Home / Fantasi / Legenda Dewa Pedang / Tetua SekteTengkorak Hitam

Share

Tetua SekteTengkorak Hitam

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-12-21 19:16:36

Jubah hitam berkibar pelan. Wajah-wajah tertutup topeng tulang pucat, rongga matanya kosong dan menyeramkan. Jumlah mereka belasan orang—namun aura yang mereka pancarkan berat dan padat. Inti Emas. Tidak satu pun lemah.

Di antara mereka, seorang pria kurus dengan rambut abu-abu kusut melangkah maju. Kulitnya pucat seperti mayat kuno, matanya kosong tanpa cahaya kehidupan. Namun senyumnya—bengkok dan menjijikkan.

“Qing Jian,” katanya dengan suara serak, seolah pita suaranya telah lama terkikis racun. “Aku Tetua Sekte Tengkorak Hitam.”

Qing Jian menyipitkan mata. 'Kau tahu namaku dari mana? Sepertinya semua kenal namaku, sedangkan aku tidak kenal kalian!"

Tetua sekte tidak menjawab.

Angin lembah membawa bau darah, racun, dan kematian.

Qing Jian akhirnya ingat dengan sekte ini.

“Jadi ini alasan Mei Shia berlari kembali ke sektemu,” katanya datar.

Tetua itu terkekeh pelan. Suaranya seperti tulang digesekkan satu sama lain.

“Gadis itu?” Ia mengibaskan tangan seolah membuang sampah. “Hanya
Zhu Phi

Bab Utama : 3/5. Masih bab yang tertunda kemarin.

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Legenda Dewa Pedang    Menerobos Hutan Mati

    Qing Jian dan Byakko terus menerobos Hutan Mati yang semakin ganas dan kejam.Dari segala penjuru, hewan-hewan roh iblis bermunculan.Tanah bergetar ketika beruang bermata enam menerobos akar-akar mati, bulunya hitam legam dipenuhi retakan cahaya iblis. Di udara, burung pemakan jiwa meluncur rendah, paruhnya berlapis lendir hitam, sayapnya memotong kabut. Dari celah tanah, kelabang bertaring kristal merayap keluar, tubuh panjangnya berkilau dingin, setiap gerakan meninggalkan jejak racun yang mendesis.Semua membawa aura yang sama.Dingin, rakus, dan menjijikkan.Milik Luo Kui.Dengan satu tujuan... menghalangi langkah Qing Jian menuju Pegunungan Huashan.“Dia benar-benar menebar jaring di seluruh Huashan,” desis Qing Jian, mata tajam menyapu medan. “Beruntung ia tidak turun tangan sekarang... kemampuanku sepertinya belum sanggup menandinginya.”Bibirnya terangkat membentuk senyum tipis—bukan takut, melainkan tertarik.“Bagus,” katanya ringan. “Aku tidak suka dikejar diam-diam.”Byakk

  • Legenda Dewa Pedang    Mencari Cultivator Pedang Giok Hitam

    Qing Jian tidak menunggu lembah itu kembali sunyi sepenuhnya.Ia tahu—Lembah Huashan tidak pernah benar-benar tenang selama nama Luo Kui masih bergaung di udara, menempel pada tanah, pada kabut, pada darah yang belum mengering. Setiap detik ia berdiri diam hanyalah kesempatan bagi jebakan baru untuk lahir, bagi kehendak iblis itu untuk kembali menjalar.Jejak Luo Kui harus dimusnahkan di Lembah Huashan ini agar bisa dilalui pelintas jalan yang hendak ke Pegunungan Huashan, terutama ke Huashan-Pay... agar tidak jatuh korban lagi akibat ulah Cultivator Iblis ini.Huashan-Pay.Perguruan pedang legendaris yang konon bersembunyi di balik Pegunungan Huashan yang indah, terlindung oleh formasi kuno dan sumpah darah para leluhur. Tempat yang hanya disebut dalam rumor di kota maupun desa sekitar—dan hanya oleh mereka yang benar-benar paham betapa berbahayanya nama itu.“Ada apa dengan Huashan-Pay? Kenapa pendekar pedang di sana tidak membersihkan jalur Lembah Huashan ini?” pikir Qing Jian.Kem

  • Legenda Dewa Pedang    Tetua SekteTengkorak Hitam

    Jubah hitam berkibar pelan. Wajah-wajah tertutup topeng tulang pucat, rongga matanya kosong dan menyeramkan. Jumlah mereka belasan orang—namun aura yang mereka pancarkan berat dan padat. Inti Emas. Tidak satu pun lemah.Di antara mereka, seorang pria kurus dengan rambut abu-abu kusut melangkah maju. Kulitnya pucat seperti mayat kuno, matanya kosong tanpa cahaya kehidupan. Namun senyumnya—bengkok dan menjijikkan.“Qing Jian,” katanya dengan suara serak, seolah pita suaranya telah lama terkikis racun. “Aku Tetua Sekte Tengkorak Hitam.”Qing Jian menyipitkan mata. 'Kau tahu namaku dari mana? Sepertinya semua kenal namaku, sedangkan aku tidak kenal kalian!"Tetua sekte tidak menjawab.Angin lembah membawa bau darah, racun, dan kematian.Qing Jian akhirnya ingat dengan sekte ini.“Jadi ini alasan Mei Shia berlari kembali ke sektemu,” katanya datar.Tetua itu terkekeh pelan. Suaranya seperti tulang digesekkan satu sama lain.“Gadis itu?” Ia mengibaskan tangan seolah membuang sampah. “Hanya

  • Legenda Dewa Pedang    Penampakan Cultivator Iblis

    Bayangan harimau itu belum sepenuhnya menyatu ke dalam jiwa Qing Jian—namun jeritannya telah lenyap, teredam oleh keheningan yang menggantung berat di Lembah Huashan.Lembah yang masih menyimpan sejuta misteri bagi Qing Jian.Qing Jian berdiri terengah di tengah kehancuran akibat pertarungannya dengan Roh Hewan raksasa yang telah dirasuki roh iblis milik Cultivator Iblis.Tanah di sekelilingnya menghitam seperti arang terbakar, retakan menjalar ke segala arah, dan bongkahan batu besar terbelah oleh sisa benturan Qi. Udara terasa lengket, berbau hangus dan dingin, dipenuhi residu Qi iblis yang belum sepenuhnya menghilang—menyengat hidung, menekan napas.Tidak ada tanda-tanda pria tua yang memiliki Pedang Giok Hitam ini muncul di sana setelah pertarungan yang cukup dasyat di lembah ini.“Sepertinya aku memang dijebak oleh pria tua itu untuk mati di lembah Huashan ini,” batin Qing Jian. "Lebih baik aku keluar saja dari Lembah Huashan ini." Di belakangnya, siluet Harimau Putih Bertanduk

  • Legenda Dewa Pedang    Hewan Roh Iblis

    Harimau putih itu meraung kembali—namun kali ini, raungannya berlapis sesuatu yang lain.Udara di sekelilingnya bergetar. Di atas kepalanya, simbol-simbol hitam bermunculan satu per satu, melayang seperti tulisan kuno yang dilukis langsung di kehampaan. Rune iblis. Tua. Busuk. Sarat kehendak rakus.Qi di seluruh lembah berputar liar.Bukan mengalir—melainkan diseret paksa.Tanah yang tadinya lembab mengering dalam sekejap, retak seperti kulit mati. Akar-akar pohon yang terkubur di bawah tanah menghitam, rapuh, lalu berubah menjadi abu yang beterbangan bersama kabut. Rumput layu, batu kehilangan kilau spiritualnya.Qing Jian merasakan perubahan itu dengan jelas.Qi di udara menipis.Bahkan napas terasa lebih berat—seolah setiap tarikan paru-parunya dicuri sedikit demi sedikit.“Jika aku berlama-lama…” gumamnya, suara rendah dan tertahan,“aku akan kalah dalam perang Qi.”Ia menancapkan Pedang Dewa Ilahi ke tanah.TRANG!Getaran logam suci merambat ke dalam bumi. Qing Jian berdiri tegak

  • Legenda Dewa Pedang    Harimau Putih

    Kabut di Lembah Huashan bergetar.Bukan tertiup angin—melainkan tertekan oleh sesuatu yang turun dari langit.BUUUM!Tanah di depan Qing Jian meledak. Batu-batu hitam seukuran kepala beterbangan, tercabik oleh hentakan kekuatan brutal. Kabut putih yang selama ini menyelimuti lembah terbelah paksa, tersapu ke kiri dan kanan seperti tirai yang direnggut tangan raksasa.Dan untuk pertama kalinya—Penjaga Lembah Huashan menampakkan wujud aslinya.Harimau putih raksasa.Tingginya hampir menyamai bangunan tiga lantai, bahunya setara gerbang kota kecil. Tubuhnya diselimuti bulu putih keperakan yang memantulkan cahaya dingin, seolah terbuat dari kristal es. Dari dahinya tumbuh sepasang tanduk es biru pucat, berembun beku, memancarkan hawa dingin yang langsung membekukan tanah di bawah kakinya.Setiap hembusan napasnya menciptakan kabut es yang berdesis—membuat rumput layu, batu retak, dan udara terasa menusuk paru-paru.Namun yang paling ganjil—Ekornya berupa api.Api merah kehitaman menjala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status