Kusembunyikan Identitas dari Mertua

Kusembunyikan Identitas dari Mertua

last updateLast Updated : 2025-02-05
By:  PerarenitaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
69Chapters
3.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Awalnya lancar sekali mereka menghinaku. Namun, sesaat kemudian mereka diam dan tak berkutik saat mereka tahu bahwa aku .... "A-apa! Jadi motor ini milik Rosa?" "Sial!" "Jadi ... menantuku ...."

View More

Chapter 1

Lidah Mertuaku

"Hasan! Mana istri kamu? Jam segini kok belum bangun!" teriak Bu Wati.

Wanita paruh baya itu baru saja bangun dari tidurnya. Jam telah menunjukkan pukul 7.30 pagi, tetapi kedua matanya tidak menangkap sosok perempuan yang hampir satu minggu ini sudah menjadi menantunya. Bu Wati berjalan ke dapur sambil mengikat rambut pendeknya, tetapi saat sampai di dapur kedua matanya terbelalak melihat Rosa, sang menantu, tengah berdiri di depan kompor sambil mengaduk sayur yang ada di dalam kuali.

"Kenapa Bu, bangun tidur kok teriak-teriak?" tanya Rosa seraya berbalik badan dan tersenyum menatap Ibu Mertuanya.

Sontak Bu Wati jadi salah tingkah dibuatnya, ia kira menantunya itu masih molor tapi ternyata sudah berkutak di dapur. "Nggak," jawabnya acuh lalu masuk ke kamar mandi yang ada di sebelah dapur.

Rumah ini terbilang cukup dan sangat sederhana bagi Bu Wati dan keluarganya, tetapi tidak untuk Rosa, wanita itu sangat sengsara tinggal di rumah kecil bersama ipar dan para keponakan serta mertua yang masih lengkap. Namun, tidak ada yang bisa diperbuat olehnya selain menerima dan belajar hidup sederhana.

"Rosa," panggil Hasan yang sudah rapi dengan seragam Securitynya.

"Iya, Mas? Kenapa?"

"Aku pergi dulu."

"Nggak sarapan dulu? Ini sayurnya sebentar lagi masak, lo."

"Tapi ini sudah siang, kenapa kamu tidak bangunkan aku?"

"Yaaa ... aku kira kamu kelelahan, jadi aku tidak mau mengganggu tidurmu."

"Tapi aku harus kerja, Sa."

"Yaelah, kerja di ka--"

Rosa menggantung ucapannya sebab Bu Wati telah keluar dari kamar mandi menatap sinis Hasan yang sudah rapi dengan seragam kerjanya. Bu Wati menatap sekilas putra bungsunya itu lalu pergi ke meja makan yang di sana sudah ada beberapa lauk hasil masakan Rosa. 

"Kalo kerja tu yang semangat, San! Bangun pagi sebelum ayam berkokok. Ini matahari sudah tinggi baru mau berangkat, rezekymu dipatok ayam baru tahu rasa!" omel Bu Wati seraya duduk di meja dan mencubit sepotong ayam goreng buatan Rosa.

Hasan tak menjawab, lelaki itu hanya diam saja tanpa mengidahkan ucapan orang tuanya. "Aku pergi dulu, habis ini mandi dan jangan capek-capek ya," ujar Hasan lalu mencium kening istrinya tanpa perduli ada Bu Wati yang menatap ilfil kearahnya.

"Sarapan dulu, Mas," ulang Rosa.

"Nanti sarapan di tempat kerja saja."

"Ya sudah kalau begitu tunggu dulu sebentar," ucap Rosa lalu pergi ke bagian rak piring dan mengambil wadah nasi untuk dibawa kerja suaminya.

"Hasan-Hasan, jadi lelaki kok klemar-klemer! Contoh Kakakmu itu, kerja getol gaji besar, enak hidupnya."

'Hidup enak kok masih numpang sama Ibu,' ucap Hasan. Namun, sayangnya kata itu hanya mampu ia ungkapkan di dalam hati.

Tak ada keberanian bagi Hasan untuk menjawab apa lagi membalas omelan Ibunya. Lelaki itu hanya mampu diam dan mendengarkan, sebab ia tahu dan sadar bahwasannya dirinya belum mampu untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Apalagi dengan pekerjaannya yang hanya seorang Security, tentu hal itu berbanding jauh dengan kedua Kakaknya yang seorang Manajer disebuah perusahaan ternama yang ada di Kota Palembang ini.

"Eh ... eh ... enak saja," kata Bu Wati seraya menepis tangan Rosa yang mengambil satu potong paha ayam goreng yang ada di hadapannya, "ayam-ayam ini bukan untuk Hasan, tidak ada bagian untuk kalian!" ucapnya, lalu mengambil paksa ayam yang ada di tangan menantunya.

"Inget ya! Kalian itu tidak ada apa-apanya di bandingkan Farid dan Rohim yang sudah bekerja keras! Ayam-ayam ini khusus, hanya untuk pegawai kantoran, bukan untuk seorang Security macam suami kamu!" omel Bu Wati.

Rosa menatap bingung ke arah Bu Wati sebab dari pagi yang berbelanja dan mengolah ayam ini adalah dirinya, bahkan uang yang digunakan untuk membeli ayam itu adalah uang pemberian suaminya, bukan uang dari Farid atau pun Rohim anak kebanggaannya.

"Kenapa lihat saya begitu? Kamu tidak suka suami kamu diperlakukan tidak adil? Ya itu salahnya sendiri, jadi anak kok tidak becus, tidak pernah kasih uang keorang tua dan tidak ada keinginan untuk membahagiakan orang tua padahal saya sudah capek-capek membesarkannya!" omel Bu Wati tanpa perduli bagaimana perasaan putra bungsunya itu.

"Sayang, aku pergi dulu," ucap Hasan, tanpa mengidahkan omelan Ibunya.

Lelaki itu langsung pergi meninggalkan Ibu dan juga istrinya yang masih memegang kotak nasi. Sayangnya kotak nasi itu tidak boleh diisi dengan lauk enak yang sudah di masak oleh istrinya. Hasan pergi dengan perasaan hancur, tetapi ini bukan yang pertama untuk lelaki itu. Bagi Hasan, omelan Sang Bunda adalah penyemangat di pagi hari.

"Bu ... dia anakmu, kenapa tega bicara seperti itu?" ucap Rosa yang tak mengerti apa isi kepala Ibu dari suaminya ini.

"Heh! Perawan Tua! Sudah beruntung saya nikahkan kamu sama anak saya! Coba kalau tidak, sampai sekarang kamu pasti belum menikah! Mana ada lelaki yang mau nikah sama Perawan Tua seperti kamu!" hardik Bu Wati, seraya menatap sinis wajah menantunya.

Rosa tak menyangka, wanita yang baru satu minggu ini di kenalnya, ternyata memiliki mulut yang sangat luar biasa. Hinaan dan cacian terus terlontar dari mulutnya, padahal hari masih pagi dan cuaca begitu cerah. Hatinya terasa panas bila didengarkan, tetapi wanita yang berusia tiga puluh lima tahun itu tak mau ambil pusing, sebab ia rasa mungkin saja ini baru permulaan dan mereka belum mengenal satu sama lain.

'Lihat dan tunggu saja, kamu akan tahu siapa Perawan Tua yang selalu kamu hina ini, Bu.'

"Kenapa malah bengong? Mana kopi susu untuk saya?" 

"Kopi susu tidak ada, Bu. Adanya teh."  

"Ya beli di warung kalau tidak ada! Gitu aja kok repot!" 

"Saya masih masak. Orang di rumah ini ada banyak bukan hanya saya. Menantu Ibu ada dua dan mereka belum pada bangun. Kenapa Ibu hanya mengomel pada saya?" ungkap Rosa yang mulai tersulut emosi. 

Glontang-glontang. 

Suara sutil dan kuali bertabrakan. Sengaja Rosa mengaduk masakannya dengan menimbulkan kebisingan, sebagai tanda bahwa dia sedang memasak bersamaan dengan rasa kesal yang membuncah. Selama tiga puluh lima tahun wanita itu hidup dengan kedamaian, tanpa ada yang mengomel apa lagi menghina dirinya. Namun, setelah melepas masa lajang, Rosa seperti mendapat rasa baru dalam hidupnya. Bagaimana tidak, dirinya memiliki Ibu Mertua yang suka mengomel. 

"Heh! Perawan Tua! Bisa masak tidak? berisik sekali?" 

Rosa hanya diam, tak ada niat untuk menjawab. Meladeni ucapan wanita tua itu sama saja membuang-buang energinya. Namun, apa itu Rosa bila dirinya terus di hina akan tetap diam? Wanita tangguh itu tak akan gentar hanya karena sebuah hinaan. 

"Pagi, Ibu ...," ucap Tiara, kakak ipar tertua Rosa, "kenapa Ibuku yang cantik ini kok pagi-pagi sudah pasang wajah cemberut?" lanjutnya. 

"Ini lo, nggak suami, nggak istri mereka sama saja! Sama-sama lelet, klemar-klemer!" 

Degh! 

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
KarRa
Bu Wati tipe-tipe mertua yang halal buat dihujat ngak, sih??
2025-01-03 15:11:17
2
user avatar
Perarenita
Assalamualaikum, ini cerita pertamaku, semoga kalian suka... Salam kenal, yah ...
2025-01-02 07:33:00
1
69 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status