Share

RASA BERSALAH

Plakkk!

Awww!

Seruni berteriak kesakitan sambil memegangi pipinya. Ia menangis.

Tanpa sadar Stenly mengepalkan kedua tangannya saat melihat Seruni diperlakukan kasar oleh Ayahnya sendiri.

"Cukup, Jali!" bentak wanita paruh baya sambil mendorong tubuh ayah Seruni. "Jaga bicara Anda! Anak saya bukan orang seperti itu!" lanjutnya penuh amarah.

 "Dia juga anak saya, Dewi!" ucap Jali tak mau kalah.

"Anda bilang anak? Saya tanya sama Anda! Orang tua seperti apa yang tega menuduh anaknya sendiri menjual diri! Dan lagi, orang tua seperti apa yang tega memaksa anaknya berhubungan dengan lelaki tak punya sopan santun hanya demi uang, hah!" teriak Dewi sambil menangis. 

 Jali mendengus. "Apakah wajar anak perempuan seperti dia pulang hampir pagi seperti ini!" bentak pria paruh baya tidak mau kalah.

 "Dia pasti punya alasan. Lagi pula, lebih baik Runi pulang terlambat daripada harus menuruti kemauan Anda yang pasti memaksa dia pergi bersama Edo!"

"Cukup!" teriak Seruni sambil menangis, sehingga membuat kedua orang tuanya berhenti berdebat.

Ia menutup kedua telinganya dengan tangan, membuat Stenly yang melihat merasa tidak tega.

 ‘Kalau saja tadi aku enggak memaksa Seruni untuk ikut denganku, mungkin dia tidak akan diperlakukan seperti ini,’ ucap Stenly di dalam hati. 

 Ingin rasanya saat ini Stenly menghampiri Seruni dan menjelaskan kepada kedua orang tuanya, apa yang  terjadi. Tapi niatan itu segera dibuang jauh-jauh karena ia sadar, ini sudah bukan ranahnya lagi untuk ikut campur masalah orang lain. Sedang urusannya dengan Kimberly masih tidak jelas kelanjutannya. Akhirnya, Stenly memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah Seruni dan memilih pulang ke rumahnya dengan segala macam beban pikiran yang sedang menderanya.

“Kamu kenapa?” tanya William saat Stenly masuk ke dalam mobil dengan wajah lesu. 

“Gara-gara aku, Seruni jadi ditampar oleh Ayahnya. Andai saja tadi aku tidak memaksa dia untuk ikut denganku, mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi,” ucap Stenly benar-benar merasa bersalah.

“Kamu jangan berlebihan! Mungkin dia memang pantas mendapatkannya,” kata William acuh tak acuh. Sejak awal ia memang kurang suka dengan Seruni.  Jadi, dia tidak akan peduli dengan apa yang menimpa Seruni.

“Jangan seperti itu, Will!” tegus Stenly.

“Sudahlah, jangan bahas wanita itu, tidak penting. Ada hal lebih penting yang harus kamu tahu,” sergah William dengan serius.

Stenly mengerutkan keningnya. “Apa?”

“Ini tentang Kimberly!”

 bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status