Pagi hari terasa begitu ramai dalam setiap detik nafasku terasa seperti biasanya orang-orang berbincang dan lalu lalang kian kemari dengan dipenuhi kesibukan masing-masing. Ada berbagai rona kehidupan ditengah kota yang tidak pernah sepi. Manusia dengan segala hasratnya membuat suasana kehidupan menjadi semakin berwarna. Tawa terdengar bergeming disetiap sudut jalanan riuh pikuk sudah seperti hal biasa.
Hari ini tepat sebelum mulai bekerja tidak lupa aku selalu memesan secangkir kopi di sebuah Cafe bernama Marrianmouse dekat rumah sakit tempatku bekerja. Secangkir kopi hangat menemani diriku di pagi hari yang dingin. Sejenak aku memandangi sekitar rasanya tidak jauh dari biasanya dibalik ketenangan yang terlihat damai tersimpan begitu banyak rahasia.
Setelah beranjak dari Cafe tadi tempat aku membeli secangkir kopi waktu sudah menunjukan pukul 08.00 tepat dimana harus memulai bekerja sembari berjalan menuju ruanganku aku disambut seperti biasanya oleh rekanku yang sedang bertugas disana dia adalah Toni seorang dokter spesialis penyakit dalam penampilannya yang selalu terlihat rapi dengan kemeja biru yang dipadukan dengan celana hitam memakai jas lab seperti dokter pada umumnya dia menuju ke arahku dan mengajakku berbincang.
“Yo! Dinas pagi sekarang?” tanya Toni kepadaku
“Ya. Seperti itulah,” ucapku dengan santai
“Kau tahu pasien baru di ruang Dandelion sepertinya dia akan segera dioperasi kau yang menangani?” tanya Toni kepadaku dengan penasaran
“Ah, sepertinya itu bukan bagianku. Permisi sebentar aku harus bekerja,” ucapku kepada Toni
Tanpa berbasa-basi lagi aku langsung menuju ruanganku dan meninggalkan Toni di dekat tempat resepsionis. Rupanya hari ini begitu banyak pasien yang akan menjalani operasi. Memang ini pekerjaan yang ku geluti selama kurang lebih 4 tahun. Masih terbilang pemula jika dibandingkan dengan dokter bedah yang lain. Dengan sigap aku membuka catatan pasien dan memeriksa beberapa file dokumen yang berisi daftar pasien untuk ku tangani. Jika dilihat dari dokumen-dokumen ini lumayan banyak yang harus aku tangani.
Tok tok tok
Suara dari arah pintu
Ceklek
Rupanya suster Anne yang membawa banyak sekali dokumen. Dengan tersenyum ramah dia menghampiriku.
“Permisi, Dok. Ini saya membawa semua askep pasien anda semuanya sudah saya kaji tinggal menunggu pemeriksaan dari anda. Saya simpan disini ya dok, terimakasih,” ucap suster Anne dengan sopan sambil meletakan dokumen-dokumen tersebut.
“Ya, silahkan simpan disitu nanti saya akan periksa,” ucapku kepada suster Anne
“Selamat bertugas dok,” ucap suster Anne sembari pergi dan menutup pintu ruanganku
“Iya, terimaksih,” ucapku dengan nada santai kepada suster Anne
2 jam berlalu tidak terasa waktu berjalan begitu cepat namun semua dokumen yang ku periksa belum juga selesai. Sepertinya ini akan memakan waktu lama dikarenakan akhir-akhir ini banyak sekali pasien yang mengidap penyakit penyakit kronis yang diharuskan untuk menjalani operasi mau tidak mau mereka harus melakukannya demi kesembuhan dan tentunya kehidupan yang mereka jalani.
Teerrrrddd Terrrrrdddd
Nada dering ponselku berbunyi segera aku mengangkatnya.
“Halo? Ya?” ucapku
“Kau tidak lupa kan minggu ini aniversary kita,” ucapnya kepadaku
Rupanya yang menelponku adalah Sera pacarku. Dengan nada lembuat aku berbincang dengannya di telpon.
“Tentu saja aku tidak lupa, dan juga aku sudah memesan tempatnya jangan khawatir. sudah dulu ya aku harus bekerja,” ucapku kepada Sera kemudian dia mematikan telpon nya.
Sejujurnya aku nyaris lupa jika minggu ini adalah aniversary kita berdua. Tepat beberpa menit aku langsung memesan tempat untuk kencan kita nanti. Utungnya masih sempat aku booking jika tidak ini akan merepotkan. Satu demi satu dokumen yang ku periksa mulai selesai tinggal beberapa dokumen lagi yang dalam waktu 1 jam lagi pasti akan selesai. Aku hanya perlu tekun seperti biasanya tidak perlu mengeluh dengan pekerjaan yang merepotkan ini pada dasarnya ini adalah pilihanku.
1 jam berlalu akhirnya pekerjaanku memeriksa dokumen askep pasien sudah selesai dan waktu sudah menunjukkan jam makan siang. Segera aku membereskan mejaku yang jauh dari kata rapi untuk bersiap-siap menuju kantin rumah sakit. Ketika aku menuju kantin aku bertemu dengan seniorku dia juga dokter bedah namanya Billy. Dilihat dari penampilannya dia memang terlihat oke meskipun dibilang sudah berumur namun masih awet muda terlihat seperti lebih muda dariku. Dengan kacamatanya yang membuat dia telihat menawan bagi para perempuan. Memang layak dijadikan idola mungkin bagi para perempuan di luaran sana.
“Wow seperti biasanya ya kau bekerja dengan baik, dengar-dengar akhir-akhir ini kau melakukan operasi otak pada pasien kecelakaan lalu lintas,” ucap Billy
“Terimakasih atas pujiannya, itu memang benar,” jawabku kepada Billy
“Ya, kau memang pantas. Teruslah seperti itu,” ucap Billy kepadaku sambil menepuk pundakku
“Terimakasih, anda juga bekerja dengan baik dan tentunya panutan saya,” ucapku lagi kepadanya
Dengan tersenyum dia meninggalkanku di sana mungkin banyak sekali pekerjaan yang harus dia lakukan terlebih lagi soal pasien di ruang Dandelion dia yang bertanggung jawab. Setelah berpapasan dan mengobrol dengan senior aku kembali ke aktivitasku yaitu makan siang disini aku memesan menu sehat seperti biasanya karena aku harus menjaga pola makanku dengan tujuan kesehatan tentunya. Toni juga rupanya mampir ke kantin sambil makan bersama dengan rekan-rekanku yang lain kami mengobrol seputar kehidupan di dunia kerja dimana kami mulai dari titik nol hingga menjadi akrab satu sama lain.
Tidak terasa obrolan ini memakan banyak waktu dan kami harus mulai bekerja lagi. Pekerjaan yang masih dibilang sangat manusiawi yaitu membantu orang-orang untuk sembuh dan kembali menjalani kehidupannya kini dan nanti dengan harapan dan doa yang selalu menyertai mereka. Perlahan aku mulai sadar dengan apa yang dialami para pasienku yang semula ingin mejalani operasi kemudian berubah pikiran karena satu hal ketakutan akan kehilangan.
Pukul sudah menunjukkan waktu pergantian dinas aku bersiap-siap untuk mengikuti rutinitas aktivitas yang selalu dilakukan sebelum kami pulang. Beberapa waktu kemudian aku pergi meninggalkan rumah sakit tempatku bekerja menuju parkiran untuk mengemudikan mobilku. Tidak terasa aku sudah kembali ke rumahku aku membuka pintu dan masuk ke rumahku menyalakan lampu terasa begitu damai meski aku tinggal sendirian jauh dari keluarga ini tidak membuatku kesepian. Tubuhku yang mulai lelah ku baringkan di sofa sebelum akhirnya aku mandi.
Aku mengecek ponselku dan ternyata ada pesan dari Sera. Dia mengirim pesan padaku besok dia akan datang ke rumahku seketika aku membalas pesan nya dan tentu saja aku senang. Hari-hariku yang berat terganti dengan kedamaian. Sesaat mataku mulai terasa begitu berat dalam keheningan malam suasana yang begitu sunyi menjadikan harmoni dalam gemerlap purnama aku mulai menata tempat tidurku bersiap-siap pergi ke alam mimpi.
Hari ini Brian bekerja seperti biasanya di rumah sakit kota Domino dia sedang melakukan tindakan pemeriksaan fisik kepada pasien pasca operasi. Selama ini dia selalu melakukan pekerjaannya dengan baik sampai dia pulang ke rumahnya. Waktu sudah menunjukan pukul 6 sore semua orang hari ini menyudahi pekerjaannya dan mereka pulang ke rumah untuk beristirahat. Brian juga demikian dia pulang ke rumahnya yang berada di sebuah apartemen tidak jauh dari pusat kota. Dirinya begitu melihat pemandangan yang sangat indah membuatnya terkesima dalam waktu cepat. Begitu dia sampai di rumahnya dia langsung duduk di sofa sambil memakan ayam goreng yang baru saja dia pesan lewat pesan antar. Hari yang cukup lelah bagi dirinya sehingga dia menikmati dengan santai. Banyak sekali kejadian yang membuat dirinya merasa harus terkuras energinya. Kematian Hana yang merupakan temannya baru ini menyimpan duka mendalam bagi dirinya dan dia masih mengenangnya karena Hana bukan hanya sebagai teman namun dia juga
Tepat di kediaman Jason. Dirinya sedang meneguk wine sambil duduk dengan santai di kursi ruang kerjanya. Alunan musik klasik membuat suasana di ruangan tersebut terasa elegan. Dia terus menerus menggerakan gelas wine miliknya sebelum kemudian dia meneguknya. Pagi hari yang cukup indah di matanya seakan dia sehabis bermimpi indah. Jason merupakan seorang musisi sebelumnya dirinya sama seperti Yurian yang merupakan seorang pianis. Setelah 3 tahun lamanya dirinya menjadi musisi dan dia sering mengadakan konser di berbagai tempat dan tentunya penggemarnya sudah seperti penggemar selebriti mereka banyak sekali dan bahkan membuat fanbase khusus untuk dirinya yang diberi nama “Jasonius.” Mereka terdiri dari berbagai kalangan usia dan tentunya sangat menyukai dirinya. Bahkan setiap kali dia akan mengadakan konser mereka selalu datang dan mendukungnya bahkan di sebuah forum internet dirinya sempat menjadi trending karena hal itu. Jason memang berasal dari kalangan sendok emas dan
Saat ini Brian sedang berada di dalam ruangan kerjanya dia tengah memikirkan apa yang membuatnya penasaran dengan ucapan dokter Maria sebelumnya. Brian kemudian melihat ke arah jam dinding dan masih menunjukan pukul 3 sore. Tidak lama kemudian dia berencana untuk bertemu dengan dokter Maria yang sekarang berada di ruangannya. Dia kemudian bergerak menuju ke lantai 2 dimana mereka akan bertemu dan begitu sampai di sana dirinya melihat dokter Maria sudah menunggu kedatangannya dengan duduk di kursi ruang kerjanya. Meja di mana banyak sekali tumpukan kertas kemudian dokter Maria menghentikan aktivitasnya begitu Brian datang menemuinya dan mereka berdua akan memulai obrolan yang membuat dirinya penasaran.“Brian. Silahkan duduk,” ucap Maria“Langsung saja ke intinya.”“Baiklah ku harap kau bisa menerima ini dengan baik.”“Terserah saja.”“Yurian bukanlah orang yang waras. Dia semakin ke sini semakin
Waktu terus berjalan sampai tidak terasa sudah satu bulan lamanya Yurian dirawat di rumah saikit jiwa dan dia berada di sebuah ruangan yang merupakan ruang dirinya dirawat. Dengan penampilan yang terlihat lusuh dirinya mencoba untuk tetap waras namun kenyataan malah sebaliknya. Dia sekarang sudah seperti orang lain dimana dia terlihat begitu berbeda walau hanya sekilas. Hana yang menjadi susternya saat itu dan terus mendatanginya untuk melakukan perawatan serta pemberian obat. Melihat Hana yang bekerja kerasa dihadapannya membuat Yurian seketika teringat dimana dirinya dahulu merupakan orang yang seperti itu sehingga dia termenung dalam suasana terkejut sampai Hana menyadari akan hal itu dan bertanya kepada dirinya.“Yurian. Apa ada yang anda pikirkan?” tanya Hana kepada dirinya dengan tatapan lembut namun penuh arti“Tidak. Tidak ada apa-apa,” ucap Yurian sambil menggelengkan kepala“Baiklah kalau begitu. Oh iya jika ada yang ingin
Di kediaman Yurian 5 tahun yang lalu. Dia sedang berada di dalam kamarnya sambil membaca sebuah buku musik klasik yang dia dapatkan ketika dirinya masih berumur 5 tahun. Ibunya merupakan seorang musisi dia pemain piolin terkenal bernama Julia Antonius semenjak ibunya menikah dengan ayah Yurian dia berganti nama menjadi Julia Frances. Yurian merupakan anak tunggal dari pasangan yang salah satunya musisi dan yang satunya lagi merupakan dokter bedah terkenal di negeri ini namun mereka bedua pindah ke luar negeri begitu Yurian beranjak remaja. Dirinya menjadi seorang yang mandiri sejak saat itu karena harus bertahan hidup sendirian tanpa ada yang mengasuhnya kecuali orang yang menjadi manajernya di masa depan yang tidak lain adalah sekertaris ibunya. Keluarga Yurian cukup harmonis namun begitu ayahnya pulang dari luar negeri seorang diri Yurian merasa ada kekhawatiran dalam dirinya. Saat itu dia masih berumur 15 tahun dan tidak berani menanyakan hal yang terbilang cukup sensitif. Dia me
Brian dengan sibuk melakukan pekerjaannya tersebut kemudian dia melakukan prosedur operasi kepada pasien dengan bantuan rekan-rekannya. Selama dia melakukan tindakan tersebut dia dengan tenang melakukannya secara hati-hati. Setelah kemudian melanjutkan ke tahap berikutnya dirinya kemudian memotong usus buntu tersebut dan tidak lama kemudian memasukannya ke dalam pipet. Begitu dia selesai melakukan pengangkatan usus buntu itu tidak lama kemudian dia menjahit luka operasinya dengan perlahan sampai akhirnya menutup dengan sempurna. Di bawah lampu operasi dirinya dengan sangat hati-hati menjahit luka tersebut setelahnya dia kemudian membersihkan bekas darah yang berserakan disekitat meja operasi tersebut. Brian kemudian berhasil melakukan prosedur pengangkatan usus buntu.“Akhirnya selesai,” ucap Brian dengan menghela nafas dibalik masker yang dia gunakan“Tidak buruk juga.”“Akan ku bersihkan sisanya. Langsung saja bawa pasien ke ruang