"Bagus kau akhirnya datang. Jika tidak, aku akan memaksamu dengan caraku.""Mana berani saya tidak menghargai undangan Anda, Tuan De Groot."Karel benci harus berpura-pura ramah pada permukaan, sementara hatinya dipenuhi gelegak amarah.Namun, demi membalaskan sakit hatinya yang berkarat, ia harus melakoni perannya dengan sangat baik."Itu artinya, kau setuju untuk bekerja sebagai sopir dan pengawal pribadi putriku, bukan?""Saya tidak bisa memutuskan, Tuan. Anda sendiri yang akan memutuskannya. Saya hanya bisa bekerja untuk putri Anda, jika Anda berkenan memenuhi persyaratan dari saya."Tuan De Groot tak berkedip menatap Karel. Lelaki berwajah jelek di depannya itu cukup punya nyali untuk bernegosiasi dengannya.Kalau bukan karena lelaki itu telah menyelamatkan harga diri putrinya, ia tidak akan bersikap lunak kepada seseorang yang berani meningkahi kata-katanya."Katakan!""Terima kasih! Anda sangat pengertian, Tuan."Pujian Karel melambungkan arogansi Tuan De Groot. Dagunya terangka
"Kau boleh mengujinya!" Tuan De Groot berbalik ke dalam.Setelah merenungi rangkaian kalimat dari Lewis, keyakinannya pada Karel sedikit goyah. Akan tetapi, dia tidak mungkin menarik kembali kata-katanya pada Karel.Jalan satu-satunya hanyalah membiarkan Lewis menguji kemampuan Karel.Jika lelaki itu mampu mengalahkan Lewis, maka dia layak untuk dipertahankan. Sebaliknya, bila anak itu gagal, ia punya alasan untuk memecatnya.Dengan merestui Lewis untuk berhadapan secara langsung dengan Karel, dia tidak hanya mendapat kesempatan untuk membuktikan kemampuan Karel, tetapi juga memiliki alasan untuk menyingkirkan anak itu tanpa merasa bersalah.Tuan De Groot menyeringai licik. Membayangkan ia membunuh dua ekor burung dengan satu batu.Lewis tersenyum senang sembari mengusap tinju. Kesempatan untuk menyingkirkan saingan akhirnya datang.Ia berteriak lantang, menghentikan langkah Karel yang nyaris mencapai pintu gerbang."Berhenti!"Seiring dengan berakhirnya teriakan Lewis, lelaki itu mem
Karel menyambut hantaman Lewis dengan tendangan bertenaga. Walau ia hanya mengerahkan sebagian kecil dari kekuatannya, akibatnya cukup fatal.Lewis terbang sejauh lebih dari sepuluh meter. Punggungnya menghantam batang pohon palem, sebelum akhirnya jatuh tertelungkup di atas bebatuan hias."Aaakh!"Lewis merintih kesakitan. Tulang rusuknya berderak patah.Baru saat itulah ia sadar kenapa Tuan De Groot memercayakan pengawalan putri semata wayangnya kepada Karel.Lelaki bertampang menyeramkan itu tidak hanya menakutkan dari segi penampilan, tetapi juga mengerikan dalam hal kekuatan.Tubuh Lewis berkeringat dingin. Ia terlalu bangga dengan kemampuannya, hanya karena ia menjadi pemimpin dari sebuah perguruan seni bela diri.Hari ini matanya terbuka lebar. Kekuatannya tidak ada seujung kuku dari keahlian Karel.Dia dan anak buahnya terkapar, sementara Karel tak sedikitpun menderita lecet.Jangankan mengalahkan Karel, berhasil menyentuh ujung rambutnya pun tidak.Karel mendekati Lewis dengan
"Maaf, Tuan De Groot! Tidak ada data tentang pemuda bernama Deon itu.""Tidak mungkin!" sanggah Tuan De Groot, tak percaya. "Detektif Harold, apa hukum di kota ini selonggar itu hingga membiarkan penduduk ilegal menikmati hidup dengan bebas?"Dia bahkan memiliki kendaraan bermotor dan bisa melintasi perbatasan daerah. Menurutmu, dari mana dia memperoleh SIM? Tuhan kirim dari langit?!""M–maaf, Tuan De Groot! A–akan kuselidiki lagi! Mohon bersabar!"Lantaran kesal, Tuan De Groot memutus sambungan telepon secara sepihak."Dasar payah! Menyelidiki satu orang saja tidak bisa!"Tuan De Groot termenung. Berpikir dengan serius. Bukankah aneh bila data diri Deon tidak ada dalam catatan pemerintah?Jika dia memang penjahat seperti yang disangka Lewis, tentu nama Deon menjadi urutan teratas dalam DPO.Dilihat dari kemampuan bertarungnya, tidak mungkin keahlian sehebat itu hanya digunakan untuk melakukan tindak kejahatan kelas teri."Jangan-jangan ...."Tuan De Groot tak meneruskan tebakannya. I
"Aku mengerti. Aku mengerti. Aku sangat mengenalmu. Kamu tidak mungkin tega meninggalkanku.""Ayah, Ayah tahu kan betapa aku sangat mencintai Ayah?" Karel menyeka bulir bening di sudut mata ayahnya."Ya. Kita hanya berdua dan selamanya akan saling memiliki." Tuan Jaffan tersenyum. "Kamu pasti telah melewati hari yang berat selama belasan tahun ini. Ayo berbagi cerita sambil minum teh!"Karel dan ayahnya bercengkerama hingga larut malam. Berbagi tangis dan tawa di ujung setiap kisah. Entah jam berapa mereka masuk ke kamar masing-masing.Karel terbangun saat telinganya menangkap suara ribut-ribut di luar rumah.Ia beranjak keluar dari kamar tanpa membasuh muka. Mengintip kejadian di luar rumah dari balik tirai jendela, yang telah robek di beberapa sudut.Tampak empat orang lelaki bertampang sangar berdebat dengan ayahnya."Dia!" Karel menggeram tatkala mengenali salah satu dari mereka.Karel berbalik ke kamar. Berdandan.Di halaman rumah papan itu, Tuan Jaffan mendongkol. Saking jengkeln
"Takut? Kalian terlalu besar kepala! Aku jadi penasaran sekuat apa capitan kalian." Karel menoleh pada dua orang yang masih mencekal Tuan Jaffan. "Jika memang capitan kalian begitu hebat, lepaskan Tuan Jaffan! Dia bukan lawan yang seimbang untuk kalian."Terpancing emosi karena kata-kata Karel, dua lelaki itu mendorong Tuan Jaffan. Lelaki renta itu terempas ke tanah andai Karel tak melesat menopang punggungnya."Menepilah, Tuan Jaffan! Akan kupastikan mereka tidak berani lagi mengganggu Anda di masa depan."Tuan Jaffan mengangguk. Merasa beruntung karena Penguasa langit mengirim seseorang untuk membantunya."Berhati-hatilah, Nak! Mereka bukan orang baik.""Jangan banyak bacot, Tua Bangka! Akhiri kata sambutan perpisahan di antara kalian!" Si tanpa alis memberi kode kepada Capit Baja untuk segera bertindak."Hiyaaa!"Keduanya serentak menyerang Karel. Mengincar lututnya dengan tendangan mereka yang membentuk formasi gunting.Baru kali ini Karel bertemu lawan yang memiliki tubuh sangat
Karel memandang Jabrik dengan tatapan dingin. "Bukankah kau telah berjanji untuk tidak akan pernah lagi membuat masalah? Apa kau ingin merasakan putaran gasing yang lebih kuat?"Jabrik tersungkur. Suaranya tak begitu jelas ketika dia berkata, "T–tidak, Tuan! Tolong, jangan hukum saya karena bersikap teledor. Saya ... saya ke sini karena terpaksa."Butiran tanah menempel di bibir Jabrik saat ia mengiba. Sebagian bahkan masuk ke mulutnya, tapi ia tak peduli. Asal Karel bersedia mengampuninya, ia tak keberatan memakan butiran tanah itu.Tidak jauh dari Jabrik, si tanpa alis mendadak merasa kecut. Dia terlibat langsung dalam upaya penyelamatan Lewis dan anak buahnya.Kondisi mereka saat itu sangat memprihatinkan.Dia bisa memaklumi jika anak buah Lewis kalah, tapi Lewis? Lelaki yang menjadi pemimpin sebuah perkumpulan seni bela diri itu bukanlah lawan yang lemah.Dia saja belum tentu mampu mengalahkan Lewis jika diadu.Orang yang mampu melumpuhkan Lewis pastilah seseorang dengan kemampuan
Tuan Jaffan masih memegang selang air di tangannya. Mendengar suara Deon yang meniru Karel, hatinya tak rela.Ia memandikan Karel dengan semprotan bertenaga tinggi sambil mengomel, "Kamu pikir, hanya karena kamu telah membantuku mengusir orang-orang jahat itu, kamu bisa seenaknya meniru suara putraku? Jangan mimpi! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!"Karel melindungi wajahnya dengan tangan."Ayah, ini aku, Karel! seru Karel sambil menanggalkan bekas luka buatan yang menempel pada pipi dan pelipisnya."Bohong! Anakku tampan! Jangan berani-beraninya kamu menghina anakku!"Karel membiarkan air dari selang di tangan Tuan Jaffan menyapu bersih polesan make-up. Dia bahkan mengusap wajahnya, membantu membersihkan lebih cepat."Ayah, lihat! Lihat! Ini benaran aku! Karel. Anak Ayah!"Karel menunjukkan wajah kepada Tuan Jaffan meskipun seraya memejamkan mata untuk menghindari terjangan arus air dari selang.Selang di tangan Tuan Jaffan terlepas. Dia tercengang. Maju perlahan, meraba wajah K