setelah "jalan-jalan" keliling komplek, Hasan mulai menyadari perubahan kecil pada Rosa. Kalau sebelumnya Rosa suka bercanda, sekarang tingkahnya makin sulit ditebak. Bahkan, Hasan sampai bingung bagaimana menghadapi permintaan istrinya yang kadang terdengar absurd.

Pagi ini, Hasan baru saja selesai menyiapkan sarapan. Ia melihat Rosa duduk di meja makan dengan wajah cemberut.

"Sayang, kenapa cemberut pagi-pagi begini? Sarapan dulu, aku udah bikinin roti isi keju favorit kamu," kata Hasan sambil meletakkan piring di depan istrinya.

Rosa melirik roti itu sekilas, lalu mendorongnya menjauh. "Nggak mau, Mas. Aku lagi nggak pengen makan itu."

Hasan mengerutkan dahi. "Terus, kamu pengen makan apa, Sayang? Bilang aja, nanti aku carikan."

Rosa memandang Hasan dengan tatapan penuh harap. "Aku pengen makan semangka, Mas."

"Semangka? Oke, gampang. Nanti aku ke pasar beli semangka."

"Bukan semangka biasa, Mas. Aku pengen semangka yang bentuknya kotak."

Hasan langsung terdiam. "Semangka
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Kusembunyikan Identitas dari Mertua   END~Identitas baru

    Gudang itu mendadak terasa sempit. Udara malam yang tadinya dingin kini berubah jadi beban yang menyesakkan dada Mia. Marco berdiri diam, tapi kehadirannya cukup untuk membuat semua rencana yang Mia susun selama berminggu-minggu terasa rapuh."Kau... seharusnya mati," gumam Mia, matanya masih belum bisa lepas dari wajah pria yang berdiri dalam gelap.Marco mengangkat alis. "Dan kau seharusnya tidak mengkhianati orang yang pernah menyelamatkanmu dari neraka."Kilatan kenangan menghantam Mia seperti ombak. Gambar-gambar samar tentang malam itu di Albania—api, darah, dan pelarian—melintas begitu cepat di kepalanya. Marco telah menyelamatkannya… dan dia, pada akhirnya, membiarkannya terbakar bersama rahasia yang terlalu berbahaya untuk diungkap."Apa yang kau inginkan?" suara Mia bergetar, tapi ia mencoba menyembunyikannya dengan sikap dingin.Marco mendekat, langkahnya tenang namun mengancam, hingga jarak mereka hanya tinggal satu meter. Dari dekat, luka-lukanya lebih jelas. Bekas bakar

  • Kusembunyikan Identitas dari Mertua   Kedatangan Marco

    Suara sepatu para petugas berseragam bergema di dalam apartemen kecil itu, menciptakan ketegangan yang semakin menyesakkan. Lampu gantung berayun pelan akibat pintu yang didobrak paksa beberapa detik sebelumnya. Hasan berdiri kaku, wajahnya penuh amarah, sementara Mia berusaha keras mempertahankan ketenangannya.Rosa melangkah masuk, senyumnya lebar, namun dingin. Tatapan matanya menyorot tajam, seolah mengukur setiap inci dari ekspresi Mia dan Hasan. Di belakangnya, dua petugas tetap siaga, senjata mereka mengarah tanpa goyah."Kau pikir bisa mengendalikanku, Mia?" Rosa berkata pelan, hampir berbisik, namun cukup jelas untuk membuat ruangan itu terasa lebih dingin.Mia mendongak, menatap Rosa tanpa gentar. "Aku tidak pernah mencoba mengendalikanmu, Rosa. Aku hanya memastikan kau tidak bisa mengendalikanku."Rosa tertawa pelan, langkahnya mendekat hingga berdiri hanya beberapa meter dari Mia. "Kau pintar. Itu yang membuatmu menarik. Tapi sayangnya, permainan ini bukan tentang siapa ya

  • Kusembunyikan Identitas dari Mertua   Ini Belum Usai, Mia!

    Suasana di ruang kerja Hasan begitu tegang hingga udara pun terasa berat. Lampu gantung bergoyang pelan, menciptakan bayangan samar di dinding, seolah menjadi saksi bisu dari pertemuan yang penuh intrik ini.Mia berdiri tegak di depan Rosa dan Hasan, sorot matanya tajam seperti pisau yang siap menebas. Dengan penuh keyakinan, dia melempar flashdisk kecil ke atas meja. Bunyi benturan kecilnya terdengar nyaring di ruangan yang hening, membawa pesan yang tak perlu dijelaskan dengan kata-kata.“Di dalamnya ada semua bukti untuk menghancurkan kalian,” ucap Mia, suaranya tenang namun penuh tekanan. “Tapi aku tidak datang untuk mengancam. Aku datang untuk membuat kesepakatan.”Rosa mengangkat alisnya, lalu tertawa pelan. Suaranya bergema lembut di ruangan itu, namun ada nada tajam yang tersembunyi di balik tawa itu. "Kesepakatan? Kau pikir kau masih bisa mengendalikan permainan ini, Mia?" Dia melangkah pelan mendekat, tatapan matanya menusuk. "Kau lupa siapa yang memegang kendali."Mia tak b

  • Kusembunyikan Identitas dari Mertua   Pemenang yang Tak Terduga

    Mia menatap punggung Rosa dan Hasan yang perlahan menghilang di balik pintu gudang. Napasnya terengah, bukan karena kelelahan fisik, melainkan karena beban pikiran yang menghimpit dadanya. Ruangan itu terasa semakin sempit, meski hanya dia dan dua pria berjas hitam yang masih berdiri di sana. Mereka mengawasinya seperti dua bayangan gelap tanpa emosi.Mia mengusap keringat di pelipisnya, mencoba menenangkan diri. Ini belum selesai. pikirnya. Justru permainan baru saja dimulai.Keesokan harinya, Mia kembali ke rumah sakit tempat Farid dirawat. Aroma antiseptik menyambutnya saat ia melangkah di koridor yang sunyi. Langkah kakinya mantap, meski di dalam hatinya berkecamuk badai. Farid masih terbaring lemah di ruang perawatan VIP, infeksi alat kelaminnya membuatnya tak berdaya.Saat Mia membuka pintu kamar, Farid menoleh pelan. Wajahnya pucat, namun matanya penuh kecurigaan.“Kau datang lagi,” gumam Farid dengan suara serak.Mia memaksakan senyum, mendekatinya sambil membawa nampan kecil

  • Kusembunyikan Identitas dari Mertua   Bukti Nyata

    Pintu gudang terbuka lebar, dan di ambang pintu berdirilah Rosa, menatap mereka dengan ekspresi dingin namun penuh kemenangan. Dua pria berjas hitam berdiri di belakangnya, wajah mereka tanpa emosi."Lama tidak bertemu, Mia."Mia membeku. Jantungnya berdegup kencang saat ia mencoba membaca situasi. Ini bukan sekadar pertemuan biasa. Ini adalah perang.Hasan berdiri di sebelah Mia, ekspresinya tak terbaca. Dia tampak tenang, tapi Mia tahu otaknya pasti sedang bekerja keras mencari jalan keluar.Rosa melangkah masuk, suara sepatu hak tingginya menggema di dalam ruangan. “Aku sudah menunggumu, Mia. Aku tahu cepat atau lambat kau akan mencoba melarikan diri.”Mia mencoba tersenyum tipis, meski dalam hatinya dia tahu dia sedang dikepung. “Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, Rosa.”Rosa terkekeh, matanya bersinar tajam. “Kau tidak perlu berpura-pura. Aku sudah menyelidikimu sejak awal.”Mia menelan ludah, tapi dia tetap menjaga ketenangannya. “Lalu kenapa kau tidak langsung bertindak?”R

  • Kusembunyikan Identitas dari Mertua   Rosa Datang

    Mia menatap Hasan dengan napas tertahan. Ruangan itu terasa semakin sempit, udara semakin berat. Hasan masih menggenggam ponselnya, suara di seberang menunggu jawabannya.“Serahkan Mia, dan kita bisa menyelesaikan ini tanpa perlu darah.”Mia menelan ludah. Ini adalah saat yang menentukan.Hasan menutup matanya sesaat, lalu menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata, “Tidak semudah itu.”Mia nyaris tidak bisa percaya. Dia… membelanya?Orang di seberang telepon tertawa pelan. “Kau masih terlalu lunak, Hasan. Ini bukan soal seberapa mudah atau sulitnya. Ini soal kepentingan. Kau tahu siapa yang ada di balik semua ini, kan?”Hasan tidak menjawab, hanya mengepalkan tangan.Mia merasakan ketegangan di ruangan itu semakin meningkat. Ini lebih besar dari yang dia bayangkan.Suara di telepon melanjutkan, lebih dingin dari sebelumnya. “Kau punya waktu sampai besok pagi. Jika kau tidak menyerahkannya, aku tidak bisa menjamin keselamatan kalian berdua.”Klik. Sambungan terputus.Mia mencoba m

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status