Share

Bab 18

Aku meletakkan tas tangan begitu saja di meja rias. Lalu menghempaskan diri di sofa. Capek. Ya tubuh. Ya pikiran.

Gagal menguntit pemuda itu membuatku sedikit uring-uringan.

“Duh, maaf ya. Gue kurang gesit,” ujar Asti merasa nggak enak.

“Gimana caranya mau gesit dengan kendaraan sepadat ini?” ucapku.

“Ya setidaknya kan kita gak perlu kehilangan jejak.”

“Dahlah. Kecuali kita dan dia sama-sama mengendarai mobil, lo kehilangan jejak, baru itu lelet namanya. Ini dia bisa nyelip, kita kaga. Ya ketinggalan lah,” sahutku terkekeh.

“Ya tapi gue niatnya bantu, malah bikin lo bete.”

Aku terdiam. Dalam hal ini aku tak bisa pungkiri. Lagipula untuk apa membantah sesuatu yang kenyataannya memang demikian. Munafik namanya.

“Etapi setidaknya kita sudah tau di mana dia bekerja. Kita bisa samperin ke sana.”

Aku menoleh. Menatap wanita itu sesaat. Lalu kembali terbayang tulisan yang ia tinggalkan pada secarik kertas kemarin.

Gaji pertama. Artinya ia orang baru di perusahaan tersebut. Bisa juga b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status