Share

Bab 17

Dengan penasaran tingkat tinggi yang akhirnya mengalahkan rasa was-was, aku melangkah ke nakas begitu punggung Farhan menghilang di balik pintu kamar.

Terserahlah.

Apa pun isinya akan aku terima.

Mencinta itu urusan dua hati. Jika hanya sepihak itu mah namanya bucin. Yang ada aku hanya akan lelah jika berjuang sendiri.

Namun setelah sampai di depan meja kecil itu aku kembali tertegun. Benarkah aku telah siap?

Ayolah, Yat. Lo suka atau nggak, bukankah hasilnya akan tetap sama?

Ya. Aku harus memantapkan hati. Lagipula itu Cuma sebuah amplop.

Yang jadi masalah bukan amplop, tapi isinya Esmeralda.

Lagi-lagi aku merutuki sikap plin plan ini.

“Bismillah.”

Meskipun sedikit gemetar akhirnya jemariku menyentuh kertas polos warna coklat muda itu. Tebal. Dahiku mengernyit. Kalau Cuma selembar surat nggak akan setebal ini. Berpikir demikian, aku segera membuka.

Mataku membulat sempurna saat menatap apa yang terselip di dalamnya. Aku menarik napas lega. Syukurlah, bukan surat cerai. Tap
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status