Share

Gagal Balas Dendam

"Aku masih bau matahari!" Aku membelot saat Bang Ayas mengajak ke kafe setelah Tante Fatma pamit pulang.

Pria itu menyugar rambut. "Jangankan bau matahari, kamu bau lumpur juga aku mau."

Gombalan receh itu membuat tawaku memburai, tapi tetap saja tidak mampu meluluhkan aku agar mengikuti ajakannya ke luar. Pasalnya, aku masih kucel, kringetan, dan mungkin juga bau asem!

"Kenapa nggak makan di sini aja?" Aku melirik lunch box yang tadi dibawa Tante Fatma, sepertinya cukup untuk makan kami berdua.

Bang Ayas menoleh ke arah pintu, di mana ada salah seorang penghuni yang baru saja masuk.

"Kamu yakin? Aku kangen kamu, loh."

Lagi-lagi aku tertawa, lalu menarik tangan pria itu ke arah dapur. Kalau hanya sebatas sini, sepertinya tidak apa-apa. Toh, ada CCTV yang memantau kami.

Lagi pula, kalau kangen memangnya mau apa? Bukankah bertemu saja sudah cukup?

Aku membuka lunch box, lalu menghidu aroma daun kemangi yang bercampur dengan cumi sambal hijau. Tante Fatma selalu tahu cara menggugah
Заблокированная глава
Продолжайте читать эту книгу в приложении

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status