Share

III. Mengandung

Berkat Haura, perempuan yang kemarin tanpa sengaja bertemu denganku di kedai kopi setelah sekian lama, aku harus mempersulit diri agar sempurna saat memenuhi undangannya. 

Seperti yang orang lain tahu, Haura adalah istri sah dari Yunanda. Mereka sudah menikah sejak 3 tahun yang lalu.

Mungkin orang-orang akan benci ketika mengetahui fakta ini, lebih tepatnya faktaku yang menjalani hubungan dengan laki-laki yang telah beristri, lalu aku harus apa kalau sudah begini?

Hubunganku dengan Yunanda tidak bisa diputuskan begitu saja. Kami sudah memikirkannya dua tahun yang lalu, semua resiko dan yang akan terjadi kedepannya. Kami sudah mengambil keputusan, yaitu tetap bersama. 

Tak peduli apa kata orang, lagipula bukan orang lain yang menjalani hubungan ini, tidak ada yang lebih memahami tentang ini selain kami. 

"Halo Jimmy, apa kau sibuk hari ini?" tanyaku pada orang di balik ponsel setelah panggilan dariku diangkatnya.

"Iya, ada banyak pekerjaan hari ini. Memangnya ada apa, Rain?" tanya Jimmy kembali. Dia adalah rekan kerjaku dulu, sebenarnya kami tidak begitu dekat. 

"Tadinya aku ingin memintamu menemaniku disebuah acara," jawabku. 

"Maaf Rain, tapi aku tidak bisa," tolaknya. 

"Tidak apa-apa. Terima kasih ya atas waktunya," putusku. 

Untuk kesekian kalinya aku menghela nafas putus asa setelah panggilan lagi-lagi kuputuskan tanpa mendapat apa-apa. Pesta akan dimulai malam ini, tepatnya 2 jam lagi, tetapi aku tidak memiliki teman yang dapat kuajak kesana. 

Kedatanganku untuk memenuhi undangan akan dirasa gagal jika tidak terlihat membawa teman agar orang lain menganggapnya pasanganku.

Immanuel baru saja datang, laki-laki itu memandangiku dari bawah ke atas. 

"Apa?" desisku. 

Dia duduk di sampingku kemudian menjawab, "Kau lumayan juga."

"Pacarku selalu memujiku juga" timpalku. 

"Iya, tapi masih lebih besar punya Veron."

Mataku melotot bingung. "Apanya yang besar?"

"Yang dua itu. Kalau tidak keberatan, tolong fotokan dan kirim padaku lewat email" ucapnya.

Spontan aku melirik persis pada kedua buah dadaku, lalu menatap Immanuel yang tersenyum padaku. "Kurang ajar!"

Dia tertawa kecil, "Lupakan saja, aku hanya bercanda."

Aku ingin marah, tapi kuurungkan niatku karena memiliki niat lain yang jauh lebih penting.

"Apa hari ini kau sibuk?"

"Tidak juga."

"Bisa menemaniku ke sebuah acara?"

"Tidak."

"Ayolah, disana akan ada banyak makanan enak. Diadakannya di hotel bintang lima."

Ia mendengus kesal. "Kau kira aku terlalu miskin untuk sekedar membeli makanan mahal dan pergi menikmati hotel bintang lima? Aku bisa kemana pun jika memang menginginkannya.".

"Baiklah kalau tidak mau."

"Memangnya pacarmu kemana?"

"Sibuk."

"Kalau begitu aku akan menemanimu."

*   *   *

Kali ini aku memakai dress berwarna abu, tas berwarna senada dan sepatu kaca. Sedangkan Immanuel, memakai kemeja putih, dilengkapi jas abu, sneakers berwarna putih dan sedikit bergaya dengan kaca mata hitamnya. 

Bukankah penampilan Immanuel sudah mendeskripsikan rapih dan keren?! Dia cocok dengan pakaian itu, wajah tampannya semakin menonjol. 

Kami baru saja sampai di lobi hotel, bergandengan tangan seperti sepasang kekasih, melewati banyak tamu undangan yang memandangi kami untuk waktu yang lama. Mungkin karena kami paling menonjol dari tamu yang di dominasi oleh orang berumur 25 tahun lebih. 

Atau lebih tepatnya orang-orang memandangi kami karena wajah Immanuel. Jika kalian melihat parasnya detik ini, matamu akan tanpa sadar tidak berkedip untuk waktu yang lama. 

Immanuel adalah perpaduan dari sangat tampan dan muda.

Seluruh tubuhku sedikit gugup dan Immanuel dapat merasakan itu dari tangan kami yang saling menggandeng. Laki-laki itu mengelus tanganku, tetapi jangan salah paham, ini bagian dari pura-pura, agar orang mengira bahwa kami sepasang kekasih yang sangat ideal. 

Saat memasuki ruangan utama, di mana semua para tamu berkumpul, aku kesulitan untuk mencari meja kosong. Ada banyak kursi kosong tetapi aku tidak mengenal orang-orang di sebelahnya. 

Satu hal yang perlu diketahui, tamu di sini hampir sepenuhnya adalah orang-orang yang terjun di dunia politik. Dan Haura adalah anak bungsu sekaligus salah satu pewaris Neo Group, sebuah perusahaan sekaligus label bisnis yang memiliki terobosan dibanyak bidang. Tak hanya itu, Ayahnya juga seorang ketua dari partai politik yang terkenal.

Mau tau tentang Yunanda? Dia adalah salah satu anggota DPR yang dipastikan memiliki karier cerah di dunia politik. Semua itu tak lain atas dukungan dari Haura dan ayahnya.

"Rain!" Panggil seseorang, antusias.

Aku menoleh ke sumber suara, ternyata ia Haura, perempuan yang mengundangku kemari. "Halo Kak."

"Tampan sekali pacarmu," pujinya. 

"Iya" sahutku ramah. 

Haura menarik lenganku, membawaku menuju salah satu meja yang berada di dekat panggung. Sesuatu yang telah berada di sana membuatku menghela nafas panjang, itu meja Haura, di sana sudah ada Yunanda, suaminya. 

Tatapan Yunanda padaku tidak baik-baik saja, kurasa ia akan murka setelah melihaku menggandeng Immanuel. Ditambah Immanuel yang kemudian mengenggam tanganku erat, seakan kami benar-benar pasangan yang nyata.

"Ayo duduk," Persilahkan Haura pada aku dan Immanuel. Kami pun duduk tanpa penolakan.

"Halo kak," sapaku pada Yunanda.

"Iya," sahutnya ketus.

Aku melirik Yunanda sekilas lagi, ia juga memperhatikanku juga dengan pandangan penuh kesal, sudah seperti sengatan listrik. Aku tahu Yunanda, dia sangat posesif, tidak pernah suka aku bersama laki-laki lain apalagi bersentuhan. 

Yunanda sering berkata, aku itu miliknya, tidak boleh ada laki-laki lain yang menyentuhku selain dia. Jadi, bisa dibayangkan betapa kesalnya ia sekarang. 

"Kau cantik sekali seperti biasanya," ucap Immanuel padaku, aku tahu kalau ini bagian dari pura-pura.

"Kau juga tampan," balasku seraya tersenyum lembut. 

Setelah dialog antara aku dan Immanuel, kulihat Yunanda melakukan hal yang sama pada Haura. Yunanda menggenggam tangan Haura, menciumnya lalu berkata "Kamu yang paling cantik di ruangan ini," pujinya. 

Bohong jika aku bilang baik-baik saja setelah mendengar pujian Yunanda pada Haura, aku sangat cemburu. Bukankah aku perempuan yang sangat ia cintai, kenapa sekarang aku merasa dibodohi?

Namun aku sadar akan posisiku. Memangnya aku ini siapa? Hanya kekasihnya.

Acara hari ini di mulai oleh seorang MC terkenal. Ada banyak pertunjukan, entah itu nyanyian dari musisi terkenal atau tarian tradisional. Mereka pasti mengeluarkan banyak uang untuk mengundang bintang tamu sebagus itu. 

Immanuel sangat menikmati pertunjukan-pertunjukan yang ada, tetapi aku memiliki gangguan untuk sekedar menikmati pertunjukan. Ketika Haura sama halnya dengan Imanuel Immanuel, di sisi lain Yunanda seperti sangat kacau. Ia tak terlihat menikmati sama sekali, padahal musisi yang tengah menyanyi di panggung adalah idolanya.

Bisa kulihat kekesalan dalam ekspresinya. Astaga Rain, kau sedang dalam masalah besar. 

Pertunjukan kesenian atau pertunjukan dari artis sebenarnya bukan hal yang paling utama di sini, melainkan pidato dari ketua partai adalah hal paling utama. Dan sekarang bagian paling utama.

Para tamu termasuk aku menunggu saat-saat ini. Ketua partai sekaligus Ayah dari Haura akan menyampaikan pidato di depan panggung. Harusnya begitu jika dilihat dari undangan yang tertera, tapi malah Haura yang mengisi sesi ini. 

Perempuan itu maju ke panggung sambil tersenyum. Mengambil mic dari MC yang malah menatapnya bingung. 

"Sebelumnya aku ingin meminta maaf karena telah mengisi sesi ini yang harusnya diisi oleh Ayahku. Satu jam lalu aku meminta izin pada Ayahku selaku ketua Partai sekaligu ketua Neo Group. Maksudku di sini ingin memberitahu," ucapnya, dijeda. 

Aku melirik Yunanda, ia juga balik melirikku. Kami sama-sama penasaran.

Haura menarik nafasnya panjang, ia tersenyum bahagia kemudian lanjut berbicara, "Aku tengah mengandung."

Semua orang yang berada di ruangan ini tersenyum lalu tepukan tangan terdengar dari sebagian besar tamu, ketua Neo Group yang duduk paling depan juga ikut tersenyum bahagia. Mereka telah merencanakan pengumuman ini, lalu sekarang apa?

Aku hancur saat menyadari bahwa anak yang dikandung Haura adalah anaknya Yunanda. Bukankah Yunanda hanya mencintaiku bukannya Haura.

Bajingan!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status