Share

Bab XVIII : Saudara Tua yang Tak Diundang

Jalan Kramat saat tengah malam tampak berbeda dari siang hari yang begitu ramai penuh pejalan kaki maupun orang berjualan. Kendaraan tak ada satu pun yang melintasi jalan selain oplet berwarna biru yang ditumpangi Fadjar dan Hinagi. Kedua penumpang terakhir dari kendaraan umum itu pun turun tepat di depan toko Banzai yang berseberangan dengan kedai kopi milik Poernomo.

“Selamat malam, Tuan Fadjar,” Hinagi menganggukan kepala, dan turun dari oplet. Dengan langkah-langkah kaki kecilnya, dia berbalik memasuki toko.

Fadjar yang tadinya hanya ingin menanggapi Hinagi dengan anggukan dan membalas mengucapkan selamat malam, segera tergerak melontarkan suatu pertanyaan, “Ah, Nona! Kau tinggal di toko Jepang ini?” calon dokter muda ini menunjuk toko Banzai yang gelap gulita.

Bagai tersengat listrik, Hinagi merasa bodoh detik ini juga. Dia langsung menghentikan langkah kakinya. Tak seharusnya dia turun tepat di depan toko Banzai. Seharusnya, Fadjar tak boleh mengetahui tempat tinggalnya selama
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status