Home / Fantasi / Lahirnya Pengendali Orion / Bab 2. Kemunculan Orion

Share

Bab 2. Kemunculan Orion

Author: Ady Farista
last update Huling Na-update: 2025-08-28 21:02:42

Dunianya hancur, setelah Rachel sekarang pun Gregor ada di pihak lawan. Usaha yang dibangun selama ini sia-sia. Sedikit lagi, padahal sedikit lagi dia punya bukti kuat untuk membongkar kasus pembunuhan keluarganya dulu. Merasa tidak punya harapan karena di ambang kematian, dia pasrah nasibnya bakal seperti apa. Adam tidak peduli lagi apa yang akan mereka lakukan padanya.

"Kenapa katamu?" tanya Gregor dengan bersungut-sungut.

"Tiga tahun aku selalu di bawah bayang-bayangmu, Adam. Seorang mahasiswa unggulan yang seperti dianggap anak sendiri oleh dekan keparat itu."

Gregor menumpahkan seluruh unek-uneknya. Ternyata selama tiga tahun ini, Gregor memendam sakit hatinya karena kalah saing dengan Adam di bidang sains. Dia dijuluki si anak nomor dua oleh beberapa dosen. Praktis, julukan itu semakin membuatnya membenci Adam.

Bahkan, Adam sering direkomendasikan membantu pekerjaan kurator museum. Padahal, Gregor sangat antusias dan memimpikan pekerjaan itu. Dia menganggap Adam merampas semua harapan, maka dari itu di satu kesempatan dia bergabung dengan The Myth yang notabene merupakan organisasi yang bergerak di bidang sesuai minat dan bakatnya.

"Tidak, Gregor. Kau salah paham. Aku bahkan menyodorkan namamu untuk mendampingiku agar menjadi..."

"Menjadi nomor dua, kan," potong Gregor.

Adam menundukkan kepala. Sahabatnya ini memang keras kepala dan sulit sekali dibujuk jika sudah kecewa. Namun, dia tidak menyangka kekecewaannya sudah sangat dalam sehingga menjadi gelap mata.

"Memang seperti yang diinginkan tua bangka sialan itu. Dan kau pastinya senang dengan posisimu saat itu, bukan."

Muak dengan dua orang beradu mulut seperti anak kecil, August lantas mendesak Gregor agar segera menghabisinya. Dia tidak punya banyak waktu, masih banyak yang harus dikerjakan daripada mendengar dua orang beradu argumen.

"Sudah cukup perdebatan kalian, reuni cukup sampai di sini. Kau..." tunjuk August pada Gregor, "habisi dia."

Gregor mengarahkan senjata tepat di kepala Adam. Pandangan mereka beradu dengan ekspresi berbeda.

"Jangan lakukan itu, Gregor," pinta Rachel.

Akan tetapi Gregor bergeming, dia melepaskan satu tembakan yang meluncur lurus ke dahi Adam.

"Tidaaaak."

Namun, entah meleset atau ada sesuatu yang lain menahan timah panas tersebut. Yang pasti sekilas muncul percikan api yang menyelamatkan nyawa Adam.

Semua terkesima tak terkecuali Adam. Dia keheranan melihat setitik cahaya beradu dengan peluru hingga memercikkan api berjarak dua jengkal di depan wajah.

"Bahkan jarak dua meter saja kau tidak sanggup mengenainya," kata August gusar.

Dia masih tidak yakin apakah yang dilihatnya benar atau tidak. Dia menguasai sihir, tentunya dia tahu 'sesuatu' yang muncul barusan. Untuk itu dia memerintahkan anak buahnya yang lain sekali lagi menembak Adam bersamaan, tapi kali ini dengan kekuatan penuh.

"Berondong dia dengan amunisi yang kalian punya."

Hari yang mulai gelap menjadikan daerah sekitar menjadi terang dengan cahaya kemerahan berasal dari ujung senapan serbu. Mereka menembaki Adam dari berbagai posisi, tapi ribuan cahaya mirip kunang-kunang bermunculan mengelilingi Adam layaknya tornado kecil dari cahaya. Dia pun awalnya takut dengan kemunculan orbs yang mendadak, tapi dia sadar ternyata orbs itu melindunginya.

"Benar dugaanku, itu adalah sihir kuno. Dari mana dia menguasainya? Tidak, bukan dia yang mengeluarkan sihir tersebut, tapi sihir itu keluar dengan sendirinya," gumam August.

Pemimpin tertinggi The Myth itu lalu merapal mantra. Seketika telapak tangan mengeluarkan api biru lalu dilepaskan ke Adam. Tembakan api tepat mengenai Adam, tapi ribuan cahaya itu terlalu kuat untuk ditembus, hingga bola api itu terpental ke udara.

"Minggir semuanya. Ada sesuatu yang ingin kucoba."

Anggota The Myth lantas meninggalkan arena pertempuran meninggalkan Adam dalam posisi terpojok di pinggiran jurang.

Adam yang awalnya pasrah kini kembali terlecut keinginannya untuk bertahan hidup. Dia menyadari ada sesuatu dari dalam dirinya yang nantinya bakal berguna. Namun masalahnya, dia belum bisa mengendalikan benda itu. Mereka hanya berputar-putar menjadi tameng tanpa bisa melawan balik.

"Heaaa!"

Puluhan bola api hitam meluncur deras, August berpindah tempat dengan cepat untuk mencari celah menembus pertahanan orbs tersebut. Benar saja, beberapa cahaya orbs padam terkena hantaman bola api hitam. Sihir itu mampu 'memakan' cahaya orbs dan melemahkannya kemudian berubah menjadi batu yang hangus terbakar lalu jatuh.

Adam yang tidak memiliki kemampuan bertarung bukan tanpa perlawanan, dia hanya menghindar dari terjangan sambil memperhatikan langkah agar tidak terperosok ke jurang.

"Aaaah, whoa."

Dilihatnya kerikil berjatuhan ke dalam jurang saat kakinya menginjak batuan. Fokusnya terbagi antara pijakan dan serangan August.

"Kau lengah, Bocah."

Dengan gerakan salto di udara, saat posisi kepala di bawah, August melepaskan lebih banyak bola api hitam. Serangan tersebut sebagian mengenai tepian tebing membuat bebatuan longsor hingga keseimbangan Adam goyah.

Orbs yang jumlahnya sudah mulai berkurang, tidak mampu menahan serangan itu. Tubuh Adam terpental ke udara lalu terjatuh ke dalam jurang.

"Aaaaaaah."

"Tidak. Adaaaaam," teriak Rachel menggema.

Burung-burung penghuni dinding tebing beterbangan. Entah karena serangan August atau dari teriakan Rachel.

Rachel berlari ke tepian tebing, dia memastikan apakah Adam masih selamat. Namun, dengan kedalaman jurang tersebut, mustahil seseorang masih hidup.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 46. Keluar sarang

    Dua setengah tahun Adam menahan diri di dalam hutan Arkhivum. Hutan itu bukan sekadar tempat pelatihan, melainkan juga penjara yang mengurungnya dari dunia luar. Ia belajar mengendalikan Orion—daya kuno yang bersemayam dalam dirinya—tanpa campur tangan sihir. Nuada pernah berpesan: *“Hanya dengan menguasai dirimu di tempat di mana sihir tidak berlaku, kau akan benar-benar memahami arti kekuatan.”*Hari-hari Adam dipenuhi keringat, luka, dan kesunyian. Ia melawan kelelahannya sendiri, mengasah ketajaman indra, membiasakan tubuhnya dengan ritme alam. Tidak ada lawan selain dirinya sendiri. Tidak ada suara selain bisikan dedaunan dan tarikan napas yang berat. Namun dari situ, Adam lahir kembali.Ketika akhirnya ia keluar dari hutan, tubuhnya berbeda—lebih berisi, gerakannya lebih terkendali. Mata yang dulu penuh keraguan kini memancarkan tekad dingin. Dunia di luar menantinya, dan di sanalah hutang lama belum terbayar.Salah satu yang pertama ada di benaknya: Rachel.Adam menelusuri kota

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 45. Kemunculan murid Nuada

    Di tempat lain, di dasar jurang tempat Adam dulu terjatuh, Nuada duduk bersila dengan mata terpejam. Posisinya menghadap ke arah pintu masuk gua seperti tengah menunggu kedatangan seseorang.Suasana di luar goa diguyur hujan badai, kilat menyambar, ombak berdebur keras menghantam karang menjadi pertanda akan hadirnya seseorang dengan kekuatan jahat.Di saat petir melintas, mulut gua yang tadinya gelap dalam sekejap menjadi terang. Menampilkan bayangan hitam seseorang berdiri di ambang pintu dengan pongah, tatapan matanya tajam menusuk seseorang hingga membuat nyalinya menciut."Kau sudah datang rupanya, wahai muridku," sapa Nuada kepada sosok pria yang baru saja datang entah dari mana. Kedatangannya seolah beriringan dengan petir. Cepat, dan muncul dalam sekejap.Dia bukanlah Adam, melainkan seseorang yang pernah dilatih Nuada. Sosok pria yang diceritakan kepada Adam, tentang seorang penjaga yang lalai hingga menyebabkan David Lloris tewas.Pria misterius yang mengenakan jubah dengan

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 44. Ciarán

    Sementara itu saat Adam melakukan perjalanan menuju Hutan Arkhivum tidak mudah. Jalannya berliku, melewati tebing dan lembah yang dipenuhi kabut. Namun semakin dekat ia berjalan, semakin terasa suasana asing di sekelilingnya. Pepohonan seperti memiliki mata yang mengawasinya setiap saat, ranting-ranting seperti tangan yang sigap menyergap kapan mereka mau.Udara di sana berat, seolah-olah setiap langkah menurunkan daya magis yang melekat pada tubuh. Cahaya Orion yang biasanya berkilau di balik kulitnya, kini terasa meredup. Adam merasakan kejanggalan: setiap kali ia mencoba mengeluarkan energi, kekuatannya lenyap begitu saja, seakan diserap oleh tanah.“Aneh… jadi begini maksudnya,” pikir Adam. “Tidak ada sihir yang bekerja di sini. Tapi… mengapa aku merasa ada sesuatu yang lain?”Sesampainya di tengah hutan, Adam duduk bersila di sebuah batu besar. Ia memejamkan mata, mencoba masuk ke dalam meditasi. Lalu sesuatu terjadi. Kabut tipis muncul, bukan dari luar, melainkan dari dalam dir

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 43. Tiga tahun lagi

    Adam duduk termenung di tepi sungai kecil yang alirannya tenang, namun dalam hatinya tidak ada ketenangan sedikit pun. Bayangan wajah August menghantui pikirannya. Tatapan dingin pria itu, gerakan tangannya yang cepat, serta kekuatan yang seakan melampaui batas manusia biasa, semuanya berulang kali muncul dalam benaknya seperti lukisan kelam yang tidak bisa dihapus.Kekalahan itu bukan sekadar luka fisik, melainkan pukulan pada harga dirinya. Adam yang selama ini berlatih keras di bawah bimbingan Nuada merasa runtuh karena kenyataan pahit: ketika benar-benar menghadapi pertempuran nyata, ia tak mampu berbuat banyak.“Aku gagal…,” gumamnya lirih.Nuada, yang memperhatikan muridnya dari kejauhan, menghela napas panjang. Ia tahu Adam tidak kekurangan semangat, namun pengalaman bertarungnya masih mentah. Pertemuan dengan August—yang seharusnya baru terjadi ketika Adam matang—datang terlalu cepat.“Adam,” panggil Nuada sambil berjalan mendekat. “Menyesal itu manusiawi. Tetapi jangan biarka

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 42. Kalung bulan sabit jatuh ke tangan August

    August tertawa, suara dingin yang menggema. “Kau masih sama saja. Terjebak pada murid, pada harapan yang sia-sia. Apa kau pikir dia mampu menahan badai yang akan datang? Kau salah, Nuada. Sangat salah.”Pertarungan berlangsung sengit. Adam berusaha menyerang August, tapi setiap tebasannya hanya mengenai bayangan. Sekali dorongan dari August, tubuh Adam terpental menghantam pohon besar. Nafasnya hampir putus, tulang rusuknya nyeri. Ia tahu dirinya tidak sebanding.Nuada pun terdesak. Walau sihir tingkat tinggi dikuasainya, kekuatan August terlalu mengerikan. Seakan waktu sendiri tunduk pada lelaki itu. Tongkat Nuada patah sebagian, darah mengalir di sudut bibirnya. Namun ia tidak menyerah. Ia menyalurkan seluruh kekuatan ke tanah, menciptakan gempa kecil yang membuka celah untuk melarikan diri.“Adam! Sekarang!” teriak Nuada sambil menarik muridnya bangkit.Mereka berlari, tubuh limbung dan penuh luka. Hutan terasa tak berujung, tapi Nuada tahu jalur rahasia yang hanya ia pahami. Di be

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 41. Pertarungan dimulai

    Malam itu bulan hanya terlihat separuh, cahayanya redup dan terhalang kabut tipis. Adam kehabisan napas setelah berlari sekuat tenaga, sementara di belakangnya Nuada mengayunkan tongkat kayu yang sesekali memancarkan cahaya biru sebagai perisai untuk berjaga-jaga. Mereka sudah menempuh perjalanan panjang, dan malam ini bukanlah pengecualian. Nafas Adam memburu, tubuhnya masih terasa gemetar setelah sihir Nuada membuka jalan keluar dari hutan berliku yang dipenuhi jebakan gaib.Namun semua itu buyar saat suara berat dan penuh wibawa terdengar dari balik kegelapan.“Jadi akhirnya aku bertemu kalian.”Adam mematung, jantungnya berdentum keras. Nuada menoleh, matanya melebar seakan melihat hantu dari masa lalu. Dari balik kabut, muncul seorang pria berpakaian hitam dengan mantel panjang menjuntai hingga tanah. Rambutnya hitam pekat, wajahnya tegas, dan sorot matanya menusuk. Di belakangnya, tiga orang lain berjalan dengan tenang, membawa aura mencekam: Geovani, Elber, dan Krul, para petin

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status