Share

18. Sakitnya Naira.

Seperti biasa setiap jam makan siang, aku harus menyajikan makanan untuk Mas Arman, dan tempat yang ia pilih selalu di gazebo ini. Sudah hampir empat tahun waktu berlalu, selama itu pula aku selalu menemani ia setiap jam makan siang maupun makan malam.

Menyiapkan dan melayaninya saat ia makan, terkadang aku berpikir, kenapa pria di hadapanku ini tidak menikah lagi saja. Agar ada yang meladeni dan melayaninya sebagai suami.

Bukaannya hilir mudik dari kantor ke resto, toh ... Resto ini juga aku yang urus. Ia hanya sekedar memantau saja, apa harus di lakukan setiap hari seperti ini?

"Sebenarnya ada masalah apa, Indah?" tanya Mas Arman. Aku menyodorkan piringnya yang sudah aku isi nasi dan lauk-pauk. Sepertinya lelaki ini masih belum puas jika tak mendapat jawaban dariku.

Aku menautkan alis. "Maksud Mas, apa? Aku tidak mengerti." Pura-pura bodoh adalah senjata andalanku kini saat menghindari sesuatu.

Mas Arman m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status