FAZER LOGINDunianya hancur, setelah Rachel sekarang pun Gregor ada di pihak lawan. Usaha yang dibangun selama ini sia-sia. Sedikit lagi, padahal sedikit lagi dia punya bukti kuat untuk membongkar kasus pembunuhan keluarganya dulu. Merasa tidak punya harapan karena di ambang kematian, dia pasrah nasibnya bakal seperti apa. Adam tidak peduli lagi apa yang akan mereka lakukan padanya.
"Kenapa katamu?" tanya Gregor dengan bersungut-sungut. "Tiga tahun aku selalu di bawah bayang-bayangmu, Adam. Seorang mahasiswa unggulan yang seperti dianggap anak sendiri oleh dekan keparat itu." Gregor menumpahkan seluruh unek-uneknya. Ternyata selama tiga tahun ini, Gregor memendam sakit hatinya karena kalah saing dengan Adam di bidang sains. Dia dijuluki si anak nomor dua oleh beberapa dosen. Praktis, julukan itu semakin membuatnya membenci Adam. Bahkan, Adam sering direkomendasikan membantu pekerjaan kurator museum. Padahal, Gregor sangat antusias dan memimpikan pekerjaan itu. Dia menganggap Adam merampas semua harapan, maka dari itu di satu kesempatan dia bergabung dengan The Myth yang notabene merupakan organisasi yang bergerak di bidang sesuai minat dan bakatnya. "Tidak, Gregor. Kau salah paham. Aku bahkan menyodorkan namamu untuk mendampingiku agar menjadi..." "Menjadi nomor dua, kan," potong Gregor. Adam menundukkan kepala. Sahabatnya ini memang keras kepala dan sulit sekali dibujuk jika sudah kecewa. Namun, dia tidak menyangka kekecewaannya sudah sangat dalam sehingga menjadi gelap mata. "Memang seperti yang diinginkan tua bangka sialan itu. Dan kau pastinya senang dengan posisimu saat itu, bukan." Muak dengan dua orang beradu mulut seperti anak kecil, August lantas mendesak Gregor agar segera menghabisinya. Dia tidak punya banyak waktu, masih banyak yang harus dikerjakan daripada mendengar dua orang beradu argumen. "Sudah cukup perdebatan kalian, reuni cukup sampai di sini. Kau..." tunjuk August pada Gregor, "habisi dia." Gregor mengarahkan senjata tepat di kepala Adam. Pandangan mereka beradu dengan ekspresi berbeda. "Jangan lakukan itu, Gregor," pinta Rachel. Akan tetapi Gregor bergeming, dia melepaskan satu tembakan yang meluncur lurus ke dahi Adam. "Tidaaaak." Namun, entah meleset atau ada sesuatu yang lain menahan timah panas tersebut. Yang pasti sekilas muncul percikan api yang menyelamatkan nyawa Adam. Semua terkesima tak terkecuali Adam. Dia keheranan melihat setitik cahaya beradu dengan peluru hingga memercikkan api berjarak dua jengkal di depan wajah. "Bahkan jarak dua meter saja kau tidak sanggup mengenainya," kata August gusar. Dia masih tidak yakin apakah yang dilihatnya benar atau tidak. Dia menguasai sihir, tentunya dia tahu 'sesuatu' yang muncul barusan. Untuk itu dia memerintahkan anak buahnya yang lain sekali lagi menembak Adam bersamaan, tapi kali ini dengan kekuatan penuh. "Berondong dia dengan amunisi yang kalian punya." Hari yang mulai gelap menjadikan daerah sekitar menjadi terang dengan cahaya kemerahan berasal dari ujung senapan serbu. Mereka menembaki Adam dari berbagai posisi, tapi ribuan cahaya mirip kunang-kunang bermunculan mengelilingi Adam layaknya tornado kecil dari cahaya. Dia pun awalnya takut dengan kemunculan orbs yang mendadak, tapi dia sadar ternyata orbs itu melindunginya. "Benar dugaanku, itu adalah sihir kuno. Dari mana dia menguasainya? Tidak, bukan dia yang mengeluarkan sihir tersebut, tapi sihir itu keluar dengan sendirinya," gumam August. Pemimpin tertinggi The Myth itu lalu merapal mantra. Seketika telapak tangan mengeluarkan api biru lalu dilepaskan ke Adam. Tembakan api tepat mengenai Adam, tapi ribuan cahaya itu terlalu kuat untuk ditembus, hingga bola api itu terpental ke udara. "Minggir semuanya. Ada sesuatu yang ingin kucoba." Anggota The Myth lantas meninggalkan arena pertempuran meninggalkan Adam dalam posisi terpojok di pinggiran jurang. Adam yang awalnya pasrah kini kembali terlecut keinginannya untuk bertahan hidup. Dia menyadari ada sesuatu dari dalam dirinya yang nantinya bakal berguna. Namun masalahnya, dia belum bisa mengendalikan benda itu. Mereka hanya berputar-putar menjadi tameng tanpa bisa melawan balik. "Heaaa!" Puluhan bola api hitam meluncur deras, August berpindah tempat dengan cepat untuk mencari celah menembus pertahanan orbs tersebut. Benar saja, beberapa cahaya orbs padam terkena hantaman bola api hitam. Sihir itu mampu 'memakan' cahaya orbs dan melemahkannya kemudian berubah menjadi batu yang hangus terbakar lalu jatuh. Adam yang tidak memiliki kemampuan bertarung bukan tanpa perlawanan, dia hanya menghindar dari terjangan sambil memperhatikan langkah agar tidak terperosok ke jurang. "Aaaah, whoa." Dilihatnya kerikil berjatuhan ke dalam jurang saat kakinya menginjak batuan. Fokusnya terbagi antara pijakan dan serangan August. "Kau lengah, Bocah." Dengan gerakan salto di udara, saat posisi kepala di bawah, August melepaskan lebih banyak bola api hitam. Serangan tersebut sebagian mengenai tepian tebing membuat bebatuan longsor hingga keseimbangan Adam goyah. Orbs yang jumlahnya sudah mulai berkurang, tidak mampu menahan serangan itu. Tubuh Adam terpental ke udara lalu terjatuh ke dalam jurang. "Aaaaaaah." "Tidak. Adaaaaam," teriak Rachel menggema. Burung-burung penghuni dinding tebing beterbangan. Entah karena serangan August atau dari teriakan Rachel. Rachel berlari ke tepian tebing, dia memastikan apakah Adam masih selamat. Namun, dengan kedalaman jurang tersebut, mustahil seseorang masih hidup.Kedatangan August yang muncul tiba-tiba seperti hantu, membuat raksasa penjaga kembali bangkit. Rupanya roh tersebut merasakan kekuatan gelap dan besar hadir, kekuatan yang bisa saja mengundang bencana di kemudian hari.Sihir Geovani hanya membuat raksasa itu jatuh untuk sementara. Sekarang roh itu kembali berdiri dengan mata merah menyala. Hanya bagian dada yang terlihat di permukaan air, sedangkan sisanya berada di dalam."Dia bangkit lagi." Geovani menatap makhluk itu dengan kecewa, lantaran sihirnya ternyata tidak berpengaruh.Krul lantas mengeluarkan bayangan rantai. Kedua tangannya dijulurkan ke depan, lalu sekitar sembilan buah rantai hitam meluncur deras mengikat kaki, tangan, dan leher raksasa itu hingga tidak bisa bergerak.Tak berhenti sampai di situ, rantai itu melilit kencang. Rantai sihir yang dilengkapi duri itu menancap kuat hingga tubuh raksasa itu terkoyak dan mengeluarkan cahaya merah.Dengan tetap menapakkan kedua tangan di permukaan tanah, Krul tersenyum miring. "
“Triskele ini bukan hanya kunci. Ia juga penentu siapa yang layak mengakses altar Cumhail. Jika kita bisa mengaktifkan sisi pelindungnya, mungkin kita bisa mengunci kembali segel itu bahkan sebelum August sampai di sana.”Sam bersandar ke kursinya. “Dan untuk itu, kita butuh waktu. Sementara mereka menggali Calais, kita harus mendahului mereka dengan memahami cara kerja artefak itu sepenuhnya.”Rachel berdiri, menatap peta besar di dinding yang menandai lokasi-lokasi Celtic kuno. “Kalau lokasi altar Cumhail benar-benar ditemukan di Calais, itu berarti jalur energi ley line dari Irlandia melewati titik itu. Artinya, semua energi spiritual akan berpusat di sana saat ritual dilakukan.”Adam berjalan ke sisinya, mengangguk. “Dan jika Triskele ditempatkan di titik pusat ley line, mungkin bisa memutus arus itu.”Sam menatap mereka berdua. “Lalu siapa yang akan pergi ke Calais?”Keheningan memenuhi ruangan sejenak.Akhirnya, Adam menjawab tanpa ragu, “Aku dan Rachel. Kau tetap di Dublin, Pam
Rachel menatap Adam. “Artinya… August tidak akan bisa membangkitkan segel itu meski ketiga syarat sudah dipenuhi?”Adam diam beberapa saat sebelum menjawab, “Tidak semudah itu. Triskele hanya mencegah kekuatan segel bangkit dengan sempurna. Tapi jika seseorang menemukan cara untuk memutar spiralnya ke arah sebaliknya… keseimbangan itu bisa hancur.”Rachel terdiam. Dalam hatinya muncul rasa takut yang tak bisa dijelaskan. “Dan kau yakin August akan mencoba?”Adam mengangguk mantap. “Dia tidak akan berhenti sampai segel itu terbuka. Karena di balik segel Cumhail bukan hanya kekuatan sihir kuno—tapi sesuatu yang jauh lebih besar. Sebuah entitas yang bahkan Oishin sendiri takutkan. Tapi aku tidak tahu siapa entitas tersebut yang sanggup mencegah segel Cumhail terbebas."Suara jam berdetak pelan. Di luar, hujan turun semakin deras.Rachel menatap Triskele dengan wajah tegang. “Kalau begitu… apa yang harus kita lakukan sekarang?”Sebelum Adam menjawab, pintu kamar mereka diketuk tiga kali.
Kabut tipis menyelimuti jalanan Calais di pagi hari. Angin laut yang asin bertiup dari arah pelabuhan, membawa aroma besi karat dan air laut yang menguap. Di kejauhan, deru ombak menghantam dinding beton dermaga tua yang sudah berlumut. Di antara suara camar dan kapal kargo yang merapat, sebuah mobil hitam berhenti di depan reruntuhan gereja tua, tak jauh dari tebing batu cadas abu-abu yang menjulang menghadap Selat Inggris.Dari dalam mobil itu keluar tiga orang: Geovani, Elber, dan Krul, tiga petinggi The Myth yang dipercaya langsung oleh August. Wajah mereka menyimpan keheningan yang berat, seolah menyadari bahwa langkah mereka kali ini bukan sekadar misi biasa.Geovani menatap reruntuhan di depan mereka, berupa tebing batuan cadas abu-abu menjulang tinggi.“Di sinilah,” katanya lirih. “Tempat sumpah gencatan senjata pernah diucapkan.”Elber membuka catatan tua di tangannya. Di antara lembaran kertas rapuh itu, tertera aksara kuno dengan tinta yang hampir pudar. “Menurut catatan da
Asap tipis masih mengepul dari kap mobil sedan hitam yang ringsek di tepi jalan Prague. Sopirnya meringis, mencoba keluar dengan tubuh penuh luka. Namun Krul tetap duduk tenang di kursi belakang. Tatapannya tajam menembus gelap, menatap jauh ke arah jalan yang telah ditinggalkan Adam.Tangan Krul meremas kursi kulit hingga robek. Ia tahu ini bukan kecelakaan biasa. Ada trik yang dimainkan. Namun tanpa bukti, ia tidak bisa langsung memastikan.Krul menarik napas panjang, lalu mengambil ponsel hitam berukiran lambang The Myth. Jemarinya menekan nomor cepat.Sambungan tersambung hanya dalam dua dering. Suara berat, penuh wibawa, terdengar dari seberang.“Krul.”Krul menundukkan kepala, seolah August bisa melihatnya melalui ponsel.“Bos… aku gagal membawa artefak dari Prague. Lelang itu dimenangkan oleh seorang investor muda dari Paris. Namanya Adrien Gilbert Lloris.”Suara di seberang hening sejenak. Lalu August berkata datar, “Artefak itu tidak sepenting yang kau kira. Jangan risau.”Kr
Sopir menoleh sebentar, lalu mengangguk. “Baik, Tuan.”Mobil melaju lebih kencang. Roda melibas genangan air, menyipratkan air kotor ke trotoar kosong. Kota Prague setelah hujan seperti labirin basah, dengan jalan sempit yang mudah menjerat siapa saja yang tidak tahu jalur.Di belakang, sedan hitam itu tetap mengikuti, menjaga jarak."Adam menghela napas. Aku tidak bisa melawan dia di sini. Jika aku menggunakan sihirku secara terang-terangan, Krul pasti akan mengenalinya," kata Adam seorang diri.Tiba-tiba, sebuah kilasan ide muncul di benaknya. Orion—entitas yang bisa ia bentuk sesuai kebutuhan. Dia tidak perlu menyerang langsung. Hanya butuh trik kecil, samar, tapi efektif.Adam menutup matanya sejenak, menyatukan pikirannya dengan Orion. Suara deras tetesan air dari atap gedung dan sisa rintik hujan menambah fokusnya. Orion muncul dalam imajinasinya, berwujud cahaya putih kebiruan yang berdenyut.Itu pilihannya. Jalanan Prague yang basah bisa menjadi senjata alami tanpa meninggalka







