Beranda / Rumah Tangga / Kyraka / Dewi Matahari dan Dewa Kegelapan

Share

Kyraka
Kyraka
Penulis: Catish13

Dewi Matahari dan Dewa Kegelapan

Penulis: Catish13
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-16 20:44:54

Langit terlihat mendung berat. Udara di Bandung pun terasa semakin dingin. Meski sudah memakai jaket tebal, Kyra masih bisa merasakan dinginnya udara yang menembus jaket hingga ke tulang-tulangnya. Ia harus segera pulang sebelum hujan turun. Ia tak bawa payung, padahal ia harus berjalan kaki 15 menit untuk tiba di apartemennya.

Ojek online? Tidak, Kyra lebih memilih untuk jalan kaki sehari-harinya. Baginya, itu buang-buang uang, sekalipun membayar 15-20 ribu tak akan membuatnya mendadak miskin. Menurutnya, jalan kaki lebih sehat.

"Loh, Neng Kyra."

Langkah Kyra terhenti, padahal baru lima langkah ia keluar dari gedung fakultas. Ia menoleh ke arah suara datang, mendapati sejumlah lelaki berkumpul. Kyra mengenal semuanya, meski mereka adalah senior-seniornya. "Halo, Aa-Aa," sapa Kyra sambil menebarkan senyumnya. Bukan karena ia perempuan kegatelan yang suka tebar pesona sana-sini, tapi ia memang seramah itu pada semua orang. Semua juga tahu bahwa Kyra seramah itu.

"Baru mau pulang, Neng? Padahal udah mau jam 5, loh. Mau dianterin, nggak?" tanya Agung, senior tahun akhir jurusan Seni Rupa itu. Kyra tahu bahwa lelaki itu memang selalu mencoba mendekatinya.

Kyra menggeleng. "Makasih, A, tawarannya. Tapi, Kyra jalan kaki aja. Biasanya juga Kyra jalan kaki, kok," jawab Kyra. "Kalau gitu, Kyra duluan, ya, Aa-Aa. Assalamu'alaikum." Kyra melambaikan tangannya, lantas melanjutkan perjalanannya.

Hari memang sudah cukup sore, tapi masih banyak mahasiswa yang masih berkeliaran di sini. Sambil melewati mahasiswa dan mahasiswi lainnya, Kyra menyapa mereka dengan sekedar anggukan kepala sambil tersenyum, atau menyapa mereka dengan menyebutkan nama. Sesekali berhenti untuk sekedar berbasa-basi. Bahkan, Kyra juga menyapa petugas kebersihan atau pekarya lainnya yang ia temui. Tak heran jika ia disebut-sebut sebagai Dewi Matahari, meski Kyra tak suka sebutan itu.

Jarak dari gedung Fakultas Desain dan Seni Rupa ke gerbang tidaklah jauh. Begitu keluar gerbang, ia berjalan di trotoar di sepanjang Jalan Ganesa yang telah sepi. Hanya ada penjual gulai di tikungan yang cukup terkenal, selebihnya ia harus berjalan di tempat yang cukup gelap dan sangat sepi, dengan pepohonan tinggi dan rimbun di kanan dan kirinya.

Sepertinya, keberuntungan sedang tidak berpihak padanya. Ia dengar, akhir-akhir ini di Jalan Ganesa setelah melewati Gultik (Gulai Tikungan), kerap terjadi musibah yang diterima mahasiswi-mahasiswi. Ada sejumlah preman yang sering berkumpul di sana yang menggoda mahasiswi yang lewat. Meski tidak terjadi hal-hal yang lebih buruk lagi, tentunya tak ada yang tahu bagaimana nasib seseorang hari itu. Banyak mahasiswi yang memilih memutar jalan, termasuk Kyra. Tapi, hari ini ia ingin cepat-cepat sampai apartemennya. Jadi, ia memilih melewati jalan ini. Dan, benar saja. Ia malah harus bertemu lima preman yang digosipkan.

"Wah, akhirnya ada cewek yang lewat," ujar salah seorang preman.

Kyra tak menggubris itu, ia bahkan terus berjalan tanpa menurunkan kecepatannya. Sebenarnya, di ujung jalan ini adalah gerbang Kebun Binatang Bandung, dan ada cukup keramaian di sana. Tapi, sepertinya tak akan ada yang tahu apa yang terjadi padanya jika tak ada yang lewat di jalan ini.

"Neng, temenin, dong," kata preman lainnya sambil berjalan mendekati Kyra, lalu menghentikan langkah Kyra. "Jangan jalan aja. Katanya, Neng yang paling ramah di kampus. Kok, kami nggak disapa?"

Kyra menatap kelima preman yang kini mengerubunginya. Tak ada satupun yang ia kenali, tapi bagaimana mereka tahu bahwa dirinya paling ramah di kampus? "Kalian mau apa?" tanya Kyra tanpa senyum, hanya tatapan sinis.

"Temenin, atuh, Neng. Bentar lagi, 'kan, malem. Cuacanya juga mendung. Dingin, 'kan? Mending sama kami, biar anget. Ya, nggak?" Preman ketiga semakin mendekat pada Kyra, bahkan ia berani mencolek dagu Kyra dengan gatal.

Plak!

"Breng*k." Kyra menepis tangan lelaki itu.

"Loh? Nggak nyangka, ternyata bisa ngomong kasar juga, ya," kata preman yang ketiga itu.

Kyra menggeram rendah. "Kalian nggak tahu berurusan sama siapa, hah?" Tak ada ekspresi ramah di wajah Kyra. Hanya ada tatapan dingin yang mengintimidasi.

"Hoi!"

Perhatian Kyra teralihkan pada seruan seorang lelaki dari arah belakangnya, arah kampusnya. Kyra memiringkan sedikit tubuhnya, lalu menoleh ke sana. Ia melihat seorang lelaki dengan pakaian warna gelap, rambut panjang yang dikuncir setengah di belakang, dan memiliki aura yang terasa gelap dan kelam. Saat diamati baik-baik, Kyra ingat wajah itu. Dia senior di fakultas lain, tapi sangat terkenal se-institut ini. Dia Dewa Kegelapan, Raka Akmana.

***

"Ka, lo serius nggak mau nebeng aja?" tanya Vino.

Raka tengah merapikan barang-barangnya. Mereka baru saja selesai makan di Gultik ITB sepulang kuliah. "Hm. Deket, cuma 15 menit," jawab Raka dengan suara yang pelan dan hampir tak bernada. "Lo juga mau nge-date sama Jess, 'kan."

"Iya, sih," jawab Vino. "Yaudah, lo hati-hati. Belakangan di Jalan Ganesa lagi banyak preman. Jangan cari masalah." Ia menuding wajah Raka dengan tegas.

Kesal. Raka menepis tangan Vino pelan. "Kalau mereka nggak cari masalah, ngapain gue nyari masalah. Gue nggak seberandalan itu," ujarnya, tetap bersuara datar meski kesal. "Gue duluan."

"Iye, iye."

Berlawanan arah, Raka pergi ke Jalan Ganesa menjauhi gerbang ITB, sementara Vino pergi menyeberang jalan dan masuk ke dalam mobilnya, lalu membawa mobil itu masuk ke dalan ITB untuk menjemput kekasihnya yang berada di Fakultas Desain dan Seni Rupa.

Ia dan Vano tidak dari kampusnya hari ini. Mereka baru saja selesai mengumpulkan data untuk skripsi mereka. Sejak pagi, mereka sudah berencana untuk makan di Gultik ITB begitu urusan mereka selesai. Harusnya, Vano mengantarnya pulang ke apartemennya. Tapi, mendadak pacar Vano mengajak kencan, jadilah Raka harus pulang sendiri ke apartemen mereka. Sebenarnya, mobil yang Vano pakai adalah mobilnya, tapi ia meminjamkannya karena tahu Vano akan berkencan. Ia sudah biasa dengan sahabatnya yang minim modal iu.

Raka ingat bahwa ada kabar beredar tentang preman-preman yang sering berkumpul di Jalan Ganesa ini pada sore menjelang malam yang kerap mengganggu mahasiswi-mahasiswi. Dan, ia tak menyangka akan menyaksikan kejadian itu. Awalnya, ia ingin pura-pura tak tahu. Tapi, ia tak bisa.

Plak!

Langkahnya terhenti begitu mendengar suara nyaring sebuah pukulan. Dalam suasana yang tidak begitu terang, ia melihat perermpuan itu dikerumuni lima preman dan sepertinya baru saja mendapatkan tamparan. Raka tidak bisa diam saja, meski ia tidak mau membuat masalah di tahun terakhirnya.

"Hoi!"

Perempuan itu memutar sedikit badannya dan menatap ke arahnya dengan tatapan dingin dan kesal. Apakah ia sudah mengganggu? Atau, apa ada kesalahpahaman? Raka tidak tahu. Melihat ekspresi perempuan itu, Raka merasa seperti telah melakukan kesalahan.

"Wah, ada yang mau jadi sok pahlawan," kata salah seorang preman.

Grep!

Preman itu tiba-tiba saja menarik tangan perempuan di sana, lalu memeluknya dari belakang dengan posisi mengancam leher menggunakan pisau lipat. Raka terkejut, tak menyangka bahwa akan ada pengguna senjata di sana. Dan, tampaknya perempuan itu juga sempat terkejut, namun ekspresinya tetap terlihat cukup tenang.

"Nggak usah ganggu. Pergi aja, pura-pura nggak lihat. Dia mainan kami," kata preman itu. Ia mendekatkan wajahnya ke samping wajah perempuan itu, bahkan mengendus pipi wanita itu dengan penuh nafsu. "Dia Dewi Matahari kampus kalian, loh. Pasti seru." Lalu, ia menyeringai.

Raka ingat sebutan itu, tapi ia tak pernah tahu seperti apa wajah mahasiswi yang disebut-sebut sebagai Dewi Matahari itu, dan ia memang tidak peduli. Tapi, siapapun itu, Raka akan tetap menolong perempuan itu.

Buakh!!

"Eh?"

Raka tercengang melihat perempuan itu tiba-tiba saja menghantamkan tinjunya pada wajah preman di belakangnya tanpa menolehkan kepala atau memutar badannya. Tampaknya, Raka telah melakukan hal yang sia-sia. Sebab, perempuan yang disebut sebagai Dewi Matahari itu tampaknya tak membutuhkan bantuannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kyraka   Last but Not Least

    Tentu saja, masalah akan selalu datang dalam hidup sebagai pewarna kehidupan. Masalah berat akan terasa ringan saat ditanggung bersama, saat ada orang yang mau memberikan dukungan meski hanya dengan keberadaannya. Dan, itulah yang terjadi pada hidup Kyra semenjak ia bertemu dengan Raka. Dulu, rasanya ia bisa mengakhiri hidupnya kapan saja. Tapi, kini ia memutuskan untuk terus bertahan dan berjuang karena ia sudah memiliki orang-orang yang berharga. Raka sebagai suaminya, Arden sebagai anaknya dan Raka, sang bunda yang sudah berubah, dan kedua mertuanya yang selalu perhatian.Semenjak Mahesa Group bergabung di baqah D'Kratos, ada banyak sekali perubahan yang sangat baik yang membuat Mahesa Group yang sempat menurun akibat kasus Pratama pun bisa kembali naik dengan sangat cepat. Dalam waktu 1 tahun saja, semua sudah kembali stabil. Kyra bahkan bisa melakukan pekerjaan remot dari jarak jauh. Ia pun punya banyak waktu yang bisa ia habiskan bersama Arden dan Raka. "Babe." Kyra menoleh dan

  • Kyraka   From Bandung To Jakarta

    Kehidupan Kyra sealam di Bandung adalah kehidupan terbaiknya sejak sebelum hingga sesudah mengenal seorang Raka. Namun, ia yakin bahwa dengan tinggal di rumah baru, mencari suasana baru, dan lingkungan bermasyarakat yang baru, ia akan mendapatkan kehidupan yang jauh lebih menyenangkan dan terbaik di banding sebelumnya. Apalagi, kini telah banyak yang berubah di dalam hidupnya. Mulai dari pernikahannya dengan Raka, memiliki Arden sebagai anak mereka, perubahan sikap NIrmala, diterimanya dengan baik sebagai seorang Kyra yang penyakitan oleh banyak orang, dan kini ia sudah memiliki jantung yang lebih baik berkat bantuan ICD hingga memberinya kesempatan hidup lebih baik. Ia tidak pernah berhenti berterima kasih pada Bandung. Dan, mulai hari ini, ia, Raka, dan Arden akan menetap di Jakarta.Ada begitu banyak alasan yang membuat mereka memilih untuk pindah ke Ibu Kota. Pertama, tentu karena lokasi dengan perusahaan jauh lebih dekat. Orang tua mereka juga dapat berkunjung lebih sering tanpa

  • Kyraka   Harmonis

    Masalah dengan Hisyam dan Galih telah selesai. Mereka berdua mendapatkan hukuman kurungan penjara seumur hidup tanpa remisi atau pengurangan hukuman saat menjalani masa pidananya. Berbeda dengan ibu Hisyam, ia mendadpatkan hukuman kurungan penjara 20 tahun dan sejumlah denda. Sementara untuk Margaret yang telah menuntut cerai pada Hisyam dan disetujui akan mendapatkan hukuman penjara 5 tahun penjara dengan sejumlah keringanan-keringanan yang telah Kyra berikan. Memang, dilihat dari sisi mana pun, Margaret juga korban.Sudah tiga bulan berlalu semenjak resminya penggabungan perusahaan Mahesa menjadi berada di bawah D'Kratos. Selama tiga bulan itu, Kyra menjalani masa istirahatnya dengan cukup tenang. Satu bulan pertama memang sangat tenang untuknya, karena Raka telah menunjuk seseorang untuk menggantikan posisinya memimpin Mahesa Group. Tapi, setelahnya Kyra kembali memegang jabatan sebagai Direktur Utama Mahesa Group meski dilakukannya dari jarak jauh. Tentu saja hal itu akan mencipta

  • Kyraka   Operasi

    "Kalian heboh banget, sih," tukas Kyra sambil bangkit perlahan-lahan dengan bertumpu pada tangan kanannya. Lantas, ia menutup luka di lengan kirinya yang dalam dan mengeluarkan banyak darah.Bagi Kyra, menerima luka tembakan adalah hal yang sebenarnya sudah biasa ia dapatkan sejak dulu. Ada banyak bekas luka yang ia miliki di tubuhnya, dan kini ia harus mendapatkannya kembali. Memang lukanya tidak parah karena ia sempat menghindar di saat-saat terakhir. Meski sudah memakai rompi anti peluru di balik baju yang ia pakai, untunglah luka yang ia dapat hanya luka dalam di lengan kirinya akibat tertembak."Da-Darahnya banyak banget!" kata Raka terbata-bata.Kyra mengangguk. "Daging aku kecongkel panjang dan dalam, jadi wajar darahnya banyak gini. Aku mungkin bakal butuh transfusi kalau dibiarin. Aku juga bakal pingsan," kata Kyra dengan santai. "Karena acaranya juga udah kacau, aku pergi duluan, ya? Kakak urus sisanya aja, nanti nyusul ke rumah sakit. Aku sama King."King sudah mengangkat t

  • Kyraka   Launching

    Kyra sudah siap, pun dengan Raka. Arden mereka titipkan pada Nirmala yang sekarang selalu menjauhi keramaian dan acara-acara besar semenjak kasus Pratama. Bundanya itu lebih senang bersama cucu pertamanya, menghabiskan masa tua dengan bahagia dan jauh dari hal-hal yang merepotkan. Kyra dan Raka turun dari mobil yang sama. Acara launching peresmian bergabungnya Mahesa dengan D'Kratos ini dilaksanakan di ruang aula utama di gedung Mahesa Group. Tentu bukannya tanpa maksud. Hanya di Mahesa Group inilah keamanan bisa terjamin jauh lebih baik. Bagaimana pun juga, Mahesa Group adalah perusahaan yang bergerak di bidang keamanan terbaik se-Indonesia, meski sekarang menurun dan kalah saing semenjak kasus Pratama. Namun, Kyra terus berusaha untuk kembali ke posisi sebelumnya.Tentu saja acara ini amat sangat ramai dan meriah, karena bukan hanya mengundang masing-masing orang penting dari kedua perusahaan, tapi juga orang penting se-Indonesia, termasuk pejabat-pejabat negara yang terlibat di du

  • Kyraka   Persiapan

    "Kamu serius, Kyra?" tanya Raka. Ia baru saja sampai di rumah dan mendapati Kyra sedang berbaring di atas karpet depan televisi, sambil menemani Arden berguling-guling dan mencoba merangkak. "Menunda operasi itu resikonya besar buat kamu. Apalagi, kamu udah memutuskan untuk menunggu Margaret keluar dari penjara untuk menggantikanmu. Kamu tahu kalau tubuh kamu nggak kuat, 'kan? Sekarang aja kita harus mempersiapkan persidangan."Kyra merebahkan tubuhnya terlentang, membuat Raka mendekat untuk bersimpuh di sebelahnya, dan tiba-tiba saja mengecup bibir sang istri. "Duh, Kak. Mendadak amat," ujar Kyra sambil mendorong pundak Raka pelan. Perlahan, ia mengguling tubuhnya dan menaruh kepalanya di atas pangkuan Raka. "Nggak lama, kok, aku menunda operasinya. Cuma sampai dua kali sidang. Aku janji."Raka menghela napasnya kasar sambil geleng-geleng kepala. "Aku nggak habis pikir, deh, sama kamu, Kyra. Kamu selalu berhasil bikin aku jantungan dan gila."Dengan ringannya, sang istri malah terkek

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status