Share

Cemburu

Di meja, ada Zaka yang sudah rapi dengan pakaian sekolahnya. Anak itu bersemangat pergi ke sekolah pagi ini. Aku duduk di sampingnya, dan mengusap lembut pucuk kepala anak itu. “Semangat banget anak Bunda.”

“Iya, soalnya Zaka bawa mainan baru dari Om Ikbal.”

“Emang hari ini diminta bawa mainan, Nak?”

“Nggak, Bun. Tapi Zaka mau main pas jam istirahat.”

“Kalau nggak disuruh, nggak usah, Nak. Main di rumah aja, ya?”

“Tapi, Bun, Zaka pengin tunjukin ke teman-teman, kalau Zaka ada mainan baru.”

“Nanti, kan pas diminta bu guru bawa ke sekolah bisa ditunjukin ke teman, Nak.” Aku membingkai wajahnya dengan kedua telapak tangan. “Nak, bagaimana perasaan Zaka saat itu? Saat temanmu menunjukkan mainannya yang bagus, sementara Zaka tidak punya mainan sebagus itu?”

“Sedih, Bun.”

“Nah, itu juga yang akan dirasakan beberapa teman Zaka yang tidak punya mainan. Tidak semua orang bisa membeli mainan yang bagus dan mahal. Untuk menjaga perasaan mereka, alangkah baiknya kalau kita tidak pamer deng
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status