MasukMelihat kondisi sekitar Tang Hao tentu menyadari sesuatu, kenyataan bahwa secara mengejutkan jalan yang mereka ambil tanpa sadar telah membawa mereka memasuki kawasan pertarungan yang harusnya mereka hindari. Namun semua sudah terjadi, Tang Hao bergegas berlari menuju tempat paman wang berada dan ingin memberi tau paman Wang, namun semuanya sudah terlambat.
Seorang pria paruh baya datang dengan menyeret tubuh paman Wang yang sudah tidak bernyawa, sementara tangan lainnya menenteng sebilah pedang berlumuran darah. Tang Hao yang melihat hal itu merasa sangat terpukul, tubuhnya seketika terasa kaku, darahnya berdesir merasa marah dan takut. Padahal baru beberapa jam yang lalu mereka berbicara tentang keinginan masing-masing, namun entah bagaimana hal buruk terjadi tanpa aba-aba maupun peringatan. Tang Hao yang di butakan oleh amarah sekaligus di kuasai oleh rasa takut secara naluriah merasa terancam dan mengeluarkan sebilah belati dari balik pakaiannya, menggenggam belati kecil itu dengan dua tangan gemetaran. Melihat reaksi Tang Hao yang ketakutan dengan tubuh gemetaran, membuat pria paruh baya yang telah membunuh paman Wang tertawa. "Takut ? Harusnya sejak awal kamu memilih pekerjaan lain, nak." "Kami hanya seorang pengantar barang kenapa bertindak begitu kejam ?"Tang Hao menatap tajam, berusaha menguasai rasa takut dirinya. "Tindakan ku ini tentu berkaitan dengan barang yang sedang kalian bawa." Pria paruh baya itu kemudian melakukan suatu isyarat dengan mengangkat pedangnya. Secara mengejutkan satu persatu pasukan lawan berdatangan dari dalam kegelapan hutan dari kanan dan kiri, bahkan dari dalam sungai. Tang Hao memperhatikan sekitar, setidaknya ada 27 orang dari mereka yang mengepungnya dari segala arah. "Apa yang kau mau ?"Ujar Tang Hao mencoba untuk bernegosiasi, berpikir jika dirinya bertindak dengan terburu-buru sekarang malah akan membuat dirinya kehilangan nyawa. Pria paruh baya itu kembali tertawa dan berjalan mendekat, sambil masih menyeret tubuh paman Wang yang tidak bernyawa, membuat Tang Hao menelan ludah berusaha menahan diri. "Hahaha, ternyata kamu cukup pintar mencerna situasi nak. Aku menginginkan sesuatu yang kamu bawa, bukankah kamu tau cara membuka kotak-kotak itu ?" "Lalu ?"Ujar Tang Hao dengan datar mencoba untuk menyembunyikan rasa takutnya agar lawan tidak mengurangi keinginan untuk menindasnya. "Aku akan melepaskan mu."Ujar pria paruh baya itu sambil tersenyum. Senyuman itu terasa klise dan terlalu mencurigakan bagi Tang Hao, jelas Tang Hao tau bahwa dia tetap akan mati walau sudah mengikuti perintah pria itu. Di dalam keadaan krisis itu Tang Hao berusaha mati-matian memutar otaknya. Tang Hao berpikir satu-satunya jalan adalah mengulur waktu sampai gelombang bantuan pasukan di pihaknya datang. Di lihat dari mayat-mayat yang berserakan sebelumnya, jelas sekali mereka baru saja terlibat dalam petarung dan sayangnya semua pasukan di pihak Tang Hao di kalahkan, sehingga harusnya sebuah gelombang pasukan bantuan akan segera tiba. Tang Hao merasa bahwa jalan satu-satunya untuk bertahan hidup adalah mengulur waktu. Tang Hao menatap pria paruh baya di hadapannya."Kalian semua tidak tau apa yang ada di dalam kotak-kotak itu dan apa akibatnya jika di buka." Pria paruh baya itu tersenyum."Jubah tempur yang tercipta dari jiwa kilin milik jendral Mu, kau pikir kami datang tanpa infomasi ?" Tang Hao kembali meneguk ludah, tidak menyangka kalau mereka mengetahui apa yang di bawanya padahal isinya sangat rahasia dan informasi tentangnya telah di samarkan. Meski demikian Tang Hao tetap berusaha untuk terus mengulur waktu, hingga hujan mulai berhenti. "Membukanya tanpa darah dari jiwa kilin hanya akan membawa malapetaka bagi kita semua yang berada disini, kau harusnya tau itu !" Pria paruh baya itu awalnya hendak menjawab perkataan Tang Hao, namun kata-katanya tersangkut di tenggorokan ketika menyadari sesuatu. Pria itu tersenyum, kemudian melancarkan tendangan yang membuat Tang Hao terpental menghantam kereta pengangkut. Seteguk darah segar mengalir keluar dari sudut bibir Tang Hao, dirinya yang hanya orang awam tentu menderita luka berat akibat tendangan dari seorang kultivator. Dengan tubuh bergetar Tang Hao berusaha untuk kembali berdiri sambil merogoh sesuatu dari balik pakaiannya. "Tekad mu lumayan nak, tapi.. percuma saja untuk bersikap keras kepala."Pria itu dengan kejam kembali menendang Tang Hao hingga kembali menghantam kereta pengangkut Sebuah percikan api tiba-tiba muncul dari pemantik api yang diam-diam Tang Hao nyalakan menggunakan benturan belati dan besi kereta seolah hal itu merupakan kecelakaan. Percikan api itu mengenai lampu minyak tanah yang terjatuh dari kereta, dengan cepat api menyebar dan melahap kereta pengangkut, secara tidak langsung memberikan sinyal kepada gelombang pasukan bantuan. Pria paruh baya yang masih belum menyadari siasat Tang Hao terlihat tertawa bersama pasukannya. "Lihatlah dia, sangat berani."Pria paruh baya itu berkata sambil berjalan menghampiri Tang Hao. Berniat mempermainkan Tang Hao sebelum menghabisinya, pria itu kemudian mencangking kerah baju Tang Hao mengangkatnya dengan satu tangan seolah tanpa beban. "Nak, ku akui keberanian dan tekad mu. Sayangnya kamu terlahir dan berada di pihak lain, sejujurnya pihak kami kekurangan orang sepertimu. Jika kau bersedia, aku akan mengampuni mu sebagai gantinya jadilah bawahan ku." Tang Hao kemudian meludahi wajah pria itu dengan darahnya, membuat pria paruh baya itu merasa terhina. "B4jingan kecil ini.."Pria itu melempar Tang Hao ke dalam kobaran api. Tubuhnya yang terbakar membuat Tang Hao berteriak, melompat keluar dan berguling untuk mematikan kobaran api yang membakar pakaian sekaligus dagingnya. Orang-orang yang menyaksikan itu tertawa terbahak-bahak, merasa gerakan yang dilakukan oleh Tang Hao mirip seperti gerakan keledai gila. Sebuah teknik menghindar yang begitu memalukan bagi seorang kultivator. "Keledai gila ? Hahaha, teknik yang begitu menggelikan."Ujar pria paruh baya itu sambil tertawa terbahak-bahak diikuti oleh seluruh bawahannya. Merasa sudah cukup mempermainkan Tang Hao, pria paruh baya itu mengangkat pedangnya. "Maafkan aku nak, salahkan takdir yang begitu kejam kepadamu."Ujarnya hendak mengakhiri Tang Hao namun niatnya terhenti ketika tiga orang bawahannya tiba-tiba tumbang dengan kepala terpisah dari tubuhnya. kemudian seseorang berteriak keras sebagai tanda isyarat kepada yang lain. "Sebelah sini !! Mereka ada di sini !!"Teriak seseorang yang sedang mengarah ke arah mereka. Sesuai dugaan Tang Hao, gelombang pasukan bantuan datang dengan jumlah jauh lebih banyak dan di pimpin langsung oleh jendral Mu. Dengan cepat pasukan pria paruh baya sebelumnya di bantai, sementara pria paruh baya yang merasa keadaan mendadak buruk mencoba untuk kabur melarikan diri namun dirinya jatuh tersungkur oleh Tang Hao Yang mencengkram kakinya. "B4jingan, lepaskan !"Ujar pria paruh baya itu dengan panik melihat pasukan jendral Mu semakin mendekat. Tang Hao yang melihatnya ketakutan tertawa begitu lepas dan berteriak."Mampus ! Kau akan mati b4jingan !!!" "Bajingan ini..."Pria paruh baya itu menendang-nendang tangan Tang Hao yang mencengkram kakinya, namun pemuda itu tidak bergeming sedikitpun. Seorang pria bertubuh tinggi tegap tertarik perhatiannya dan menoleh ke arah Tang Hao dan pria paruh baya itu. Merasa panik melihat jendral Mu yang memandang dan mulai berjalan ke arahnya, pria itupun hendak menebas pergelangan tangan Tang Hao, namun dirinya sudah lebih dulu terkena serangan tajam jendral Mu yang seketika memotong tangan kanannya yang memegang pedang sehingga pedang itu terjatuh ke tanah berikut dengan tangannya. Tang Hao yang ingin membalas dendam tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia melepas genggamannya dari kaki pria itu kemudian melompat dan meraih pedang pria itu dan langsung menebas tangan kirinya membuat pria itu melolong kesakitan sembari berguling-guling. "Siapa yang menjadi keledai sekarang'huh bangs4t ?"Ujar Tang Hao dengan tatapan mengerikan menggambarkan niat membunuhnya. Tang Hao kemudian kembali menghunuskan pedang yang di genggamnya ke tubuh pria itu berkali-kali, membuat nya berteriak semakin keras dan melengking. Tang Hao tau seorang kultivator tidak akan mati hanya karena tusukan, sehingga dia menggunakan cara itu berkali-kali bahkan sampai suara teriakan pria itu tidak lagi terdengar, Tang Hao masih menusuknya dengan beringas tanpa berhenti bahkan untuk bernafas. Orang-orang di pihak jendral Mu yang melihat itu merasa kengerian, hingga jendral Mu turun tangan dan menghentikan Tang Hao. "Tenang nak, dia sudah mati." Setelah dirinya kehabisan nafas barulah Tang Hao berhenti, melihat pria yang membunuh paman Wang tergeletak di tanah dengan kondisi seperti daun yang dimakan ulat. Tang Hao melempar pedang di tangannya, mengabaikan jendral Mu dan berjalan menghampiri mayat paman Wang. Tang Hao menutup kedua mata paman Wang. "Maafkan aku paman, andai saja aku menyadarinya lebih awal kamu mungkin masih bersama kami."Setelah selesai mengganti pakaiannya, Tang Hao kemudian mengenakkan topeng iblis menangis yang diberikan kepadanya. Dengan ini Tang Hao telah menjadi sesuatu yang lain dan penuh rahasia. Setelah semua persiapan selesai, Tang Hao kemudian berjalan keluar dari tempatnya dan pergi menuju tempat orang-orang sepertinya sedang berkumpul. Setibanya di sana Tang Hao di sambut dengan tatapan tajam anggota lain, tatapan yang dengan jelas menjelaskan bahwa mereka semua memiliki latar belakang yang tidak main-main. Tang Hao kemudian di panggil oleh seorang pria paruh baya bertopeng iblis marah. "Kemari, perkenalkan dirimu kepada yang lain."Ucap pria bertopeng iblis marah itu. Tang Hao kemudian memperkenalkan diri kepada yang lain."Saya adalah iblis muda, salam kenal semua." Pria paruh baya sebelumnya tertawa dan menepuk-nepuk pundak Hao Tian. "Bagus, bagus. Ternyata kamu mengerti dengan sistem biro pembersih, dengan tidak menyebutkan nama aslimu seperti beberapa murid bodoh sebelumnya." "
Tidak terasa sudah 2 hari Tang Hao berada di kedai minum, dirinya bahkan tidak sadar sudah menghabiskan sebagian uangnya di sana untuk membeli minuman. Di siang hari yang terik, Tang Hao yang baru keluar dari kedai minuman merasa pusing sendiri ketika melihat uang yang di simpannya kini hanya tersisa 50 koin silver. Dengan uang sebanyak itu dirinya hanya bisa bertahan 5 tahun dengan makan roti tawar. Ketika sedang menghitung uang di kantong kainnya saat itu Tang Hao menemukan sebuah plakat pengenal di dasar kantong. Tang Hao berusaha mengingat-ingat kejadian apa saja yang di lupakannya sebelum mabuk, hingga akhirnya Tang Hao mengingat tawaran Tu Lian sebelumnya. "Biro pembersih... Namanya terdengar berbahaya, namun..."Tang Hao melirik ke kantong uangnya, berpikir untuk menerima pekerjaan itu untuk menambah penghasilan. "Tidak ada pilihan lain, aku akan menerima tawarannya karena menghasilkan uang juga merupakan usaha untuk hidup lama. Menurut perhitungan ku harusnya akan ada pelat
Setelah berhasil membantai seluruh pasukan lawan sebelumnya, semua bawahan jendral Mu mengumpulkan mayat-mayat rekan mereka untuk di bawa pulang.Sebagian pasukan di perintahkan untuk memeriksa jubah jiwa kilin. Setelah memeriksa kondisi jubah jiwa kilin, seorang pria paruh baya bernama Luo Fang mendatangi jendral Mu yang masih berdiri diam memperhatikan Tang Hao yang sedang memberikan penghormatan terakhir kepada paman Wang. "Tuan Mu, jubah jiwa kilin dalam kondisi baik dan tidak lecet sedikitpun. Beruntung jubah kilin adalah manifestasi dari elemen api sehingga jubah tersebut tidak ikut terbakar seperti kereta pengangkut, seolah semuanya sudah di perkirakan oleh anak itu. Jika bukan karena kobaran api yang di buat anak itu kita pasti masih kebingungan mencari lokasi ini akibat kesalahan informasi yang di sebarkan oleh dua orang penjaga gerbang selatan yang ternyata adalah mata-mata lawan." "Apakah kedua orang itu sudah di singkirkan ?"Tanya jendral Mu. "Sudah Tuan, mereka tidak
Melihat kondisi sekitar Tang Hao tentu menyadari sesuatu, kenyataan bahwa secara mengejutkan jalan yang mereka ambil tanpa sadar telah membawa mereka memasuki kawasan pertarungan yang harusnya mereka hindari. Namun semua sudah terjadi, Tang Hao bergegas berlari menuju tempat paman wang berada dan ingin memberi tau paman Wang, namun semuanya sudah terlambat. Seorang pria paruh baya datang dengan menyeret tubuh paman Wang yang sudah tidak bernyawa, sementara tangan lainnya menenteng sebilah pedang berlumuran darah.Tang Hao yang melihat hal itu merasa sangat terpukul, tubuhnya seketika terasa kaku, darahnya berdesir merasa marah dan takut. Padahal baru beberapa jam yang lalu mereka berbicara tentang keinginan masing-masing, namun entah bagaimana hal buruk terjadi tanpa aba-aba maupun peringatan.Tang Hao yang di butakan oleh amarah sekaligus di kuasai oleh rasa takut secara naluriah merasa terancam dan mengeluarkan sebilah belati dari balik pakaiannya, menggenggam belati kecil itu den
Dunia murim, tempat dimana segalanya di tentukan oleh kekuatan dan kehormatan menjadikan yang lemah senantiasa tertindas sementara yang kuat meraja dan berkuasa dengan segala kemakmuran yang di dapat lewat kekerasan serta kemunafikan.Dunia murim, dunia ini terbagi menjadi 4 wilayah. Setiap wilayah memiliki penguasanya sendiri, mereka yang berkuasa memiliki wilayah kekuasaannya sendiri yang sesuai dengan lambang dari masing-masing 4 penguasa yang di antaranya adalah : -Wilayah Kunlun abadi : Terletak di bagian semenanjung selatan, lautan adalah wilayah terbesar kekuasaan mereka. -Wilayah Paguyuban putih : Terletak di bagian semenanjung barat, padang pasir hantu paguyuban dan hutan laut bintang merupakan wilayah kebanggan mereka. -Wilayah pedang kebajikan : Terletak di bagian semenanjung timur, kekayaan alam berupa bebatuan mulia dan berharga merupakan sumber kebanggaan yang membuat wilayah ini makmur dan kaya ( Wilayah paling kecil namun paling kaya ). -Wilayah Embun lotus : Terle







