Home / Romansa / Kutukan Mantan Terindah / Skandal yang Terbuka

Share

Skandal yang Terbuka

Author: Syamwiek
last update Last Updated: 2025-04-20 09:31:50

Waktu di cafe terasa melambat. Zain dan Zura—begitu perempuan itu menyebut dirinya hari ini—tidak lagi sekadar duduk bersama. Mereka larut dalam obrolan. Aneh, karena keduanya bukan tipe yang mudah terbuka. Tapi entah kenapa, bersama orang asing ini, mereka merasa aman.

“Aku baru batal nikah,” kata Zain, terdengar santai. Tapi Zura bisa menangkap nada getir di ujung kalimatnya.

Zura menoleh. Alisnya naik. “Baru aja batal? Maksudnya— minggu ini?”

Zain tertawa pendek. “Tiga hari lalu. Tunanganku selingkuh di kantornya sendiri.”

Zura terdiam sejenak. “Kamu lihat sendiri?”

Zain mengangguk. “Aku datang buat bilang kalau jadwal fitting baju pengantin dimajukan. Tapi ternyata dia udah fitting emosi duluan—sama pria lain. Di ruang kerjanya.” Dia tersenyum hambar. “Klasik banget, ya?”

Zura menelan ludah. Entah kenapa, dia merasa sedikit bersalah, walaupun dia bahkan baru kenal Zain. Rasanya tidak wajar pria ini bisa bercerita setenang itu setelah mengalami kejadian seperti itu.

“Maaf,” gumamnya pelan.

Zain hanya mengangkat bahu. “Udah lewat.”

Zura kembali mengaduk cokelat panasnya yang sudah tinggal setengah. Suasana kembali hening. Tapi dia merasa perlu membalas keterbukaan Zain.

“Aku juga kabur hari ini. Dari acara perjodohan.”

Zain langsung menoleh. “Serius?”

“Iya. Orang tuaku pikir hidup itu soal koneksi. Hari ini aku dijadwalkan ketemu calon suami pilihan mereka. Tapi aku kabur dan malah masuk ke sini.”

Zain tertawa kecil. “Jadi kamu lebih pilih kabur daripada ketemu ‘calon masa depan’?”

Zura mengangguk sambil tersenyum. “Iya, sama seperti yang kulakukan setiap kali mereka coba jodohin aku.”

“Kamu keren dan agak gila juga,” kata Zain.

“Aku akui, iya. Tapi aku bakal terus begitu sampai mereka berhenti maksa jodohin aku sama anak rekan bisnisnya.”

Mereka diam lagi. Namun, hanya sesaat.

“Untuk dua orang asing yang lagi berantakan tapi masih berusaha tetap waras.” Zain tiba-tiba mengangkat cangkir kopinya.

Zura ikut mengangkat cangkir. “Cheers.”

Entah kenapa, pertemuan di cafe itu membuat Zain merasa sedikit lebih berani.

Siang itu, dia telah meminta timnya mengatur konferensi pers di Hotel Juhar.

Di sana, para jurnalis sudah berkumpul. Suasana riuh. Kamera menyala. Mereka semua menunggu pernyataan resmi tentang gosip yang menyebar sejak beberapa hari lalu.

Pak Gunawan, sekretaris pribadi keluarga Juhar yang sudah bekerja lebih dari dua puluh tahun, berdiri bersama Ibu Saskia Rieka, pengacara keluarga.

“Terima kasih kepada semua media yang hadir. Kami akan membacakan pernyataan resmi dari keluarga besar Juhar terkait pemberitaan yang beredar sejak minggu lalu,” ucap Pak Gunawan tenang, tapi tegas. “Dengan berat hati, kami sampaikan bahwa acara pernikahan antara Bapak Zain Virendra Juhar dan Ibu Maretta Avila tidak akan dilangsungkan seperti yang telah direncanakan.”

Suasana ruangan langsung riuh. Wartawan mulai berebut mengangkat tangan dan menyalakan perekam suara. Tapi Pak Gunawan mengangkat tangannya, meminta agar pernyataan diselesaikan lebih dulu.

Ibu Saskia melanjutkan dengan suara tegas dan jelas.

“Keputusan ini diambil setelah pertimbangan panjang. Karena isu ini sudah menyebar luas dan banyak informasi tidak akurat, kami merasa perlu memberikan klarifikasi agar tidak muncul spekulasi lebih jauh.”

Dia menarik napas sebentar, lalu lanjut bicara.

“Pembatalan pernikahan ini disebabkan oleh pelanggaran komitmen dari pihak Ibu Maretta Avila. Kami memiliki bukti yang kuat bahwa yang bersangkutan melakukan perselingkuhan. Ini bertentangan dengan nilai yang dijunjung oleh keluarga Juhar.”

Ruangan langsung hening. Kamera yang tadinya ramai jadi lebih hati-hati. Banyak jurnalis terlihat kaget. Ada yang langsung menulis berita, ada yang masih tercengang.

“Kami memiliki bukti berupa rekaman dan saksi mata yang melihat kejadian itu langsung. Kami tidak akan membagikan detail lebih jauh demi menjaga privasi semua pihak. Tapi keputusan ini sudah final dan tidak akan diubah.”

Pak Gunawan melanjutkan, dengan nada datar namun terdengar kecewa.

“Bapak Zain memilih untuk tidak memberikan komentar secara langsung. Beliau akan fokus pada pemulihan pribadi dan tanggung jawab profesionalnya.”

Beberapa wartawan mengajukan pertanyaan:

Apakah benar Maretta selingkuh dengan rekan bisnis Zain?

Apakah pernikahan mereka hanya bagian dari strategi merger perusahaan?

Jawaban yang diberikan selalu sama: “Kami tidak akan menanggapi spekulasi yang tidak berdasar.”

Satu hal kini jelas: pernikahan yang disebut-sebut sebagai ‘wedding of the year’ resmi batal. Dan semua orang tahu alasannya.

Zain menonton konferensi itu lewat televisi. Lalu dia mematikannya.

Pikirannya melayang. Entah kenapa, dia teringat pada seseorang dari masa lalu.

Ucapan dari orang itu terngiang lagi.

“Suatu hari nanti, kamu akan tahu rasanya dikhianati orang yang kamu percaya. Saat kamu sayang banget sama seseorang—dia justru akan nyakitin kamu.”

Dulu Zain menganggap ucapan itu berlebihan. Keluarganya rasional, tidak percaya takhayul.

Tapi sekarang, setelah semua yang terjadi dengan Maretta— dia mulai bertanya-tanya.

“Omong kosong,” gumamnya.

Zain menarik napas panjang. Tapi wajah gadis itu kembali muncul dalam pikirannya.

Akhirnya, Zain membuka ponselnya dan menulis pesan pendek:

📤Zain: “Hai, lama nggak ketemu. Udah hampir lima tahun, ya. Gimana kabarmu? Terakhir kali kita ketemu, aku bikin kamu nangis. Bisakah kita ketemu lagi?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (29)
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Mareta udah gak ada muka nih di depan publik. Udah gagal nikah, terus di umumkan neng selingkuh lagi
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Klau udah kejadian baru ingat sama masa lalu yang menyakitkan ya zain. Karma itu zain, kalau kamu udah menyakiti orang lain, ada kemungkinan kamu akan tersakiti balik
goodnovel comment avatar
mar yati
seperti nya karma itu nyata ya Zain
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kutukan Mantan Terindah   Ekstra Part 1

    Apartemen Zain dan Zura di pagi hari sudah dipenuhi suara-suara yang tidak asing lagi. Alvaro yang kini berumur tiga bulan telah menjadi magnet bagi para kakek dan neneknya. Hari ini, seperti hari-hari sebelumnya, dimulai dengan "perebutan" halus antara Opa Barra dan Kakek Ravi melawan Mami Narumi dan Amma Gista."Alvaro, lihat Opa. Opa bawain mainan baru," kata Opa Barra sambil mengeluarkan rattle berwarna-warni dari kantong belanjanya. "Ayo main sama Opa.""Eh, kemarin kan Opa udah gendong duluan," protes Mami Narumi sambil menghampiri cucu kesayangannya. "Sekarang giliran Mami."Kakek Ravi tidak mau kalah. "Alvaro, Kakek bawa boneka panda. Main sama Kakek aja ya.""Kakek Ravi, dia masih bayi," tegur Amma Gista sambil tertawa. "Belum bisa main mobil-mobilan."Alvaro yang sedang berbaring di bouncer-nya hanya menatap dengan mata bulatnya yang jernih, sesekali mengeluarkan suara "aaa" dan "ooo" seolah memahami perdebatan para orang tuanya.Zain dan Zura yang sedang sarapan di meja mak

  • Kutukan Mantan Terindah   Kelahiran Putra Mahkota

    Hari begitu cepat berlalu. Kini, di tengah malam yang sunyi, Zura mulai merasakan kontraksi yang berbeda dari sebelumnya. HPL masih satu minggu lagi, tapi sepertinya putranya ingin lahir ke dunia lebih cepat."Mas Zain," bisik Zura sambil mengguncang pelan bahu suaminya. "Aku rasa ini kontraksi yang beneran."Zain langsung terbangun dan duduk. "Serius? Seberapa sering?""Setiap sepuluh menit sekali," jawab Zura sambil menarik napas dalam-dalam saat kontraksi lain menyerang. "Udah sejam yang lalu."Zain langsung melompat dari tempat tidur dan menyalakan lampu. "Oke, kita ke rumah sakit sekarang. Tas hospital bag udah siap kan?""Udah, di sudut kamar," jawab Zura sambil mencoba berdiri. "Ahhh—" dia memegang perut saat kontraksi lain datang.Zain panik tapi berusaha tenang. Dia membantu Zura duduk kembali sambil menelpon sopir pribadi mereka."Pak Budi, tolong siapkan mobil. Istri saya mau melahirkan."Sementara menunggu, Zain menelpon Mami Narumi."Mami, maaf ganggu tengah malam. Zura m

  • Kutukan Mantan Terindah   Kamar Dedek Bayi

    Zain dan Zura telah membuat kamar khusus untuk putra mereka. Kamar yang didesain sendiri oleh Zura dengan nuansa hangat berwarna cream dan coklat muda. Dinding kamar dihiasi dengan wallpaper motif awan-awan putih yang lembut, sementara di sudut ruangan terdapat rocking chair kayu berwarna natural yang akan digunakan Zura untuk menyusui nanti.Perlengkapan bayi pun telah dibeli oleh Mami Narumi, Amma Gista dan Zivanya. Ketiganya setiap hari pasti datang membawa paper bag berisi perlengkapan bayi—mulai dari baju-baju mungil, popok, mainan, hingga perlengkapan mandi khusus bayi."Zura, sayang, ini Mami belikan jumper yang lucu," kata Mami Narumi sambil mengeluarkan jumper berwarna biru muda dengan gambar gajah kecil di bagian dada."Wah, bagus sekali, Mi," Zura tersenyum sambil mengelus perutnya yang sudah semakin membesar. Usia kandungannya kini menginjak 8 bulan."Amma juga bawain ini," Amma Gista menyodorkan kotak berisi sepatu bayi yang sangat mungil. "Ini sepatu prewalker, buat nant

  • Kutukan Mantan Terindah   Ya gitu deh...

    Zain dan Zura pergi ke rumah sakit untuk periksa kandungan. Zura menceritakan keanehan yang dialami oleh sang suami. Dengan sabar dan lembut dokter menjelaskan bahwa hal yang dialami Zain wajar."Jadi, Pak Zain mengalami couvade syndrome atau yang biasa disebut sympathetic pregnancy," jelas Dr. Siska sambil melihat catatan medis. "Ini kondisi yang cukup umum dialami oleh suami dari ibu hamil.""Tapi dokter, perut saya kok beneran buncit? Rasanya kayak ada yang bergerak-gerak," kata Zain sambil mengelus perutnya.Dr. Siska tersenyum lembut. "Pak Zain, dari hasil pemeriksaan fisik tadi, perut buncit bapak disebabkan oleh penumpukan lemak dan gas di perut. Bapak bilang sering makan tengah malam kan?""Iya, dok. Saya nggak bisa tidur kalau nggak makan dulu. Rasanya lapar terus.""Nah, itu dia. Ditambah bapak juga bilang jarang olahraga sejak Bu Zura hamil. Kombinasi makan berlebihan dan kurang gerak menyebabkan perut buncit."Zura mengangguk-angguk. "Pantas aja. Sejak saya dinyatakan hami

  • Kutukan Mantan Terindah   Tasyakuran Empat Bulanan

    Usia kandungan Zura telah menginjak empat bulan. Ada acara selamatan 4 bulanan. Diadakan di kediaman utama Juhar. Mami Narumi dan Amma Gista membuat acara besar dan sangat mewah."Kak Zura, kamu tau nggak? Kak Zain udah jadi bahan obrolan seluruh keluarga," kata Zivanya sambil tertawa kecil."Kenapa emangnya?" tanya Zura sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit."Dia lebih ngidam dari kamu! Tadi pagi dia minta Mami Narumi bikinin rujak buah yang ada taburan keju parut. Siapa coba yang makan rujak pakai keju?"Zura ikut tertawa. "Jangan diketawain dong. Dia udah stress sendiri dengan kondisinya.""Tapi lucu banget sih. Kemarin Amma Gista bilang, Kak Zain telepon jam 3 pagi nanya ada nggak yang jual sate padang. Katanya lagi pengen banget.""Astaga, dia nggak cerita sama aku. Kasihan banget Amma Gista.""Nggak apa-apa. Amma malah seneng, katanya lucu punya menantu yang ikut 'hamil'. Eh, ngomong-ngomong, perut Kak Zain kok makin buncit ya?"Zura menoleh ke arah dapur dimana Zain sed

  • Kutukan Mantan Terindah   Papamil

    Dua minggu setelah kabar kehamilan Zura, hal-hal aneh mulai terjadi. Bukan pada Zura—melainkan pada Zain.Pagi ini, Zain bangun dengan perasaan mual yang aneh. Dia berlari ke kamar mandi dan muntah, tepat seperti yang dialami Zura minggu lalu. Zura yang sedang menyiapkan sarapan mendengar suara muntah dari kamar mandi."Sayang! Kamu kenapa?" tanya Zura sambil mengetuk pintu kamar mandi."Aku mual," jawab Zain lemah dari dalam kamar mandi.Zura mengerutkan kening. "Jangan-jangan kamu tertular penyakitku?"Zain keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat. "Mungkin. Tapi aneh, aku nggak demam.""Udah minum obat belum? Atau mau aku buatkan teh jahe?" tawar Zura sambil menyentuh dahi Zain."Nggak usah, nanti juga hilang sendiri," kata Zain sambil berjalan ke meja makan.Tapi saat melihat nasi gudeg yang disiapkan Zura, Zain langsung menutup hidung. "Ampun, sayang. Kok baunya aneh banget sih?"Zura mencium gudegnya. "Biasa aja kok. Kemarin kamu malah minta dibuatkan gudeg.""Sekarang aku ngg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status