Share

3. Meet Again

#3 Meet Again

🍋Selamat membaca🍋

Dewa berdiri tepat di depan jendela kantornya. Menatap pemandangan kota dari lantai 17 memang cukup indah dan terasa menyenangkan.

Sampai pandangannya tenggelam dalam bayangan dimana ia bertemu dengan gadis bernama Beby.

“Apa yang membuatku gelisah?” Gumamnya sendiri.

Tidak ada kesamaan apa pun dari diri Beby dengan mantan kekasihnya. Bener-benar berbeda, namun dalam dirinya menjadikan gadis itu pusat rasa gelisah.

Tok tok tok

Suara pintu diketuk.

“Masuk!” ucap Dewa.

Pintu dibuka dan Dewa masih memandang keluar jendela, mengabaikan sosok yang masuk ke dalam kantornya.

“Ehem,” deheman terdengar.

Dewa menoleh dan mendapati sekretarisnya berdiri disana. Setelan kantor yang bisa dibilang cukup seksi dengan rok span sebatas lebih dari 5 cm diatas lututnya.

“Ada apa?”

“Maaf Pak, ini anda mendapat undangan pesta ulang tahun perusahaan KL Corporation,” ucapnya meletakan sebuah undangan berwarna merah.

Dewa menatap undangan itu dengan sinis. Dari desain undangan benar-benar ciri khas pemilik KL Corporation.

“Ada lagi?” tanya Dewa.

“Ada pesan dari Nona Angel, untuk acara ini beliau ingin anda menemaninya menyiapkan gaun pesta itu,”

“Ada lagi?”

“Sudah Pak.”

“Silakan keluar!” pinta Dewa.

“Baik Pak, permisi.”

Setelah kepergian sekretarisnya, Dewa langsung mengambil undangan itu dan melihat bahwa itu adalah undangan pribadi untuknya bukan meminta perwakilan DC Corporation.

Dewa terdiam dan melempar undangan itu sembarangan. Ia menghela napas dan merutuki dirinya sendiri. Tanpa banyak berpikir lagi, Dewa meninggalkan pesan untuk Angel. Ia tidak ingin pergi dengan wanita itu, yang jelas-jelas tidak jauh berbeda dengan ‘wanita itu’

‘Semua wanita sama saja!’ batinnya.

~~~

Angel menatap hampa kulkas yang ternyata kosong. Stok bulan ini sudah habis dan ia belum sempat berbelanja.

Beby berjalan menuju kamar Mamah, disana sudah ada wanita yang tengah diam dengan tatapan kosong.

“Mah, Beby pergi dulu ya?” ucap Beby duduk disampingnya.

“Sayang, kamu mau jemput Papah ya? Papah sudah sampai di bandara?” tanya Mamah dengan tatapan berbinar.

Dengan keteguhan hati ia berusaha tenang.

“Bukan, Beby cuma mau belanja, Papah belum pulang Mah,”

“Kapan ya Papahmu pulang? Mamah sudah kangen banget, Mamah jadi ingat setiap jam makan malam, Papahmu itu selalu membawakan makanan kesukaan Mamah dan tersenyum manis, walau tidak tampan tapi senyuman Papahmu sangat manis dan menyenangkan,” jelas Mamah bernostalgia.

Hati Beby sangat sakit. Bukan karena ia tidak tahu itu, melainkan karena Papah yang dinantikan tidak akan pernah pulang, selamanya tidak akan pulang ke rumah. Papah yang sangat Mamah cintai sudah pulang ke sisi Tuhan. Hal itu tidak bisa di bantah.

“Iya, nanti Beby bawakan makanan kesukaan Mamah,” ucap Beby mengusap lembut pundak Mamah.

Beby langsung beranjak dari duduknya dan keluar kamar. Tidak pernah ia bayangkan kepergian Papah meninggalkan luka dalam.

Beby berbelanja di mini market. Celana jogger abu tua, kaos oblong yang dimasukkan dan rambut panjangnya digulung. Kesan santai dan cuek dengan penampilan.

Dengan membawa keranjang hijau, ia berjalan memilih beberapa sayuran dan daging. Beby berbelanja hanya sesuai kebutuhan, setelah selesai tanpa buang-buang waktu ia membayar dan keluar dengan membawa kantong belanjaan.

Karena berbelanja untuk satu bulan, membuatnya harus susah payang dengan dua kantong belanjaan yang super besar.

Bruk!

Tanpa disengaja ia menabrak seseorang. Belanjaannya pun terjatuh.

“Maaf, maaf!” ucap Beby terkejut.

Ia membereskan belanjaannya. Namun na’as kantongnya bolong.

“Bukan seperti itu cara orang minta maaf,” ucap orang itu.

Beby menoleh ke arah orang yang ia tabrak. Tanpa banyak bicara, orang itu membantu Beby mengumpulkan belanjaannya.

Sedikit terkejut, belum pernah ia bertemu kembali dengan seorang pelanggan di luar kafe. Iya dia adalah Dewa.

Beby menatap noda minuman soda di kemeja putihnya. Ia mulai panik.

“Apa itu karena saya? Kalau benar saya akan bertanggung jawab, akan saya cuci kemeja anda!” ucap Beby.

Ia merasa yakin bahwa kemeja itu sangat mahal, dilihat sekilas pun bisa terasa bahwa orang di hadapannya itu kalangan orang kaya.

“Sudahlah, lebih baik kau cari solusi membawa belanjaan itu,”

“Ah iya, maaf saya minta waktu sebentar! Sebentar saja Pak!” ucap Beby langsung berdiri dan lari ke arah mini market tadi. Tidak lama ia kembali dengan membawa kantong plastik yang lebih besar dua. Wajahnya begitu panik dengan napas terengah-engah karena lari.

“Terima kasih Pak sudah menjaga belanjaan saya! Akan saya balas budi anda!” ucap Beby.

“Jadi bagaimana dengan kemeja dan cara anda berbalas budi?” tanya Dewa, melipat kedua tangannya di depan dada.

“Pertama saya akan bertanggung jawab dengan mencuci kemeja anda, kedua saya akan mentraktir makan,” ucap Beby.

Namun seketika ia berpikir kembali dan terkejut dengan ucapannya sendiri.

“Ah tidak-tidak, saya kesannya seperti ingin mencari kesempatan kalau gitu saya ganti, anda bisa datang kembali ke kafe tempat saya bekerja, anda bisa pesan apa pun gratis!” ucap Beby.

“Aku tidak butuh traktiran apa pun.”

Beby mulai memasang wajah berpikir. Ia tidak tahu apa yang tidak dimiliki orang yang ada di depannya itu.

“Apa anda pekerja kantoran?” tanya Beby.

“Iya.”

“Bagaimana kalau saya tunjukkan tempat yang bagus untuk refreshing dari pekerjaan kantor? Biasanya orang yang bekerja kantoran itu ingin refreshing dari tumpukan pekerjaan,” jelas Beby.

Dewa hanya diam dan sedikit tertawa dengan nada seakan tidak mempercayai apa pun yang ada di depannya.

“Sebegitu inginnya anda dengan saya?” tanya Dewa, sinis.

“Bukan seperti itu! Saya hanya ingin membalas budi, saya tidak ingin memiliki hutang budi dengan orang lain!”

Dewa mengulurkan tangan dan dibalas Beby dengan wajah bingung.

“Dewa Chandra.”

“Beby Mayangsari,” balas Beby.

“Saya tunggu janji anda.”

“Ah kalau begitu tanggal 2 Januari! Itu waktu saya libur, apa anda ada waktu kosong?”

“Tentu.”

“Kalau begitu 2 Januari jam 10 pagi saya tunggu di kafe tempat saya bekerja,” ucap Beby.

“Tentu.”

Dewa langsung pergi meninggalkan Beby dengan belanjaannya.

~~~

Di dalam mobil, Dewa menghela napas. Ia tidak percaya akan kejadian hari ini. Aneh, tapi cukup menarik. Jika ada seseorang yang melakukan sebuah kesalahan kecil pada Dewa, maka Dewa akan dengan mudah membuat orang itu menyesal dan memohon ampun padanya. Tapi, pada hari ini, seseorang menabraknya hingga kemeja seharga puluhan juta itu ternoda oleh soda tidak membuatnya marah. Aneh.

“Dewa, sorry sepertinya aku tidak- hey siapa bajingan yang akan kau hancurkan kali ini?” Revan terkejut dengan kondisi kemeja Dewa.

“Ah, tidak ada.”

“Tidak mungkin, seseorang pasti mengotori kemeja dan kau tidak mungkin hanya diam.”

Revan heran dengan sikap Dewa. Tidak ada tanda rasa kesal atau marah, melainkan terkesan ada sesuatu yang menarik perhatian pria berusia 30 tahun itu.

“Rasanya lebih menakutkan jika kau hanya diam saja dan tidak melakukan apa pun,” ucap Revan lagi.

“Sudahlah lebih baik kita cepat kembali!”

“Baiklah.”

Revan merasa penasaran dengan sikap aneh Dewa. Dulu ia bahkan berpikir tidak mungkin Dewa akan diam pada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman dan membuat kesalahan, tapi hari ini Dewa bersikap lebih tenang.

“Untuk masalah undangan KL, apa kau benar-benar tidak akan datang? Bukankah ini kesempatan kau untuk balas dendam?”

“Kapan acaranya dilaksanakan?”

“Satu hari setelah tahun baru.”

“Sepertinya tidak bisa, aku sudah ada janji di hari itu.”

Revan terkejut. Ia sebagai asisten pribadi belum pernah membuat agenda di hari itu.

“Aku bahkan sudah dengan sengaja mengosongkan jadwalmu di tanggal itu untuk undangan KL.”

“Biarkan di hari itu free, aku ada janji pribadi dengan seseorang.”

“Apa akhirnya kau berdamai dengan Angel?” tanya Revan dengan nada tidak yakin.

“Sampai kiamat pun aku tidak akan pernah menerima wanita itu!”

“Ah benar, dia seperti replika dari wanita ‘itu’ dan kau sangat membencinya.”

Revan merasa penasaran dengan Dewa. Beberapa hari yang lalu ia terlihat gelisah dan sangat emosional. Namun dalam sekejap menjadi sangat tenang hari ini. Bahkan mengabaikan rencana balas dendamnya.

“Ah iya aku jadi ingat orang tua mu Van.”

“Kenapa?”

“Setahuku orang tuamu memiliki jarak usia cukup jauh.”

“Oh iya, jarak usia mereka tujuh tahun, apa ada sesuatu yang mengganjal?”

“Bagaimana kehidupan mereka?”

“Normal, seperti keluarga biasanya, kadang ada perbedaan pendapat namun hanya dalam sekejap lalu berdamai, aku bersyukur bisa memiliki orang tua seperti itu.”

Dewa terdiam dan itu membuat Revan bingung. Apa ada yang salah? Tentu saja sepertinya tidak ada.

“Apa anda sedang menyukai seorang gadis muda?” tanya Revan.

Dewa terkejut. Belum ada terlintas kata ia tengah menyukai seorang gadis muda.

“Tidak, hanya saja penasaran dengan hubungan yang jarak usia cukup jauh.”

“Setahu saya tidak ada batas usia untuk menyukai seseorang, jadi tidak ada masalah kalau anda memang menyukai gadis muda.”

Lagi-lagi dewa terdiam.

~~~

Beby dengan susah payah membawa kantong belanjaan. Rambutnya yang digulung rapi sudah berantakan. Sampai tiba-tiba seseorang berdiri tepat di depan kontrakannya.

“Rehan?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status