Share

Bab 7 : Cemas

Author: Ichageul
last update Last Updated: 2025-11-14 07:27:24

Jantung Kalandra berdetak kencang ketika seorang petugas polisi melihat padanya lalu berjalan mendekatinya.

Buru-buru dia mengambil ponsel di saku jaketnya. Pria itu menempelkan benda pipih persegi tersebut ke telinganya. Berpura-pura sedang menjawab panggilan.

“Ya, kamu di mana?” suara Kalandra sengaja dibuat sedikit kencang agar pembicaraannya terdengar oleh polisi.

“Aku ke sana sekarang.”

Sebelum sempat polisi mendekatinya, Kalandra langsung menjalankan kendaraannya. Tanpa menoleh ke belakang, pria itu terus menjalankan kendaraannya. Dia menambah kecepatan motornya agar cepat menjauh dari tempat tersebut.

Setelah menjauh dari apartemen yang hendak didatanginya, Kalandra sedikit memperlambat laju motornya. Perlahan dia menepikan kendaraannya. Untuk sesaat pria itu hanya terdiam di atas motorya tanpa tahu apa yang harus dilakukan olehnya.

Tak berapa lama kemudian Kalandra melajukan motornya kembali. Kali ini dia menuju kontrakan di mana Heri tinggal. Pria itu memilih mengembalikan paket yang tersisa. Tidak apa kalau hanya dibayar setengahnya. Kalandra terlalu takut melanjutkan pekerjaan ini. Kalau sampai dirinya tertangkap polisi, bagaimana dengan nasib anaknya.

Dua puluh menit kemudian pria itu sudah sampai di kontrakan Heri. Kalandra segera turun dari motornya kemudian mengetuk pintu rumah yang tertutup rapat. Setelah beberapa kali mengetuk, akhirnya pintu terbuka.

“Hei, sudah selesai?”

“Ini uang bayaran Joshua. Kalau paket untuk Daniel aku kembalikan. Aku takut.”

“Takut kenapa?”

“Banyak polisi di apartemen. Aku takut ketahuan, makanya aku langsung ke sini.”

“Sebentar aku hubungi Daniel dulu.”

Heri mengambil ponselnya lalu menghubungi Daniel. Untuk beberapa saat dia berbicara dengan Daniel. Matanya terus melihat pada Kalandra ketika berbicara. Tak berselang lama panggilannya berakhir.

“Bagaimana?”

“Polisi memang ada di sana, tapi aman. Katanya di salah satu unit ada pemilik apartemen yang kerampokan. Makanya polisi sedang berada di sana. Kamu antarkan saja barangnya sekarang.”

“Tapi, Bang.”

“Tolong Ndra, antarkan barangnya. Kalau ngga, aku yang bakalan dikejar sama mereka.”

“Kalau begitu Abang aja yang antarkan.”

Kalandra mengeluarkan dus kecil dari saku jaketnya kemudian memberikannya pada Heri. Tapi pria itu mendorong dus kecil tersebut.

“Aku ada janji malam ini. Kamu harus mengantarkan paketnya. Ingat Ndra, aku sudah berbaik hati memberikan jatah ku selama beberapa hari ini. Jadi selesaikan tugasnya!” suara Heri terdengar penuh penekanan.

“Tapi, Bang.”

“Tenang aja, Ndra. Semuanya aman. Kamu cuma antar paket terus pulang, beres.”

Kalandra menelan ludahnya kelat. Dibujuk seperti apapun Heri tak mau menerima paket itu lagi karena sekarang nama Kalandra sudah terdaftar sebagai kurir. Akhirnya Kalandra meninggalkan kediaman Heri. Perasaannya jadi tak tenang.

Dengan kecepatan sedang pria itu memacu kedaraannya kembali ke gedung apartemen tadi. Pria itu membelokkan motornya memasuki salah satu fas food yang menjual makanan khas Italia. Dia memesan satu box pizza ukuran family.

Sambil menunggu pesanan Kalandra memasuki toilet. Dia membuka dus kecil yang dibawanya. Sebuah plastic bening berisikan serbuk putih dikeluarkan dari dalamnya. Kalandra memasukkan plastic bening itu ke dalam segitiga pengamannya. Setelah membuang dus pembungkus, pria itu keluar dari toilet.

Kalandra kembali melajukan kendaraan roda duanya. Masih banyak petugas polisi di pelataran parkir gedung apartemen ketika pria itu membelokkan motornya ke sana. Sebisa mungkin Kalandra tetap bersikap tenang. Dia berjalan memasuki lobi apartemen dengan kotak pizza di tangannya.

“Tunggu, mau kemana?” tanya salah satu petugas.

“Ke unit 820, Pak. Antar Pizza.”

Kalandra mengangkat dus pizza di tangannya. Untung saja pria itu sudah mengganti jaketnya dengan jaket ojek online miliknya hingga sang petugas tidak merasa curiga. Namun begitu petugas tersebut memeriksa dulu isi di dalam dus, kemudian menggeledah jaket, baju dan celana Kalandra. Setelah dirasa aman, barulah pria itu diperbolehkan lewat.

Sesampainya di dalam lift, Kalandra baru bisa menghembuskan nafas lega. Pria itu mengusap dadanya yang berdebar kencang. Bahkan tangannya juga sedikit bergetar. Begitu sampai di lantai 8, Kalandra melihat ke kanan dan kiri. Memastikan tidak ada orang atau kamera cctv di koridor lantai tersebut.

Pelan-pelan Kalandra mengeluarkan plastik bening dari segitiga pengamannya kemudian menaruhnya di bawah kotak pizza. Pria itu melanjutkan langkahnya menuju unit 820. Setelah memijit bel, pintu unit pun terbuka. Seorang pria keturunan Chinese keluar menyambutnya.

“Paket untuk Daniel.”

“Saya ngga pesan pizza.”

“Yang di bawah kotak.”

Mata Daniel langsung tertuju ke bagian kotak pizza. Di sana tersembul plastik bening. Pria itu segera mengambil dus pizza beserta barang di bawahnya.

“Uangnya sudah.”

“Iya. Permisi.”

Tanpa membuang waktu, Kalandra langsung pergi dari sana. Perasaannya sedikit tenang setelah mengirimkan barang dengan selamat. Namun pria itu belum benar-benar tenang sebelum meninggalkan gedung apartemen ini.

Kalandra berjalan tenang melewati sekumpulan polisi yang ada di lobi apartemen. Pria itu sebisa mungkin tidak bersikap yang membuat petugas itu curiga. Dengan cepat dia memakai helm kemudian menjalankan kendaraannya keluar dari pelataran parkir gedung apartemen tersebut.

***

Waktu baru menunjukkan pukul delapan malam ketika Kalandra sampai di kontrakannya. Pria itu memilih pulang lebih dulu sebelum aplus berjaga di rumah sakit dengan istrinya.

Pria itu langsung meminum air putih begitu masuk ke dalam rumah. Sisa ketegangan masih dirasakan olehnya. Kalau tadi dia tidak berhati-hati, bisa jadi dirinya teratngkap oleh polisi. Kalandra mengambil ponselnya lalu mengirimkan pesan pada Heri.

[Paketnya sudah aku kirim.]

Pesan yang dikirimkan langsung berubah menjadi centang biru, tanda pesan sudah terbaca. Beberapa menit kemudian sebuah pesan dari Heri masuk. Pria itu mengirimkan screen shoot bukti transferan bayaran Kalandra hari ini.

Kalandra bangun dari duduknya kemudian berjalan menuju kamar mandi. Sebelum menuju rumah sakit, dia ingin membersihkan diri lebih dulu.

Sambil mengusak rambutnya, Kalandra berjalan memasuki kamarnya. Melihat kasur di depannya, ingin rasanya dia merebahkan tubuh sejenak. Pria itu melangkah mendekati kasur kemudian merebahkan tubuhnya di sana.

Kalandra mengambil ponselnya kemudian menghubungi Alya. Dia ingin memberitahu istrinya kalau datang terlambat. Takut Alya mencemaskannya. Apalagi tadi mereka sempat bertengkar di rumah sakit.

“Halo.”

“Sayang, Mas sudah di rumah. Tapi Mas mau tidur sebentar, ngga apa-apa? Sekitar satu jam. Mas ngantuk banget.”

“Iya, Mas. Mas sudah makan belum.”

“Sudah. Kamu sudah makan?”

“Belum.”

“Kamu makan aja. Jangan sampai ngga makan. Nanti kamu sakit juga.”

“Iya, Mas.”

Panggilan singkat dengan Alya berakhir sudah. Kecemasan yang tadi rasakan Kalandra menghilang setelah mendengar suara sang istri yang begitu menenangkan. Kalandra langsung merebahkan tubuhnya di kasur.

Rasa letih di tubuhnya sedikit berkurang setelah punggungnya rebah di kasur empuk itu. Hanya dalam waktu singkat rasa kantuk melandanya. Mata Kalandra langsung memberat dan terpejam tak lama setelahnya.

Kalandra membuka matanya ketika telinganya mendengar suara sirine mobil polisi dari kejauhan. Pria itu terbangun dari tidurnya, kemudian terduduk dengan perasaan cemas.

Tiba-tiba saja dia dikejutkan dengan ketukan di pintu. Awalnya dia masih diam, namun karena ketukan terus berlanjut, mau tak mau pria itu bangun kemudian keluar dari kamar. Dia mengintip orang di depan rumahnya. jantungnya berdegup kencang saat melihat dua pria berdseragam coklat berdiri di depan rumahnya.

DUG

DUG

DUG

“Saudara Kalandra, buka pintunya!”

Kembali suara gedoran terdengar di daun pintu rumahnya. Dengan tangan bergetar, Kalandra membuka pintu.

“Saudara Kalandra, anda ditangkap karena sudah menjadi pengedar narkoba.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rini Haryati
pasti mak nge prank nih, cuma mimpi itu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Lelaki Plus-Plus   Bab 30 : Pacemaker

    Dengan cepat Kalandra mendekati istrinya. Alya sendiri masih belum menyadari kedatangannya. “Al..” Mendengar suara suaminya, Alya langsung menoleh. Bayu pun dengan cepat menarik tangannya yang masih berada di bahu Alya. “Apa yang terjadi pada Nabil, dokter?” Walau hatinya diliputi kecumburan, namun sebisa mungkin Kalandra menekan perasaannya. Sekarang ada hal yang lebih penting untuk ditanyakan, yakni soal keadaan anaknya. “Dia kembali mengalami SDA. Saya sarankan Nabil dirawat dulu di rumah sakit. Saya akan memantau keadaannya, terutama organ vitalnya.” “Apa organ vitalnya bermasalah?” “Saya masih belum tahu. Tapi untuk penderita sel sabit, ada kecenderungan untuk ke arah sana. Sebelum hal itu terjadi, kita akan melakukan pencegahan sedini mungkin.” “Tolong lakukan yang terbaik untuk Nabil.” “Tentu saja. Saya akan berusaha semampu saya. Nabil masih di ruang hiperbarik. Kalau sudah selesai, dia akan dipindahkan ke ruang perawatan.” “Terima kasih, dok.” “Sama-sama. Saya pe

  • Lelaki Plus-Plus   Bab 29 : Pria Simpanan

    “Maaf, maksud Ibu eh kamu apa?” “Aku akan memberi mu apa saja, uang, mobil, rumah, asal kamu bisa membuat ku puas. Bisa membuat ku tidak kesepian lagi. Mau kan?” “Tapi aku sudah menikah.” “Aku juga sudah menikah. Masalahnya di mana? Aku janji tidak akan memonopoli waktu mu. Kamu tetap akan menjadi milik istri mu. Kamu hanya perlu menyediakan waktu untuk ku, melayani ku dengan baik di saat aku membutuhkan mu.” “Tapi..” “Aku tahu ini tidak mudah untuk mu. Tapi pikirkanlah, dengan menjadi simpanan ku, kamu bisa memenuhi kebutuhan keluarga mu. Membelikan barang-barang mewah untuknya dan juga anak kalian. Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang. Tapi pintu ku selalu terbuka. Kalau kamu berubah pikiran, kamu bisa menghubungi ku kapan saja.” Kalandra memilih diam. Apa yang keluar dari mulutnya selalu dijawab oleh Yulia. Walau tawarannya menggiurkan, tapi menjadi simpanan wanita itu tidak pernah terbersit dalam pikirannya. Bagaimana pun juga dia tidak ingin mengkhianati Alya dan menghanc

  • Lelaki Plus-Plus   Bab 28 : Yulia

    “Ayo silakan duduk.” Suara lembut Yulia membuyarkan lamunan Kalandra. Bersama dengan Mega, Kalandra menuju sofa lalu mendudukkan diri di sana. Tidak disangka, Yulia justru memilih duduk di dekat pria itu, membuat Mega duduk di sofa lain. “Sudah berapa lama kamu menjadi fotografer majalah?” “Dua bulan lebih, Bu.” “Kenapa kamu baru melaporkan masalah ini pada saya, Mega?” “Maaf, Bu. Saya sudah melaporkan hal ini pada Pak Teddy. Saya pikir Bapak sudah mengatakannya pada Ibu.” “Sudahlah, yang penting saya bisa bertemu dengan Kalandra. Kamu boleh pergi sekarang, Mega. Saya masih ada urusan dengan Kalandra.” Mega menarik nafas panjang. Dua tahun bekerja di kantor majalah SENSATION, wanita itu sudah tahu sepak terjang Yulia. Komisaris utama itu senang sekali mengoleksi pria tampan sebagai lelaki piaraannya atau sekedar memusakan nafsunya. Dulu Aris juga sempat melayani Yulia beberapa kali. “Baiklah, kalau Ibu tidak memerlukan saya lagi, saya pergi sekarang.” Mega melihat sekilas pa

  • Lelaki Plus-Plus   Bab 27 : Komisaris Utama

    Setelah berbicara dengan Adam, perasaan Kalandra justru gelisah. Pria itu mengusap wajahnya kasar beberapa kali. Dia terus merutuki dirinya kenapa sampai meminum minuman beralkohol itu sampai mabuk. Dan akibatnya Kalandra melakukan hal yang memalukan. Walau pun keadaannya mabuk ketika mencium Mega, namun tak ayal pria itu dihantam perasaan bersalah juga. Dia seperti sudah mengkhianati cinta istrinya. Seharusnya Kalandra bisa mencegah hal itu. “Mas..” Kalandra terkejut ketika mendengar suara Alya. Wanita itu sudah berdiri di depan pintu kamar sambil menatap Kalandra dengan bingung. Suaminya itu nampak resah, seperti tengah memikirkan sesuatu. Berbeda dengan Kalandra yang justru ketakutan. Takut kalau Alya mendengar pembicaraannya dengan Adam tadi. “Ka.. kamu kapan bangun?” “Barusan, Mas. Mas kenapa sih?” “Ng.. ngga apa-apa kok. Kamu kenapa sudah bangun, tidur lagi aja.” Alya tidak menanggapi ucapan Kalandra. Wanita itu mendaratkan bokongnya di samping sang suami kemudian masuk k

  • Lelaki Plus-Plus   Bab 26 : Berdamai

    Setelah membaca pesan yang dikirimkan Endang, Kalandra segera membereskan barang-barang miliknya. Dia membatalkan niatnya untuk tinggal lebih lama di vila ini. mengetahui kalau Alya sedang sakit, tak ayal membuat pria itu cemas. Sambil membereskan barangnya, Kalandra mencoba menghubungi Alya. Namun istrinya itu tidak juga menjawab panggilannya. Hal tersebut tentu saja membuat Kalandra semakin cemas. Kalandra mempercepat membereskan barang-barangnya, kemudian segera keluar seraya menyampirkan tas ransel ke bahunya. Keluarnya Klaandra dengan membawa tas, tentu saja mengejutkan semua orang yang tengah menunggunya di ruang tengah. “Loh Ndra, mau kemana?” tanya Adam. “Maaf, aku ngga bisa ikut dengan kalian. Aku harus pulang ke Bandung sekarang.” “Ada apa? Apa anak mu sakit lagi?” “Bukan, istri ku yang sakit.” “Kamu pulang naik apa?” “Gampang, aku bisa naik angkutan umum atau sewa mobil. Aku pulang duluan, have fun.” Tanpa menunggu tanggapan dari semua orang, Kalandra bergegas kel

  • Lelaki Plus-Plus   Bab 25 : Mabuk

    Mega yang awalnya terkejut, akhirnya membalas ciuman Kalandra. Keduanya langsung terlibat ciuman panas. Lumatan dan pagutan bergantian mereka berikan, sampai lidah keduanya masuk dan berbagi saliva. Posisi Mega sekarang sudah duduk di pangkuan Kalandra dengan menghadap ke depan. Kedua tangan wanita itu memeluk leher Kalandra. Saking asiknya berciuman, Kalandra sampai mengabaikan ponselnya yang bordering. Volume deringan memang kecil tapi masih bisa tertangkap telinga. Hanya saja kedua orang yang sedang tenggelam dalam hasrat, tidak mengindahkan panggilan. Layar ponsel Kalandra yang menunjukkan nama Alya kembali gelap setelah sang pemanggil mengakhiri panggilan. Adam yang sedang membakar daging, masuk ke dalam vila untuk mengambil piring. Saat menuju dapur, pria itu melintasi ruang samping di mana Kalandra dan Mega berada. Dia cukup terkejut melihat apa yang terjadi di antara mereka. Selama mengenal Kalandra, Adam tidak pernah melihat pria itu berbuat macam-macam. Jangankan berciuman

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status