Mencoba fokus kembali dengan pekerjaannya, Cloud membuka berkas berisi beberapa design baju yang rencananya akan diluncurkan oleh Niel Fashion tiga bulan lagi. Seperti biasa, design yang akan dia setujui adalah design yang bisa membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama. Jika tidak membuatnya tertarik, sudah pasti gadis itu akan mencoret dan mengomentari designernya dengan ketus disertai beberapa tuduhan.
“Apa kamu memplagiat koleksi brand lain? Aku hafal semua bentuk baju yang diluncurkan pesaing kita, kamu hanya merubah model kantong dan krahnya.”
“Kamu pikir ada yang mau mengenakan apa lagi membeli baju seperti ini? pergilah jalan-jalan dan lakukan riset lapangan. Kamu pikir utuk apa perusahaan memberimu gaji besar?”
Dan jika sudah seperti itu semua tim design hanya akan terdiam dan melakukan apa yang Cloud perintahkan. Mereka tidak bisa mengelak bahkan mendebat karena apa yang diucapkan Cloud selalu terbukti kebenarannya. Terakhir kali direktur muda itu meminta rancangan kemeja dengan model lengan balon, semua orang tercengang dengan ide Cloud karena model baju seperti itu dinilai sudah kono dan tidak fashionable lagi. Namun, ternyata setelah produk itu diproduksi dan diluncurkan. Antusias pasar begitu besar. Cloud pun semakin jemawa, dan satu kalimat yang terus terngiang di kepala bawahannya adalah -
“Selama aku menjadi direkturnya Niel Fashion tidak akan pernah mengikuti pasar, pasar yang harus mengikuti kita.”
_
_
Kesombongan dan keangkuhan Cloud sudah tersiar ke banyak pengusaha di bidang serupa, salah satunya DAN Company, perusahaan fashion yang setiap bulan menjadi kompetitor terbesar Niel Fashion itu beberapa kali dibuat kalang kabut oleh Cloud. Mereka beranggapan gadis itu benar-benar licik, beberapa kali DAN harus menelan pil pahit karena design produknya terlalu mirip dengan Niel Fashion. Parahnya perusahaan mereka selalu telat satu langkah, sehingga mereka kerap kali dianggap plagiat dan hanya mengikuti trend dari Niel fashion.
“Sial, apa aku harus menyingkirkan gadis arogan ini?”
Seorang pria mengeram kesal melihat foto Cloud di sebuah majalah Fashion. Ia bahkan menutup dan membuang majalah itu hingga mengenai vas dan menyebabkan pecahan benda itu berserakan di lantai. Pria itu beranggapan karena Cloud lah perusahaannya mengalami banyak kerugian.
“The Goddess of fashion?” gumam pria itu menyebutkan julukan yang diberikan orang-orang ke Cloud. “Cih … Dewi Fashion mereka bilang? Lihat saja! bahkan dewa saja tidak akan bisa membantumu kali ini,” imbuhnya dengan seringai licik di wajah.
***
“Apa kamu sudah mengunduhnya? Coba Mama lihat? apa username-mu?”
Berondongan pertanyaan dari Bianca membuat Cloud mencebik kesal. Ia menyerahkan ponselnya ke sang Mama dengan malas lalu menghempaskan tubuh ke sofa. Wajahnya yang lelah sangat kentara, tapi gadis itu tetap saja tidak mau menunjukkannya, Cloud kembali memasang ekspresi dingin saat Bianca mendekat dan menunjukkan ponsel miliknya tepat di depan muka.
“Taraaa …. Mama sudah menjadikanmu member VVIP LOLOLOVE, selamat Nona Awan,” ucap Bianca dengan wajah ceria. “Cepat carilah pria single kaya dan ajak berkencan!”
“Bagaimana bisa Mama memintaku melakukan hal bodoh seperti itu? aku tidak akan pernah mengajak pria berkencan lebih dulu, tidak akan lagi.”
Bianca mengernyitkan kening, sedangkan Cloud tidak sadar sudah mengatakan sebuah rahasia ke wanita yang melahirkannya.
“Apa kamu pernah mengajak pria berkencan? Apa kamu ditolak?” tanya Bianca yang terlanjur penasaran.
Cloud yang sadar pun hanya bisa mengedipkan mata, dia berusaha menyembunyikan rasa canggung bercampur malu di dalam dada. “Hah … mana mungkin, mengajak pria berkencan tidak ada di dalam kamus seorang Cloudia,” jawabnya setelah itu bangkit dan berjalan meninggalkan Bianca.
“Cloud ayolah! Coba lah berkencan dengan pria, jangan bekerja terus. Niel Fashion tidak akan bangkrut hanya karena kamu pergi berkencan, percayalah pada Mama sayang.”
Bianca sampai terbatuk-batuk karena berteriak tapi sang putri tidak mendengarkannya sama sekali, dia pun mengusap tenggorokan sebelum bergumam, “Apa aku sudah benar-benar tua? Kenapa tenggorokanku terasa mengecil, ya ampun aku memang harus buru-buru meminta Cloud menikah, aku masih ingin melihat cucu dari anak perempuanku.”
Sementara itu, Cloud yang seharian lelah bekerja memilih melompat ke atas ranjang setelah mengunci pintu kamar. Ia terlentang memandangi langit-langit dengan pikiran yang tak pernah dia ungkapkan ke seorang pun bahkan Bianca.
“Dulu dia menolakku karena bentuk tubuhku, sekarang aku sudah cantik tapi dia sudah memiliki istri. Cloud apa mungkin kamu ditakdirkan menjadi pelakor?”
Cloud masih terus diam, hingga beberapa pesan masuk ke dalam group chat alumni kampusnya. Ucapan selamat ke salah satu teman wanita yang baru saja menggelar resepsi pernikahan dengan pria yang tak lain kakak angkatannya di universitas. Dan pria itu adalah pria yang Cloud cintai.
“Kenapa bisa aku patah hati lagi?" gerutunya setelah itu membuang napas kasar dari mulut. Bersamaan dengan itu, nada merdu dari aplikasi LOLOLOVE miliknya berbunyi, sebuah pemberitahuan masuk dan dia diminta melanjutkan game Ariel.
“Hah … membantumu mencari cinta sejati? aku sendiri saja tidak bisa mendapatkan cinta, dasar bodoh!” amuknya. Hingga sosok virtual pria di dalam game itu kembali menarik perhatiannya.
“Ah...Nic mungkin kamu lah satu-satunya pria yang tidak akan pernah menyakiti hati.”
Jangan Lupa masukkan ke rak buku ya__Pagi itu, setibanya di kantor Cloud langsung meletakkan tas di atas meja, tapi bukannya bekerja dia malah meraih ponsel untuk melanjutkan bermain game yang membuatnya kecanduan. Kakinya yang jenjang dia luruskan sedang punggungnya merebah malas di sofa. Matanya yang tajam terus menatap layar benda pipih di tangan dengan sengit. Bibirnya rapat menahan geram hingga akhirnya terjadi lagi, dia gagal mendapat nilai yang memadai agar bisa naik level. Cloud melemparkan ponselnya ke sofa. Terus gagal membuatnya marah-marah tapi tidak membuatnya jera."Ini game kenapa susah sekali? Pengembang aplikasi ini sepertinya tidak ingin ada orang yang bisa memenangkan permainan. Aku sudah keluar banyak uang untuk membeli berbagai jenis baju untuk mendandani Ariel. Heran, harus secantik apa lagi sih dia agar mendapat nilai sempurna dan naik level. Astaga. Apa aku harus mencari pembuat game ini lalu aku ceramahi? Sial!" umpatnya.Meski marah, Cloud tetap mengambil
Dengan menggunakan yacht yang disewanya Cloud mengarungi Samudra, persis yang dia inginkan dan mimpikan beberapa bulan belakangan ini, bersenang-senang sendirian tanpa ada yang menggangu. Di yacht tersebut Cloud ditemani satu orang nahkoda dan dua pelayan. Gadis itu merasa menjadi pemilik samudra."Ah, senangnya ...." Cloud bergumam. Dia yang sedang bersantai di bagian ujung yacht pun merebah menatap langit untuk melihat awan yang sangat indah. Tidak hanya itu, Cloud juga membiarkan mentari yang hangat menerpa tubuhnya yang sedang terbaring. Kacamata hitam menjadi pelindung mata indahnya. Belum lagi alunan musik yang menemani. Cloud benar-benar rileks dan terlepas dari berbagai beban yang sejak kemarin membuatnya stress dan tak nafsu makan.Namun, kenyamanan Cloud tak bertahan lama, dia terganggu saat mendengar notifikasi yang berasal dari ponselnya. Karena berisik Cloud pun dengan malas merogoh benda itu. Ia agak heran ada begitu banyak pemberitahuan dari aplikasi LOLOLOVE miliknya,
“i-ini ... apa ini aku?”Cloud yang tadinya terduduk di lantai marmer segera berdiri. Dia berjalan tergesa menuju cermin lalu memegang seluruh tubuh yang sekiranya bisa dipegang, dari telinga, mata, hidung, pipi juga dagu. Sekarang Cloud sadar ini nyata. Ini bukan mimpi."Ariel? Aku jadi Ariel!" serunya tak terima. Dia terus saja menepuk pipi sendiri demi menyadarkan diri. Jika ini mimpi maka Cloud ingin segera sadar. Kalau nyata? Maka ini jelas kutukan dan musibah besar.Cluod mengerjap, bingung dan marah membuatnya seperti orang bodoh. Otaknya terus bertanya, kenapa harus menjadi Ariel di game LOLOLOVE yang dibencinya. Dia masih ingat bagaimana kala itu menghina dan mencerca game serta penciptanya."Gila, ini gila! Mustahil! Bagaimana bisa aku ke sini? Bagaimana bisa aku menjadi Ariel? Bagaimana bisa aku terjebak disini? Astaga!"Cloud yang frustrasi terduduk lemah, kakinya seakan kehilangan tenaga. Dia terus meraung serta meronta, kakinya terus menerjang-nerjang. Dia bingung sekal
☁ Happy Reading☁Cloud hanya bisa mengikuti perintah kucing bernama Loloco itu, dia pun perlahan membuka laci meja yang ditunjuk. Matanya mendapati sebuah buku dengan sampul merah muda beserta pulpen diatasnya. “Si Ariel ini, girly sekali dia,” gumam Cloud. Ia pun menggeser kursi untuk duduk. “Apa ini buku harian?” tanyanya ke Loloco yang sudah bertengger di atas meja. Cloud pun hanya melirik sinis dan memilih untuk membuka buku itu.Cloud membaca halaman pertama dengan seksama, dia bahkan terlalu fokus hingga membuat Loloco kesal, kucing itu membalikkan buku yang diletakka Cloud di atas meja dengan salah satu kakinya.“Cepat baca halaman paling akhir saja!”“Kucing cerewet, pasti tingkahmu sangat menyebalkan saat menjadi manusia. Rasakan kamu mendapat kutukan seperti itu,” cibir Cloud. Namun, bukannya langsung membaca bagian yang Loloco tunjukkan dia malah meraih sisir dan merapikan rambutnya.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Loloco sedikit gemas.“Aku sedang menyisir rambut, aku Clou
☁Selamat Membaca☁Otak Cloud yang cerdas jelas sudah bisa menilai bagaimana selama ini Lily memperlakukan Ariel. Dan bodohnya Ariel terlalu lemah hingga tidak bisa melawan perbuatan ibu tirinya itu. Atau mungkin memang begitulah si pembuat game menciptakan karakter Ariel, lemah dan gampang ditindas, menunggu belas kasihan pemain yang akan membuatnya menjadi seorang putri cantik agar bisa menjadi pasangan pangeran tampan.“Untuk apa kamu mencari Luis?” tanya Lily. Sedikit gentar juga melihat perubahan drastis pada putri tirinya.“Aku ingin dibacakan ulang wasiat mendiang papaku.” Cloud terbeku. “Tunggu dulu! benar ‘kan si Ariel memanggil ayahnya dengan panggilan papa, jangan-jangan daddy, atau father,” gumamnya dalam hati. Ia monoleh ke arah Loloco yang bertingkah seperti layaknya kucing pada umumnya. Hewan itu bahkan menjilati kakinya sendiri.“Terlalu banyak tingkah!” Catherine menarik lengan Cloud dengan kasar, dia menyeretnya menuju pinggiran kolam ikan.Menyadari apa yang akan ter
☁Selamat Membaca☁“Bagaimana caranya?” tanya Cloud. Ia menoleh ke Loloco dan semakin membuat para pembantu kebingungan.Mereka menganggap sang Nona benar-benar sudah gila kerena berbicara dengan kucing. Hingga Lily keluar dan menghardik para pembantu itu. Mereka akhirnya membubarkan diri dan kembali ke pekerjaan masing-masing.Kini giliran Lily yang berdiri dan mengamati gerak-gerik sang anak tiri. Ia mengingat dengan jelas mengurung Ariel di dalam kamar dan tidak memberi gadis itu makan, karena Ariel berani mendorong putrinya saat dia melempar kalung mendiang Ibu Ariel ke dalam kolam. Namun, entah kenapa setelah itu Lily merasa Ariel sangat berbeda. Cara bicara, tingkah laku bahkan cara duduk gadis itu sangat lain.“Ariel itu sarjana dan kamu aku juga yakin juga sarjana, jadi pakai otakmu,” ketus LolocoCloud pun mencebikkan bibir, dia kesal dan bahkan ingin sekali meremas kucing abu-abu yang sombongnya melebihi dirinya itu.__“Pagi-pagi sudah menonton TV, apa kamu lupa dengan tuga
☁Selamat Membaca☁“I-i-iya.” Cloud yang biasanya galak berubah menjadi bodoh untuk beberapa saat. Ia malah menyusuri wajah pria di hadapannya ini. Pahatan wajah Nic menurutnya benar-benar sangat sempurna. Apa mungkin ini bukan dirinya? Apa mungkin memang Ariel ditakdirkan untuk mencintai pria ini hingga dia merasakan perasaan yang aneh seperti ini? Cloud masih saja terkesima hingga Nic membentaknya dengan kasar. Gadis itu kaget, dia tak menyangka bahwa pria yang baru saja membuatnya merasa ada jutaan bunga berjatuhan dari langit, ternyata segalak itu. “Apa kamu tidak bisa menyetir dengan baik? Apa kamu punya SIM?” “Ah … apa SIM? SIM? Oh ... ya SIM?” Cloud kebingungan hingga spontan dia malah berkata,” Apa yang kamu maksud Surat Izin Menikahimu.” “Apa?” Nic terkekeh, pria itu membuang muka. Rahangnya mengetat seiring dengan amarahnya yang sudah hampir mencapai ubun kepala. “Tunggu Nona, apa mungkin keluargamu membiarkanmu yang tidak waras mengendarai mobil sendirian di jalan?” “
☁Selamat Membaca☁“Kalau kamu masih bersikap sombong padaku, aku akan benar-benar membuangmu!” ancam Cloud.“Hei … jangan coba-coba! Kita jelas harus kembali ke dunia kita bersama.”Loloco agak gentar juga, bukan tanpa alasan. Pernah suatu ketika dia sengaja menceburkan diri ke dalam kolam karena frustrasi, dan nyatanya dia hampir mati. Untung saja Ariel menemukannya dan langsung menyelamatkannya. “Takut juga kamu.” Cloud tergelak jemawa, dia tatap mata Loloco yang sudah memelas dengan kumis yang bergerak-gerak.“Ayo lah Cloud semua bisa dibicarakan dengan baik-baik, apa kamu ingin tahu siapa aku? aku hanya pria jomlo yang kesusahan mencari cinta, lalu aku memainkan game itu. Aku selalu menyebutnya permainan tak berguna, jadi suatu ketika aku tiba-tiba masuk ke sini,” dusta Loloco dan itu membuat Cloud menyipitkan mata. Loloco berharap gadis itu percaya padanya.“Aku hanya iri padamu, bayangkan saat datang aku sendirian dan menemukan sendiri jawaban atas kebingungan ini, sedangkan ka