Share

Sebuah Foto

Author: Tami ilmi
last update Huling Na-update: 2025-05-10 21:31:08

Gaia sungguh tertawa karena apa yang dia dengar, dia bahkan berusaha menutup mulutnya dengan tangan supaya tawanya tidak menganggu orang lain yang berada di sekitar mereka atau sedang lewat. Dia menatap Raga yang kali ini sedang malu membicarakan apa yang keluarganya bicarakan tentang dia dan Gaia.

“Um... Itu karena keluargamu tidak tahu kamu seperti apa. Sudahlah. Lupakan. Kita makan dulu?” Gaia meraih lengan Raga dan kemudian berjalan bersama menuju ke ruangan tempat keluarga mereka berdua berkumpul.

“Jangan mengikuti aku terus, kamu bisa makan sendiri juga dan bergabung dengan keluargamu supaya tidak terlalu terlihat jika kamu punya pandangan berbeda tentang aku.” Gaia kali ini menggoda Raga sambil tertawa. Raga hanya memasang wajah kesal dan juga menggertakkan giginya sambil menatap garang Gaia. Perempuan itu sungguh tertawa dan melepaskan lengan Raga tepat sebelum masuk ke ruangan.

Raga menuruti apa yang Gaia katakan. Perempuan itu kemudian melihat beberapa makanan yang sudah ada di meja. Dia terlihat mengambil beberapa camilan dan makanan yang memang masih banyak. Beberapa dari keluarga Raga berbincang dan juga karaoke bersama. Gaia mencari tempat duduk di sudut ruangan dan mulai menikmati makanan yang dia ambil.

“Bu Dhe...” Dua keponakan Gaia mendekati perempuan yang sedang makan camilan. Mereka berdua mulai bergelayutan dan berebut untuk bermain dengan bu dhe nya itu. Gaia tentu menjeda makannya dan kemudian bicara dengan dua keponakannya itu. Gama dan istrinya juga ikut bergabung dengannya karena mengikuti kedua anak kecil itu.

“Bapak sama Ibu dimana?” Gaia bertanya ketika kedua keponakannya sudah tertarik untuk makan, makanan yang diambil oleh Gaia. Gama mencari sebentar dengan kedua matanya ke seluruh penjuru ruangan.

“Bayarnya gimana?” Gaia tiba-tiba membuat Gama melihat ke arah istrinya.

“Tadi katanya si sudah jadi tanggungan kakak pertamanya Raga.” Istri Gama menjawab perlahan. Gaia hanya mengangguk ketika mendengar jawaban itu.

“Tapi by the way. Kenapa semua saudara Raga mengira kamu dan dia bertemu di sini sengaja?” Gama tiba-tiba bertanya kepada Gaia. Perempuan itu menatap adiknya dengan pandangan yang bingung. Dia mengangkat kedua bahunya.

“Iya juga, tadi kalian ditinggal juga seolah Kakaknya yang perempuan itu memang sengaja.” Istri Gama menambahkan lagi. Gaia hanya tersenyum sedikit dan tentu dia menggeleng perlahan.

“Aku juga tidak tahu. Tapi semuanya jelas tidak sengaja. Aku tidak tahu apa-apa, ketemu Raga saja gak pernah. Ketemu keluarganya apa lagi.” Gaia menjawab dengan lancar. Karena memang dia tidak pernah menemui Raga dalam waktu dekat sebelum ini.

“Temani Bapak sama Ibu dulu gih. Sepertinya mereka bingung kalau hanya berdua begitu.” Gaia mencoba mengalihkan pembicaraan. Adit dan istrinya mengangguk. Mereka berempat kemudian berjalan menuju ke meja dimana kedua orang tua mereka duduk, dan meninggalkan Gaia sendiri.

“Mba?” Rana kakak perempuan Raga mendekati Gaia yang masih memperhatikan ponsel pintarnya sendirian di mejanya. Gaia tersenyum menjawab panggilan itu dan mengangguk menatap Rana ketika perempuan itu kemudian duduk di meja yang sama.

“Kalian janjian ketemu keluarga di sini?” Rana terlihat berbisik, seolah dia sedang mempertanyakan sesuatu yang sangat rahasia. Gaia sebaliknya, dia menatap Rana dan tersenyum menggeleng perlahan.

“Um... Kami liburan karena liburan anak sekolah, dan juga jika ini tentang Raga. Dia kan teman adik saya, saya sama sekali tidak berhubungan dengan dia secara langsung sendiri.” Gaia merasa memberikan jawaban yang paling logis dari pertanyaan Rana. Bahkan sekalipun dia memang pernah berhubungan dengan Raga dibelakang adiknya. Dia sudah memberikan jawaban yang paling baik.

Rana mengambil ponsel pintarnya dan kemudian dia seolah sedang mencari sesuatu di sana. Beberapa menit kemudian dia memberikan ponsel pintarnya pada Gaia. Gaia menahan diri meski dia terkejut dengan apa yang dilihatnya di sana. Dia tersenyum, sedikit malu dan gugup. Tapi tidak terlihat begitu.

“Um... Sepertinya, Raga tidak pernah berfoto dengan perempuan seperti ini setelah bercerai. Dan aku menemukannya sebagai wallpaper di ponsel pintarnya.” Sebuah pernyataan yang sebenarnya membuat Gaia terkejut. Tapi sekali lagi dia hanya tersenyum datar dan menutupi semuanya itu dengan sangat baik.

“Mungkin karena aku adalah kakak dari temannya. Jadi wajar saja. Dan fotonya hanya bersebelahan begitu. Maksudku posenya hanya biasa saja.” Gaia masih membela diri dan tersenyum tenang.

“Raga masih belum tahu jika aku tahu. Karena itu kami mengira kalian mungkin punya hubungan khusus. Tapi kalau punya, sebenarnya tidak masalah. Hanya saja kenapa disembunyikan?” Rana masih saja bicara seolah benar Gaia dan Raga punya hubungan. Gaia masih tersenyum lagi dan menggeleng.

“Um... Sepertinya salah paham. Saya juga tidak tahu foto itu diambil kapan. Mungkin saja ketika dia masih tinggal di rumah kami.” Gaia masih mencoba untuk berkilah. Dia tahu persis kapan foto itu diambil dan dia masih ingat. Mungkin beberapa tahun lalu, tapi dia sungguh masih ingat.

Rana terlihat tidak percaya dengan apa yang dikatakan Gaia. Kakak perempuan Raga itu terlihat tersenyum dan mengangguk seolah dia ingin bertanya lebih jauh lagi.

“Bisa jadi, tapi kenapa menjadi wallpaper? Dan juga, kenapa kalian berdua foto bersama sedekat ini?” Rana masih memberikan pertanyaan yang tidak bisa Gaia jawab, karena dia juga ingin bertanya hal yang sama pada Raga jika bisa.

“Kakak tanyakan pada Raga saja, saya juga tidak tahu. Tapi bisa dipastikan jika mungkin saja foto itu diambil seperti itu. Karena saya sudah menganggap Raga sebagai adik saya juga. Sama seperti kedua orang tua saya menganggap Raga sebagai bagian dari keluarga kami.” Gaia cukup tersenyum setelah kalimatnya selesai. Dia merasa memberikan jawaban yang masuk akal.

Gaia melanjutkan makan dan Rana sepertinya juga terdiam tidak bertanya lagi. Dia kemudian pamit untuk menuju ke meja lainnya. Gaia masih tersenyum sendiri mengagumi dirinya sendiri yang bisa berkilah dari pertayaan tentang bagaimana hubungannya dengan Raga.

“Permisi semuanya, bisakah seluruh keluarga memberikan perhatiannya kepada saya?” Sebuah suara di tengah ruangan membuat semua orang menatap ke arah suara tentu saja, tidak terkecuali Gaia. Kakak pertama Raga sedang bicara di sana.

“Jadi, sebenarnya ini acara keluarga. Sudah direncanakan jauh-jauh hari supaya semua keluarga bisa berkumpul, dan kemudian ada sesuatu di luar rencana yang terjadi. Mungkin kalau dari keluarga saya, tentu kami tahu itu apa. Tapi, sebentar. Bagaimana jika saya memanggil adik saya Raga untuk berdiri dengan saya di sini?” Gaia sedikit lebih gugup karena sepertinya mereka akan membicarakan perihal Raga dan dirinya secara terbuka.

Raga berjalan tanpa senyum menuju ke arah kakak pertamanya di tengah ruangan. Dia benar-benar tidak tahu. Dan Gaia semakin gugup membayangkan jika Raga tidak bisa bicara dengan baik di depan semua orang.

“Jadi, ini karena sesuatu yang tidak sengaja. Raga ini adik kita semua tentu saja. Kami menemukan sesuatu yang berbeda akhir-akhir ini. Dan bolehkah kami bertanya secara terbuka, apa mungkin perjalanan ini dimaksudkan lain?” Raga terlihat bingung dan terdiam tidak menjawab meski dia sudah menggeleng perlahan.

“Aku tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi dan sedang dibicarakan.” Raga bersuara perlahan setelah diamnya itu. Kakak laki-laki Raga tersenyum lagi dan kali ini beberapa saudara Raga mulai menatap Gaia yang terdiam di sudut sendirian.

“Mungkin ada sesuatu yang ingin diberitahukan atau dikenalkan.” Kakak pertama Raga terlihat memasang wajah serius mendesak Raga untuk bicara.

“Jangan sampai keluar bukti jadi kamu harus menjelaskan lebih banyak.” Kakak pertama Raga berbisik di telinga adik laki-lakinya itu. Raga hanya terlihat semakin bingung dan memasang wajah kesal tentu saja. Gaia masih terdiam berusaha tidak menarik perhatian siapapun saat itu.

 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • LONELY TOGETHER   Suami yang Menahan diri

    Mungkin karena AC di kamar Raga memang dingin, Gaia meringkuk di pelukan Raga sepanjang malam tanpa dia sadari. Perempuan itu terlelap memeluk tubuh yang sebenarnya enggan dia peluk. Raga bahagia dengan apa yang terjadi malam ini karena Gaia yang mendekati tubuhnya lebih dahulu dan tenggelam dalam pelukannya sepanjang malam. Meski tentu saja dia hampir tidak merasakan lengan sebelah kirinya ketika bangun terlebih dahulu. Laki-laki itu menatap dengan senyum wajah istrinya dalam lampu kuning di tepi tempat tidur. Raga lega, laki-laki itu mencium kening Gaia perlahan dan masih tersenyum. Perempuan itu bergerak sedikit tapi dia masih memejamkan matanya. Di sisi lain Gaia ada keponakannya yang masih juga tertidur pulas. Raga sungguh terkesan dengan apa yang sedang dia lakukan saat ini. Memandang seseorang yang sedang tertidur bukanlah sebuah kebiasaan atau tidak akan menjadi hal yang dilakukan oleh Raga. Membuang waktu. Tapi, saat ini tidak ada yang lebih menyenangkan daripada melihat pere

  • LONELY TOGETHER   Secara Halus

    Tidak berapa lama bel pintu berbunyi dan Raga segera menuju ke depan untuk membuka pintu. Mba Rana terlihat masuk dengan tergesa melewati ruang tengah menuju ke kamar tengah. Gaia masih diam bersama keponakannya dan tidak beranjak dari sofa ruang tengah itu.“Tapi Mba, Kai sudah tidur. Kalau aku tidak bersama dengannya maka dia akan bingung besok pagi.” Suara Erin terdengar meski pelan. Raga masih berdiri di depan pintu kamarnya. “Kalau begitu bawa Kai juga.” Mba Rana sepertinya serius dengan apa yang dia katakan.“Sudah malam Mba, mau tidur dimana juga tidak masalah. Kenapa jadi seperti ini?” Erin sepertinya masih berkeras untuk tidak menuruti apa yang Mba Rana minta.“Tidak di sini. Kamu mau gendong Kai atau aku?” Mba Rana terlihat cukup serius dengan apa yang dia ucapkan. Erin terlihat kesal dengan apa yang sedang terjadi. Dia tidak bisa minta bantuan kepada siapapun. Dan akhirnya dia menggendong Kai bersamanya keluar dari kamar itu.“Kasihan kamu Kai, tidak boleh tidur di rumah y

  • LONELY TOGETHER   Erin ingin Tinggal?

    Kai dan dua keponakan Gaia sedang menikmati cake yang dibeli tadi di mall, sedangkan orang dewasa lainnya sedang makan camilan juga yang dibawakan oleh Ibu dan Mba Rana. Gaia sebenarnya cukup senang dengan sikap Mba Rana dan Ibu Raga yang santai kepada Erin. Meski beberapa pertanyaan canggung memang harus di dengar.“Jadi kamu ingin menata kamar tengah itu untuk Kai?” Mba Rana melihat kamar yang hanya berisi beberapa barang dan memang kecil.“Soalnya kamar kerja akan terlalu besar untuk Kai, dan juga akan lebih nyaman jika dia sudah punya kamar sendiri.” Raga terlihat tersenyum menjelaskan.“Kalian berdua tidak menganggap anakku sebagai penganggu bukan?” Erin terlihat berucap ketus di ruang tengah. Di depan semua orang perempuan ini bicara dengan sangat kasar, bagi Gaia.“Tidak, kami tidak pernah begitu. Hanya supaya Kai juga berlatih untuk tidur sendiri, punya kamar dan juga punya dunianya sendiri.” Raga kembali menjelaskan sebelum Gaia yang bicara.“Kai kan mas

  • LONELY TOGETHER   Aku Temani Kamu

    “Kai ingin bermain?” Gaia bertanya kepada anak kecil berusia lima tahun itu ketika mereka keluar dari tempat makan. Anak laki-laki itu terlihat tidak terlalu mengerti dengan pertanyaan Gaia. “Mau main di arena bermain?” Erin bertanya dengan senyum di wajahnya kepada Kai dengan lembut. Kai mengangguk perlahan.“Kalau begitu kita ke sana.” Gaia menunjuk sebuah tempat bermain tepat di depan tempat mereka berempat tadi makan. Raga terlihat kurang begitu suka dengan apa yang Gaia lakukan. Tapi Gaia menatap laki-laki itu seolah sedang memberikan sebuah sinyal jika dia harus menuruti apa yang Gaia katakan.“Aku akan mengisi kartu untuk mainnya lebih dulu.” Gaia terlihat cukup senang karena tidak ada antrian untuk mengisi kartu. Dia meninggalkan Raga dan Erin serta Kai tidak lama kemudian sudah kembali lagi. “Tap di tempat yang Kai ingin mainkan.” Gaia menyerahkan kartu itu kepada anak laki-laki Raga dan Erin. Sudah tentu Erin mengikut Kai yang kemudian memilih mainan yan

  • LONELY TOGETHER   Ayah dan Ibu

    Gaia kembali duduk di bagian belakang di mobil. Tapi itu juga bukan hal yang cukup besar untuk membuat Raga tidak memperhatikan istrinya itu, sepanjang jalan mereka membicarakan hendak kemana dan perlu membeli apa saja.“Tolong angkat telepon dari Mba Rana Babe.” Raga membuat Gaia kemudian meraih ponsel di saku celana sebelah kiri dari Raga. Erin terlihat tidak ingin melihat apa yang sedang Gaia lakukan.“Ya Mba?” Gaia menggeser tombol ikon telepon berwarna hijau di layar telepon milik Raga.“Gia?” Mba Rana sedikit terkejut meski seharusnya tidak. “Iya Mba, Raga sedang nyetir.” Gaia menjawab singkat.“Oo… Itu, nanti aku ke rumah sama Ibu. Kamu sudah sehat?” Mba Rana bertanya karena mungkin Raga lupa memberitahu kabar Gaia saat ini.“Sudah Mba, jam berapa ke rumah Mba?” Gaia bertanya lagi meski Raga tidak mengatakan apapun.“Makan sudah? Nafsu makan masih belum membaik?” Rana bertanya lagi kepada Gaia.“Um… Iya Mba, tapi memang lebih baik tidak terlal

  • LONELY TOGETHER   Margia yang Raga lihat

    Manusia memang selalu punya sisi yang tidak pernah bisa ditebak manusia lainnya. Unik, Raga lupa jika Margia itu memang tidak seperti perempuan lain, tidak seperti teman tidurnya yang lain. Dia punya semua hal yang Raga juga punya. Jika Raga punya kekasih, Gaia juga. Raga punya keluarga, Gaia juga. Dan Gaia punya caranya sendiri menjalani hidup. Raga lupa jika Gaia bukan perempuan yang akan meminta kepada laki-laki, bukan perempuan yang akan menyandarkan bahunya pada laki-laki untuk meminta kemakmuran di hidupnya. “Kita fokus untuk Kai saja, sekali lagi jika kamu ingin kami membiayai sekolah Kai, tapi kamu ingin Kai tetap bersama denganmu. Aku juga tidak keberatan.” Gaia kembali menyatakan sebuah penawaran.“Kai juga butuh kasih sayang Ayahnya. Kamu berusaha menghalangi?” Erin berusaha menyudutkan Gaia. Gaia menggeleng perlahan.“Tidak juga, Kai boleh bertemu dengan Raga kapanpun, boleh juga menginap. Tapi jika itu kamu aku tidak menngizinkan.” Raga kembali tersenyum de

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status