Accueil / Romansa / Lagi, Pak Dosen / Bab 2 Pria Itu.....

Share

Bab 2 Pria Itu.....

Auteur: Manila Z
last update Dernière mise à jour: 2025-11-17 16:57:52

Gea sudah mulai melupakan kejadian yang terjadi padanya. Dia tidak tahu pria asing yang tidur dengan dirinya semalam. Gea duduk di kursi kampusnya, berusaha terlihat tenang di antara mahasiswa lain. Tapi pikirannya terus berputar. Ia menatap kosong halaman catatan yang belum disentuh sama sekali.

“Hei, kamu malah melamun,” suara familiar membuyarkan lamunannya.

Gea menoleh cepat. “Astaga, Raya, kamu bikin kaget aja!”

Raya mengangkat alis, menatap sahabatnya dengan senyum menggoda. “Kamu masih mikirin pacar kamu yang selingkuh itu, ya?”

“Ingat yah Raya, mantan pacar. Aku sudah putus dengan dia!” dengus Gea dengan nada yang sedikit marah.

Raya ikut menanggapi karena kemarin dia melihat sendiri bagaimana orang itu selingkuh. “Sorry lupa. Laki-laki bajingan itu memang pantas kamu tinggalkan.”

"Iya betul."

"Oh iya, semalam kamu langsung pulang? Aku tidak bisa mengantar kamu," ujar Raya.

Pertanyaan itu membuat napas Gea tertahan sesaat. Seketika, kenangan samar itu datang, kilatan lampu kamar hotel, aroma parfum pria yang samar, kulitnya yang panas, dan… tatapan pria itu. Dalam. Tajam. Seolah menelanjangi pikirannya.

Gea bahkan kembali mengingat sentuhan demi sentuhan dalam sekujur tubuhnya yang tidak bisa dia jelaskan. Kenikmatan sesaat ketika tubuhnya di sentuh oleh pria asing itu.

"Yealah malah melamun lagi, apa terjadi sesuatu dengan kamu?" ujar Raya menyadarkan kembali lamunan dari Geo.

"Eh tidak," jawab Gea dengan cepat. Dia tidak mau memberitahu Raya tentang kejadian tersebut.

Sampai ada seseorang masuk ke dalam ruangan, dia adalah mahasiswa yang paling heboh di kampus ini. Selalu memberikan banyak sekali informasi.

"Ada berita bagus hari ini," ujar Sonia

"Kenapa sih Sonia?" tanya Raya menoleh kearah Sonia.

Sonia menepuk dada, bangga. “Bukan gossip sembarangan. Dosen baru. Dari Inggris. Masih muda. Dua puluh tujuh tahun.  Dan super tampan.” Suaranya dibuat dramatis. “Yang bikin lebih heboh,dia single!”

Seisi kelas langsung ribut, kursi berderak, bisik-bisik memenuhi ruangan.

Raya spontan menoleh ke Gea dengan mata berbinar. “Gea! Ini momen kamu. Move on dari Marvel yang kayak sampah itu. Kita wajib lihat dosennya sekarang juga!”

Gea hanya mengangkat bahu sambil tersenyum tipis. Dia belum bisa membayangkan seperti apa dosen yang dimaksud Sonia. Tapi mendengar kata tampan, ya,  setidaknya itu lebih baik daripada memikirkan mantannya yang berselingkuh dengan wanita di depannya sendiri.

“Serius Sonia? Beneran kayak yang kamu bilang?” tanya Gea.

“Tentu saja. Kamu pikir aku bohong?” Sonia menyibakkan rambutnya penuh percaya diri.

Tak lama kemudian, mahasiswa lain mulai memasuki kelas. Suasana berubah hening ketika seseorang berbisik:

“Pak Stefano datang.”

“Eh, itu dia!”

“Gila. ganteng banget.”

Suara-suara kagum beruntun memenuhi ruangan.

Raya langsung menarik lengan Gea. “Gea! Liat tuh! Tuh!”

Gea menoleh kearah orang tersebut. Seluruh tubuhnya sontak membeku ketika melihat orang yang berjalan menuju kearah kelasnya.

Deg

Pria itu dengan kemeja putih rapi, lengan sedikit tergulung, rambut cokelat gelap yang nampak manis tapi maskulin, wajah asing yang sangat dikenalnya.

Pria yang semalam memeluknya.

Yang tubuhnya berada di atasnya dengan hajat. Suara erangannya mengisi ruangan hotel pada malam itu. Seketika Gea teringat dengan kebodohannya yang sudah memberikan uang pada laki-laki tersebut.

“Dia..” suara Gea tercekat di tenggorokannya. “Gak mungkin…”

Bayangan malam itu terputar di kepalanya seperti film dengan volume maksimal. Setiap sentuhan, setiap desah, setiap tatapan, semuanya muncul tanpa diundang.

Raya menatap Gea bingung. “Kok kamu kayak liat hantu? Dia cakep banget kan? Ya ampun, kamu pasti bakal—”

“Raya!” suara Gea lirih. “Diam!”

"Kenapa?" tanya Raya kebingungan.  Coba saja kalau Nadia satu jurusan dengan mereka berdua, pasti dia tahu apa yang dipikirkan Gea sekarang.

"Tidak, lupakan saja," jawab Gea yang sebenarnya ingin menceritakan kejadian semalam. Tetapi dia tidak jadi memberitahu Raya. Takut wanita itu akan heboh nanti.

Sementara itu Stefano berdiri di depan kelas, memandang para mahasiswa dengan tatapan profesional, kecuali satu detik singkat ketika matanya melirik ke arah Gea.

Tatapan itu menghantam Gea tepat di dada.

Dia mengenal wanita itu. Sangat mengenal.

Stefano mengangkat alis sedikit nyaris tak terlihat, namun cukup untuk membuat Gea makin panik.

Lalu dia kembali bicara seolah tidak terjadi apa-apa.

“Selamat pagi semuanya. Saya Stefano Wiliam, dosen pengganti Bu Sesil. Saya akan mengajar mata kuliah Rangkaian Listrik semester ini.”

Sonia langsung angkat tangan sambil berkedip genit. “Pak, setelah kelas boleh minta nomor WA? Biar gampang tanya-tanya.”

Suasana kelas tertawa.

Stefano menatap Sonia dengan wajah datar, tegas, berwibawa. “Maaf, itu bukan ranah profesional.”

Raya nyaris memekik. “Astaga! Dia dingin tapi, keren banget! Gea, kamu dengar?”

Gea hanya bisa mengangguk kikuk. “Iya… keren…”

Gea kembali menggelengkan kepalanya lagi. "Astaga, jangan sampe ingat kejadian itu lagi!" batinnya.

Stefano kembali melirik Gea. Lebih lama kali ini. Tidak berlebihan, tapi cukup untuk membuat jantung Gea berdebar kacau.

Raya mendengus penasaran. “Kok kamu beda banget sih? Kamu gak heboh kaya tadi. Jangan bilang kamu udah kenal Pak Stefano?”

“Enggak!” jawab Gea cepat sekali. Terlalu cepat.

Raya langsung menyipitkan mata. “Hmm… curiga.”

Gea buru-buru menatap papan tulis. “Aku baru lihat dia sekarang, sumpah.”

“Yakin?” goda Raya. “Kalau mau ngegebet duluan bilang aja.”

Gea menggeleng cepat. “Gak. Kamu aja. Aku baru putus dari Marvel.”

“Ya ampun kamu ini gak seru!” Raya manyun lalu kembali memandang ke depan. “Tapi sumpah. Pak Stefano itu tipe idaman banget.”

Sementara itu Stefano mulai menjelaskan materi. Suaranya tenang, bariton, dan entah kenapa, sangat familiar di telinga Gea.

Setiap kata yang keluar dari mulut pria itu mengingatkan Gea pada gumaman rendahnya semalam. Sentuhannya. Bibirnya.

Dan yang membuat Gea makin resah, Stefano tampak seperti sengaja meliriknya lagi dan lagi. Seolah mengingatkan Gea pada kejadian panas satu malam mereka di hotel itu.

“Nah, begitu kira-kira tentang hukum rangkaian listrik,” jelas Stefano menutup penjelasan materinya.

Gea hanya berpura-pura fokus, padahal pikirannya berantakan. Dia masih tidak percaya, orang yang tidur dengannya ternyata adalah dosen barunya.

“Ge, aku rasa Pak Stefano dari tadi ngeliatin kamu terus,” bisik Raya pelan.

Gea menoleh perlahan ke arah depan. Dan benar saja, tatapan mereka kembali bertemu.

Deg.

Jantung Gea berdebar lebih kencang. Ada rasa takut dalam hatinya sekarang,  takut kalau Stefano tiba-tiba membuka mulut tentang apa yang terjadi di hotel.

“Oke, ada yang mau ditanyakan?” tanya Stefano pada seluruh kelas.

Tidak ada yang bersuara. Ruangan menjadi hening. Stafano menganggap kalau semua mahasiswa yang ada di tempat ini sudah paham dengan apa yang dia jelaskan.

“Kalau begitu, saya anggap semua sudah mengerti,” ucapnya sambil menutup buku.

Namun tiba-tiba ia mengangkat wajah dan menunjuk tepat ke arah Gea.

“Dan kamu, tolong antarkan buku ini ke ruangan saya.”

Gea sontak melotot. Apa dia tidak salah dengar? Kenapa juga harus menunjuk kearahnya, membuat orang yang ada di ruangan ini malah semakin curiga dengan dirinya. Belum lagi dengan tatapan iri dari mahasiswi lain yang bisa Gea lihat.

“B-Biar saya saja, Pak,” kata Sonia cepat-cepat.

Stefano langsung menggeleng. Nada suaranya berubah tegas. “Tidak. Saya ingin wanita itu yang mengantar.”

Semua kepala menoleh ke arah Gea. Sonia bahkan menatapnya penuh sinis, jelas-jelas tidak suka.

Sementara Raya menyikut pelan Gea dengan tatapan menggoda. “Cepet sana! Siapa tahu kamu bisa lihat ruangan pribadinya yang keren itu.”

“Malas banget,” gumam Gea.

“Tapi banyak yang pengen dipanggil. Kamu beruntung, sumpah.” Raya mendorongnya pelan.

Dengan berat hati Gea mengambil buku itu. Dia menghela napas panjang. Mau tidak mau, dia memang harus bicara empat mata dengan pria itu.

“Aku pergi dulu,” katanya.

“Semangat, Gea. Semoga kamu nggak pingsan di sana,” goda Raya.

Gea hanya melotot kesal sebelum berjalan ke arah ruangan Stefano. Langkahnya terasa semakin berat, seiring firasat buruk yang makin kuat.

“Kenapa sih aku merasa bakal ada sesuatu yang nggak enak terjadi,” gumamnya sambil mengetuk pintu ruangan itu.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Lagi, Pak Dosen   Bab 7 Sebuah Rumor

    Rumor tentang Gea berada di perpustakaan bersama dengan Stafano kini kian menyebar. Semuanya karena Satpam itu yang membicarakan ini pada penjaga lainnya. Bahkan mahasiswa lain juga ada yang ikut mendengar rumor tersebut. "Tidak menyangka yah, Gea orang yang seperti itu.""Demi nilai, dia merendahkan dirinya sendiri," bisik yang lainnya. Banyak sekali orang yang membicarakan tentang dirinya. Semuanya saling berhubungan satu sama lain. Bahkan dia tidak yakin semuanya jadi seperti ini. Gea melewati orang-orang yang membicarakan dirinya, ada rasa malu dan rasanya dia ingin pergi dari sini. Bruk Gea tidak sengaja menabrak dada seseorang karena terburu-buru. "Aw...""Kamu tidak apa-apa?" tanya Stefano yang kini menatap kearah Gea. Gea langsung bersidekap menatap kearah Stefano dengan pandangan yang sedikit sinis. "Pak Stefano sengaja yah nabrak saya?" tuduh Gea. "Justru kamu yang sengaja menabrak saya," kata Stefano dengan santai. Seketika Gea teringat dengan rumor tentang dirin

  • Lagi, Pak Dosen   Bab 6 Memikirkan Stefano

    Gea langsung panik ketika melihat satpam itu memergoki dirinya dengan Stefano, bahkan dengan posisi mereka sekarang yang sulit sekali untuk diartikan. "Pak Stefano, anda dengan mahasiswa itu! Astaga."Satpam itu langsung pergi dengan begitu saja setelah melihat Gea dan Stefano dengan posisi Stefano menindih tubuh Gea. "Tunggu, Pak. Ini tidak seperti yang sebenarnya!"Gea langsung mendorong tubuh Stafano, dia berusaha untuk menjelaskan semuanya. Khawatir kalau nanti malah akan menjadi rumor buruk. "Sudahlah, dia sudah pergi."Stefano bangun kembali setelah dia tidak sengaja mencium bibir manis milik Gea tadi. Sedangkan Gea melotot tajam kearah Stefano. Dia benar-benar masih kesal dan tidak percaya dengan semuanya. "Ini semuanya gara-gara Pak Stefano. Coba saja tadi tidak seperti itu, mungkin satpam itu tidak akan salah paham!" marah Gea dengan Stefano. "Kok kamu kesananya kaya menyalahkan saya? Sudah jelas bahwa tadi itu kecelakaan, kamu tidak lihat benda itu tadi jatuh," tunjuk

  • Lagi, Pak Dosen   Bab 5 Ciuman Tidak Sengaja

    Perpustakaan Gea berada di sebuah perpustakaan dan mencari buku tentang sistem digital. Kebetulan sekali dia adalah seorang mahasiswa tehnik elektro. Dia mencari di tumpukan buku. "Mana sih, gak ada," umpat Gea dengan kesal. Dia tidak menemukan buku yang dia cari, padahal ini sudah hampir larut malam, dia tidak tahu buku itu berada di mana. Akhirnya dia mengambil ponselnya dan memutuskan untuk menghubungi Raya. "Hallo Raya.""Kenapa Gea, malam-malam malah menghubungi aku?""Buku yang waktu itu, tentang sistem digital tidak ditemukan. Bahkan modulnya juga tidak ada. Aku sudah mencarinya di perpustakaan kampus.""Tunggu dulu, kamu jam telah malah begini ada di kampus? Astaga Gea kamu gila yah!" ujar Raya dengan nada yang sedikit panik. Apalagi ini sudah malam, membuat Raya jadi khawatir dengan Gea. "Biasa aja kali, lagian aku juga ke perpustakaan kampus untuk mencari buku. Bukan buat hal yang aneh-aneh," balas Gea dengan santai. "Iya tetapi saja Gea. Ini sudah malam, besok saja

  • Lagi, Pak Dosen   Bab 4 Dunia Sempit Sekali

    "Itu sangat memalukan!"Gea sudah berada di sebuah kafe dan dia tengah menyusun gelas dengan benar. Dia terus saja memikirkan dosen barunya itu. Bisa-bisanya tadi dia malah asal masuk ke dalam mobil orang dan ternyata adalah mobil dosennya sendiri. "Memalukan. Kenapa malah masuk mobil dia pula?"Gea terus merutuki kesalahannya tadi, sampai ada salah satu temannya datang menghampiri dirinya. Dia adalah Andin."Gea, tolong kamu kasih kopi late ini ke meka nomor 9 yah."Gea hanya mengangguk mendengarkan apa yang dikatakan oleh Andin. "Okeh."Akhirnya Gea memutuskan untuk berjalan menuju kearah meja yang disebutkan oleh Andin barusan. Baru beberapa langkah dia langsung menaikan sebelah alisnya. "Sepertinya aku tidak asing dengan orang itu," gumam Gea. Dia memastikan kembali orang yang tengah duduk barusan. Kemudian dia menggelengkan kepalanya. "Pak Stefano, tidak mungkin dia bukan? Pasti itu karena aku terlalu memikirkan orang itu, makanya tamu yang datang seperti dalam bayanganku. Ti

  • Lagi, Pak Dosen   Bab 3 Ruangan Panas Dingin

    Gea di depan pintu ruangan pribadi milik Stefano. Ada rasa perasaan gelisah ketika dia handak akan masuk ke dalam ruangan tersebut. Akhirnya dia memutuskan untuk mengetuk pintu dengan pelan. Tok tok tok..."Masuk."Mendengar suara maskulin itu membuat Gea sedikit ragu, sampai akhirnya dia memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan itu. Setelah dia masuk ke dalam, akhirnya dia melihat pria berbadan tinggi dengan tubuh yang kekar. Laki-laki itu melepaskan kacamatanya. "Maaf Pak Stefano, saya hanya ingin memberikan buku ini."Ingin rasanya Gea pergi dengan begitu saja dari tempat ini. Apalagi atmosfer disekitarnya sudah merasa tidak nyaman. "Kamu masuk langsung pergi begitu saja?" "Maksud Pak Stefano?" tanya Gea menaikan sebelah alisnya heran. Stefano mengangkat pandangannya perlahan, menatap Gea yang kini berdiri canggung di depan pintu. Tatapan mata laki-laki itu tajam namun tenang, seolah bisa menembus kegelisahan yang Gea rasakan.“Kenapa berdiri di situ? Duduklah.” Suarany

  • Lagi, Pak Dosen   Bab 2 Pria Itu.....

    Gea sudah mulai melupakan kejadian yang terjadi padanya. Dia tidak tahu pria asing yang tidur dengan dirinya semalam. Gea duduk di kursi kampusnya, berusaha terlihat tenang di antara mahasiswa lain. Tapi pikirannya terus berputar. Ia menatap kosong halaman catatan yang belum disentuh sama sekali.“Hei, kamu malah melamun,” suara familiar membuyarkan lamunannya.Gea menoleh cepat. “Astaga, Raya, kamu bikin kaget aja!”Raya mengangkat alis, menatap sahabatnya dengan senyum menggoda. “Kamu masih mikirin pacar kamu yang selingkuh itu, ya?”“Ingat yah Raya, mantan pacar. Aku sudah putus dengan dia!” dengus Gea dengan nada yang sedikit marah. Raya ikut menanggapi karena kemarin dia melihat sendiri bagaimana orang itu selingkuh. “Sorry lupa. Laki-laki bajingan itu memang pantas kamu tinggalkan.”"Iya betul.""Oh iya, semalam kamu langsung pulang? Aku tidak bisa mengantar kamu," ujar Raya. Pertanyaan itu membuat napas Gea tertahan sesaat. Seketika, kenangan samar itu datang, kilatan lampu k

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status