Share

Bab 4 Lepaskan!!

Author: Delly Marcha
last update Last Updated: 2022-10-20 00:08:19

Sepeninggal Felix dan pintu tertutup, Ganis tetap berdiri menunggu dipersilahkan untuk duduk. Wajah cantiknya terlihat datar, tidak ingin menunjukan ekspresi apapun. 

"Duduklah." Prana mempersilahkannya dengan nada dingin.

Ganis duduk, tidak peduli dengan Prana yang tidak mau melepaskan tatapannya sedetikpun. 

"Kamu bekerja di sini?" tanyanya. 

Sorot mata Ganis tanpak tajam, menatap orang di hadapannya ini. "Anda lihat sendiri sekarang." jawabnya ketus. Ia bertekad tidak mau terintimidasi lagi oleh sikap dinginnya.

Cukup sudah sikap Ganis yang selalu patuh, mengatakan 'ya' dan selalu mengikuti apa maunya tanpa banyak protes.

Mata Prana sedikit menyipit, wanita yang empat tahun lalu sepertinya sudah benar-benar menghilang. Pribadinya yang manis, tenggelam di balik matanya yang cukup menusuk jantung. Dia masih terluka karena pengkhianatannya. Rasa sakit, masih bercokol lekat di hatinya.

Prana menggeram, terlihat dari kedutan rahangnya yang terlihat kokoh. "Seharusnya kau tidak bekerja di sini." ucapnya marah.

Mata Ganis menyala, seakan ingin menelan bulat-bulat lelaki yang sangat dibencinya ini. "Seandainya saya tahu bahwa perusahaan ini milik anda, tentu saja tidak akan pernah terpikirkan untuk mau bekerja di sini."

Ganis berdiri, "Anda boleh membatalkan kontrak kerjanya, dan saya akan dengan senang hati resigh dari perusahaan ini." Ia akan beranjak dari ruangan itu. Merasa sia-sia untuk berbicara dengan manusia yang tidak punya hati seperti Prana. 

Dengan cepat Prana bangkit dari duduknya dan segera menyambar lengan Ganis yang sudah berjalan menuju pintu. "Kamu kira mudah memutuskan kontrak kerja secara sepihak, heh?" sentaknya agak kasar.

"Anda sendiri kan, bosnya? Yang punya kuasa dan mengikuti apapun keinginan anda. Jadi, mudah saja untuk kembali menendang saya, bukan?" Mata Ganis kembali menatapnya, setajam pisau belati. 

Kemudian ia melihat lengannya yang dicekal oleh Prana. "Lepaskan!" pintanya marah. Raut mukanya benar-benar menunjukan rasa tidak suka.

Akan tetapi, tidak mudah ternyata. Prana semakin mencekeram lengan bagian atasnya. 

"Kalau kamu melangkahkan kaki sejengkal saja keluar dari perusahaan ini, ingat! Kontrak kerja itu dibuat ada dasar hukumnya." ancamnya dengan geram.

Ganis menatapnya heran, sedikit mencemoh, "Bukankah Anda yang menginginkan saya enyah dari hadapan anda? Saya akan dengan senang hati melakukannya." Ada tawa sinis mengiringi ucapannya, hingga Prana merasa diejek secara terang-terangan. 

Sungguh! Dia tidak menyangka, gadis lugu dan manja yang dikenalnya dulu, seolah telah kehilangan jati dirinya di depan mata Prana. Sangat berubah 180 derajat, jadi seperti kucing liar yang sangat garang.

"Kamu!" suaranya bergetar. Dia menariknya dengan kasar, sehingga tubuh Ganis menubruk dadanya yang bidang. Ia merasakan sakit di lengannya. 

Ah! 

Ia membaui aroma maskulin dari tubuh Prana. Menyesap lagi aroma campuran dari Woody dan Citrus, yang merupakan aroma parfum kesayangan Prana. Sudah lama Ganis tidak merasakannya, jadi sedikit panik. 

"Jangan berusaha melawanku, kalau kamu tidak ingin lebih hancur di tanganku!" desisnya di balik telinganya. Lalu ... "Baiklah! Teruslah bekerja di sini, aku tertantang untuk melihat sejauh mana kamu bisa bertahan !" kemudian dia melepaskan cengkraman tangannya dengan begitu saja.

Ganis sedikit terhuyung, meringis menahan sakit di lengannya. Namun, segera berdiri tegak dan cepat berlalu dari ruangan itu. 

Dia tidak melihat lagi kepada Ganis. Tubuh jangkungnya, langsung menuju ke sisi jendela. Matanya yang menyala, menatap nyalang ke pemandangan di bawah gedung perusahaannya.

Sama sekali tidak pernah menduga, bahwa dia akan kembali bertemu dengan perempuan yang sudah menggoreskan luka sangat dalam di hatinya. Di perusahaan miliknya sendiri ini.

Sebuah pengkhianatan sama sekali tidak dapat ditolerirnya. Ia hanya punya satu hati dan sudah dimiliki seutuhnya oleh mahluk yang bernama Ganis itu. 

Prana mengepalkan tangannya, saat bayangan melintas di ingatannya. Dengan jelas ia melihat tubuh istrinya berpelukan dengan lelaki yang sama sekali tidak dikenal. Dan itu terjadi di sebuah kafe, di mana ia sedang mengadakan pertemuan dengan relasinya.

Sungguh, ia tidak menduga. Wanita semanis Ganis, mampu berselingkuh di belakang punggungnya.

Dari itu, mengapa langsung mengusir Ganis, setiba di rumahnya. Karena ia tidak akan mampu menahan emosinya, bila melihat istrinya itu lebih lama lagi. Prana tidak mau jadi seorang pembunuh karena rasa cemburunya.

Meskipun sudah empat tahun berlalu, rasa sakit itu masih terasa perihnya. Apalagi sekarang, luka itu seperti terbuka kembali. Mengapa wanita ini harus dilihatnya kembali? Disaat hatinya sudah mulai ditata, tidak terlalu menyakitkan lagi.

Seandainya bisa untuk mencekiknya dan membuangnya ke laut lepas, lalu dimakan hiu buas, agar tak bisa melihatnya lagi. Atau, mungkin mendorongnya ke jurang terdalam, supaya tak seorang pun yang dapat menemukannya. 

Prana jadi tersentak kaget, dengan pikiran jahatnya sendiri. Ia bergidik ngeri jadinya, hingga mengusap wajahnya beberapa kali. 

Prana kembali ke kursi kebesarannya,  melanjutkan lagi memeriksa berkas-berkas yang sudah bertumpuk rapi di atas meja kerjanya.

Sementara Ganis, berjalan lunglai menuju ruang kerjanya. Lengan atasnya masih terasa berdenyut sakit. Cekalan Prana, memang sangat keras, pasti kulitnya yang putih itu akan meninggalkan bekas merahnya.

Ia tidak tahu kedepannya seperti apa, mengenai hubungannya dengan Prana. Mereka sama-sama telah terluka, tentu tidak akan mudah dalam menghadapinya.

Tiba-tiba ia mengingat Gagah. Jantungnya berdenyut sakit. Bagaimana kalau mereka bertemu lagi? seperti di mall waktu itu. Kemungkinannya bisa saja terjadi kembali dan belum tentu ia seberuntung itu lagi, karena bisa menghindarinya.

 Ah, belum tentu Prana mau mengakui kalau Gagah adalah anaknya. Bukankah dia sudah menuduhnya berselingkuh? Pasti akan mengira juga kalau Gagah itu sebagai anak dari hasil perselingkuhannya. 

Ya, Tuhan ... tidak bisa dibayangkan, kalau Gagah juga akan ditolaknya. Sungguh! hati Ganis tak akan pernah merelakannya. Anak setampan dan selucu Gagah, disangsikan anak siapa, oleh bapaknya sendiri. Akan lebih merobek hati Ganis sebagai ibunya, lebih sakit lagi.

Sangat menyedihkan memang, tuduhan itu sangat kejam. Sementara ia sendiri, tidak merasa melakukannya.

Ganis mampir dulu ke toilet, sebelum memasuki ruangan kerjanya. Membasuh wajah dan membenahi kembali penampilannya.

Di cermin itu, kembali tergambar wajah garang Prana saat menatapnya tadi. Tatapan Prana tidak pernah demikian, lelaki itu sangat memuja kecantikan alaminya. Sangat suka menyentuh kehalusan dari kulit putihnya yang lembut. Ganis baru melihat wajah murkanya, saat mengusirnya waktu itu, juga tadi. 

Ia jadi bergidik ngeri. Seperti mengenalnya untuk pertama kali, aura dinginnya telah kembali lagi pada pribadinya. Ya! Gunung esnya, telah kembali. Lebih terasa dingin dari sebelumnya, hampir membekukan hatinya.

Ganis mencoba menarik nafasnya berkali-kali. Berusaha meluangkan paru-parunya yang terasa menyesakkan dada. Seandainya bisa menjerit, pasti ia sudah dengan lantang mengeluarkan suara tertingginya. Namun, mana bisa? ini adalah toilet kantornya. Orang pasti akan mengira, ia sudah gila.

Ia menyandarkan tubuhnya, ke wastafel. Ingatannya malah kembali pada saat pengusiran itu terjadi. "Mengapa kamu menginjakan kakimu dirumah ini?!" hardik Prana, begitu melihat Ganis baru saja datang, menjelang hari mulai gelap. Wajahnya sudah merah padam.

Ganis yang sedang melebarkan senyumnya, jadi mengatupkan kembali bibirnya dengan mata terbelalak, saking kagetnya. 

Padahal waktu itu, dia sudah bersiap-siap untuk memberitahu kabar gembira, bahwa ia sudah dinyatakan hamil oleh dokter yang memeriksanya tadi pagi. 

Ia memang merasakan kejanggalan belakangan hari itu. Setelah bertanya pada ibunya lewat telepon, ibunya menyarankannya untuk pergi ke poliklinik kandungan, rumah sakit terdekat.

Sayangnya, sebelum berita itu tersampaikan, ia malah mendapat kejutan yang sangat mengguncang jiwanya. Suami yang sangat dipuja dan dicintainya itu, dengan tiba-tiba menghardiknya dengan kata-kata pengusiran. Ia salah apa? 

"Masih diam di situ? Apa perlu aku melemparkanmu kejalanan?  Untuk perempuan penghianat seperti kamu, memang pantas tempatmu di jalanan." bentak Prana lagi. Kata-kata makiannya, sangat mampu meremukkan tulang-tulangnya. Hingga tubuhnya terasa luluh lantak, lemas tak berdaya. 

"Pergi...!!!" dengan mata merah membara, kembali Prana mengusirnya.

Meski Ganis belum mengerti, mengapa suaminya bisa semurka itu, tapi ia punya harga diri juga. Tanpa berkata lagi, ia meninggalkan rumah yang sudah setahun ini ditinggalinya dengan rasa bahagia, bersama Prana, suaminya.

Ganis sudah mengenal karakter Prana. Saat laki-laki itu jatuh cinta padanya, ia menunjukan perasaanya tidak setengah-tengah. Sangat memanjakan dan memedulikanya sedemikian rupa. 

Namun, ketika Prana sudah merasa terkhianati, maka ia akan membencinya setengah mati. Akan sangat susah lagi untuk mengembalikan kepercayaannya. 

Inilah yang sampai sekarang, Ganis belum menemukan jawabannya. Ia berkhianat dengan siapa? Mulutnya melenguh, merasa lelah.

Kembali mengingat anaknya, Gagah. Bocah pintar menggemaskan itu harus dilindungi, tidak akan dibiarkan Prana menyakitinya. Gagah harus ia sembunyikan keberadaannya. 

Ia akan berjuang sendirian melawan murka suaminya.

Ganis bertekad untuk membersihkan namanya dari segala tuduhan yang Prana lontarkan, tanpa mencari dulu tentang kebenarannya. lelaki itu harus diajar, agar segala sesuatu tidak terus mengikuti emosinya saja.

Prana tentu tidak tahu, kalau sikapnya yang tidak bijaksana itu, telah membuat ia dan anaknya menderita.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Goes Tri
aku suka dengan jalan cerita nya
goodnovel comment avatar
Delly Marcha
Merasa tertarik dengan cerita ini? mohon saran dan kritiknya dalam komen.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Lelakiku Sedingin Es   Bab 53 Dua Tubuh, Satu Hati (TAMAT)

    Wajah itu terlihat sarat dengan berbagai perasaan, kerinduan, haru, dan kagum. Ganis dipeluknya dengan erat oleh mertua perempuannya, Marie. Masih terlihat cantik, walaupun usianya sudah lanjut. Papanya, Edward. Menyenggol bahu anaknya. "Istrimu memang luar biasa, dengan kesabarannya sampai bisa meluluhkan hati Mamamu."Prana terkekeh. "Jangankan Mama, Gunung Es aja dia bisa taklukan!" kata Prana. Melihat pada Ganis yang masih berpelukan dengan Marie"Apa tuh, Gunung Es?" perhatiannya mendadak teralihkan dari menantunya. Marie melirik Prana."Itu julukan Ganis, Mam. Karena sikapku yang kaku dan dingin, jadi dia menjulukiku sebagai Gunung Es." jawab Prana, dengan senyumnya.Tawa Edward meledak. "Untung kamu ketemu Ganis yang punya kepribadian sehangat matahari." pujinya, sambil membuka rentangan tangan untuk Ganis. Ibu muda itu tanpa segan, masuk ke dalam pelukan papa mertuanya yang tampak ramah dan berwibawa.Dulu waktu mereka menikah, suasananya sangat kaku. Jangankan bisa beramah t

  • Lelakiku Sedingin Es   Bab 52 Baby Maura

    "Kamu hebat, Nis. Bisa melahirkan secara normal begitu." ucap Rini, dengan kagumnya. Saat Ganis sudah dipindahkan ke ruangan biasa. Ibunya, tante Rini dan om Gustaf, tampak mengelilingi tempat tidur. Sementara Prana duduk di dekat Ganis, tidak mau beranjak ingin terus di sisi istrinya."Waktu melahirkan Gagah pun, Ganis melahirkan dengan normal. Hanya waktunya tidak secepat ini, 10 jam baru bisa lahiran." terang Naning."Oh ya? Mungkin itu kelahiran pertama jadi agak susah, ya?" tanya Rini."Mungkin kurang motivasi juga, karena melahirkan tanpa suami." ceplos Naning, begitu saja. Prana yang di sisi Ganis sambil memegang tangannya, jadi merasa bersalah. "Ternyata perjuangan seorang ibu saat melahirkan itu benar-benar mempertaruhkan nyawanya." ada kabut di matanya dan ia mencium kening Ganis. "Kamu memang hebat, Nis. Maaf, saat melahirkan Gagah, aku tidak ada di sisimu." Ganis menatap suaminya dengan senyum. "Tidak usah dipikirkan lagi, semuanya sudah aku maafkan. Jangan diingat lagi

  • Lelakiku Sedingin Es   Bab 51 Melahirkan

    "Nis, tadi itu luar biasa, Lo. Prana udah kayak cacing kepanasan aja di belakang pintu." Felix tertawa, saat mereka sudah berkumpul di ruang gedung yang khusus disediakan untuk keluarga. Prana mengelus rambut Ganis. "Aku juga bilang Ganis itu suka nekat, itu yang bikin gue suka khawatir. Untung berakhir baik."Ganis hanya tersenyum menanggapinya.Bram muncul, setelah mengganti baju pengantinnya. "Mila, belum selesai, ya?" tanya Ganis kepada Bram."Yah, begitulah. Wanita lebih ribet." jawab Bram, tertawa."Cewek yang tadi itu, beneran sepupu, lo?" tanya Felix."Ya, dari nyokap. Bokapnya, kakak nyokap gue. Mereka keluarga tajir, jauh sekali dengan kehidupan keluarga gue yang kere.""Gue sempet naksir dia sih, dulu. Tapi yang dikejar dia, malah Prana. Orangnya udah ilang, tetep aja ditanyain. Sempet sebel jadinya gue.""Lo kenapa jadi sebel ma gue? Tahu juga kagak.""Tuh cewek, emang terobsesi banget ama lo. Desek-desek gue supaya ngasih tahu keberadaan lo." ucap Felix keki."Ke gue ju

  • Lelakiku Sedingin Es   Bab 50 Kepedulian Ganis

    Orang pada berteriak, melihat gelas runcing di sabetkan ke kiri dan ke kanan. Mata wanita itu sudah terlihat liar. Menatap Ganis, dengan segala kebencian. Prana menyembunyikan Ganis ke belakang punggungnya, dengan tatapan waspada.Beberapa keamanan sudah mulai bermunculan. Bram sudah turun dari pelaminan. Saat Mila mau mengikutinya, dia mencegah. "Mil, lebih baik tunggu di atas saja. Ini bukan kali pertama Rania ngamuk seperti ini.""Kamu mengenalnya?" tanya Mila."Dia sepupuku, dari ibu." jelas Bram. Dia segera mendekati ke arah wanita cantik itu berada."Rania, ini pesta pernikahanku. Ini bukan ajangmu untuk mencari perhatian." ucap Bram tampak tenang, tetapi tegas.Mata liar itu melihat padanya. "Lelaki sombong itu telah menpermalukanku." tunjuknya pada Prana. "Ok, dia temanku. Tidak mungkin mempermalukanmu, kalau kamu sendiri tidak bertingkah untuk mengganggunya." Bram menyanggahnya."Dia angkuh! Dia sombong!""Dia sudah punya istri! Dan Dia bukan jenis laki-laki yang tidak set

  • Lelakiku Sedingin Es   Bab 49 Uji Kesabaran

    "Apakah Fe, ada?" tanya Prana. Mengagetkan yang ditanya.Seperti disengat kalajengking, mata bulat milik Siscka terbelalak. Membuat alis Prana terangkat sebelah. Prana tiba-tiba ada di depan meja kerjanya. Tumben-tumbenan manusia dingin ini, mau berbasa-basi. Seumur-umur kerja jadi sekretarisnya, belum pernah ditanya seramah itu. Makanya Siscka kaget."Apa aku seperti hantu?" tanya Prana lagi.'Ampun! Suaminya mbak Ganis ini, sungguh gak lucu bercandanya.' batin Siscka."Ma ... maaf, Pak. Saya merasa kaget. Tadi tiba-tiba Pak Prana datang begitu saja." ucap Siscka sedikit gugup.Prana hanya mengedikkan bahu, lalu masuk ke ruang Felix tanpa mengetuk pintu.Felix yang sedang asik memeriksa berkas-berkas dokumen, mengangkat wajah. "Wah! Yang baru pulang dari seminar. Bagaimana, hasilnya?" tanya Felix. Langsung berdiri mendekati Prana, lalu menggandengnya untuk sama-sama duduk di sofa."Gue gak nyampe akhir, ngikutinnya." jawab Prana."Kenapa emang?" Felix melihatnya."Gak terlalu penti

  • Lelakiku Sedingin Es   Bab 48 Kebersamaan

    "Pran, siapa wanita itu?" tanya Ganis. Saat Prana sudah duduk kembali di sofa. Mereka masih tersabung dengan video call."Terus terang aku juga gak kenal, Nis.""Tapi dia tahu namamu, nyosor banget lagi sama kamu.""Begitulah, Nis. Kalau jadi orang ganteng, banyak yang suka." cengenges Prana, yang menurut Ganis tidak lucu.Wajah Ganis langsung ditekuk. "Kepedean, nyebelin! Dapat tontonan gratis tuh, mana besar lagi.""Apanya yang besar?" goda Prana, pura-pura tidak mengerti.Ganis bersiul. "Yang bulat, kayak batok kelapa." omong Ganis sekenanya.Prana terkekeh. "Itu kelihatan dicetak, berarti gak asli. Mending yang punya kamu, besarnya sama kayaknya.""Apa? Berarti kamu liatin terus dong, sampai tahu itu cetakan.""Mataku gak buta, Nis. Itu di depan mata.""Aish! Lelaki sama saja di mana-mana. Matanya gak bisa menghindar dari yang gituan.""Loh ... loh ... kamu kan, tadi lihat dan denger sendiri kejadiannya? Kamu beruntung loh punya suami kayak aku. Sepantasnya dimuseumkan karena suda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status