Share

Menahan Godaan

Author: Indira Hasya
last update Last Updated: 2023-10-07 12:19:19

Setelah dihubungi Dara untuk segera pulang, Abian berniat segera pulang setelah rapat, dia bergegas menuju mobilnya, entah masalah penting apa yang akan dikatakan Dara, yang jelas Abian menduga ada masalah dengan pemeriksaan pada Amara. Dalam pikirannya hanya satu, Amara bermasalah dengan alat reproduksinya, ini akan memudahkannya menceraikan Amara, dia tahu mamanya yang terus saja menuntut anak. Abian tersenyum penuh kemenangan, lima tahun yang dia jalani dengan Amara akan segera berakhir.

Tiba-tiba tubuhnya dipeluk dari belakang, siapa yang berani kurang ajar pada seorang pimpinan perusahaan. Dia pun mematung berusaha menebak siapa wanita yang telah berani melakukan itu padanya.

“Aku datang, Sayang.” Suara wanita yang begitu dia rindukan terdengar sangat merdu, jantungnya langsung berpacu lebih cepat, dia langsung berbalik arah dan ….

“Kapan datang, kenapa tidak mengabariku?” Abian memeluk Falicia begitu erat, diciuminya bertubi wajah cantik itu. Empat tahun Felicia berada di luar negeri tentu saja membuat kerinduannya membuncah dan wanita itu kini sudah berada di pelukannya. Tidak dia pedulikan tatapan para karyawan karena cinta memang mengalahkan logikanya. Dunia hanya miliknya.

“Aku hanya ingin memberi kejutan padamu, Sayang. Sekarang aku ingin kita bersama tanpa ada gangguan apapun. Aku merindukanmu.” Felicia semakin mengerat pelukan pada Abian.

Mereka berdua akhirnya menghabiskan hari ini berdua tanpa mau digangu siapa pun, bahkan Felicia telah mengambil telepon selular Abian dan menon-aktifkan telepon selular Abian.

“Aku tidak mau ada yang menganggu kita.”

Setelah mereka berdua jalan-jalan, Felicia meminta Abian menemaninya semalaman ini, Felicia sudah memesan kamar hotel, alasannya tidak ingin diganggu siapapun.

“Kita ini belum nikah, nggak baik berada di kamar hotel berdua.” Abian berusaha menolak permintaan Felicia, bagaimanapun juga Abian masih punya moral untuk tidak melakukan hal terlarang sebelum menikah.

“Kita cuma ngobrol aja, kenapa kamu mikir macem-macem, sih,” kata Falicia gemas dengan sikap Abian.

Setelah menimbang dan memikirkan, akhirnya dia memenuhi permintaan Falicia, lagi pula dia bisa membuktikan kalau dia bisa tahan bersama Amara selama lima tahun. Meskipun itu sangat berat, tapi nyatanya dia bisa melewatinya tanpa melanggar janjinya pada kekasihnya.

“Kamu yakin kita di sini?” Abian bertanya ragu tidak akan terjadi apa-apa pada mereka berdua.

“Iya, aku yakin kamu tidak akan melakukan hal buruk padaku. Sudah, jangan mikir jauh-jauh.” Felicia menarik tangan Abian untuk masuk ke kamar nomor 38 itu.

Gadis itu langsung merebahkan diri di ranjang super besar itu, sepertinya dia sangat lelah setelah berputar-putar setengah hari ini dan baru saja melakukan perjalanan jauh, baru malam itu dia kembali ke Indonesia dan langsung mencari Abian setelah sampai.

Abian ikut berbaring di sana, dia juga tak kalah lelah setelah beberapa hari ini banyak sekali pekerjaan dan melakukan perjalanan ke luar kota.

“Bagaimana pendidikan S2-mu?” tanya Abiann. Felicia ke luat negeri memang melanjutkan kuliah S2-nya di luar segeri.

“Baik, makanya aku pulang setelah lulus.” Falicia memiringkan tubuhnya menatap kekasihnya. Masih tetap sama. Tampan.

“Apa kamu tidak pernah menyentuh istrimu?” tanya Felicia, dia tidak percaya begitu saja apa yang dikatakan Abian meskipun Abian sudah berjanji tidak akan menyentuh Amara.

“Apa kamu tidak percaya padaku?” Abian bertanya balik, lima tahun dia berusaha bertahan meskipun hampir saja dia tidak kuat. Amara terlalu baik. Berada dalam satu kamar dan melakukan hal-hal kecil bersama, tidak bisa dipungkiri ada sedikit rasa di hatinya, apa lagi soal jiwa lelakinya, tidak perlu dibicarakan lagi. Amara itu sudah halal baginya. Hidup bersama tapi tidak menyentuh itu bagai hukuman.

“Percaya, kamu ‘kan cintanya sama aku, lagian gadis dekil itu mana menarik bagimu.”

Abian hanya tersenyum getir, wanita yang katanya dekil itu ternyata sangat cantik kalau dilihat lama-lama, itu kenapa Abian tidak pernah berani memandang Amara lama-lama, dia bisa jatuh hati, itu tidak boleh terjadi.

Mereka berdua saling bercerita apa yang mereka lakukan setelah tidak bertemu empat tahun. Berpisah selama itu pasti ada banyak hal yang berubah dalam kehidupan mereka.

“Fel, apa yang kamu lakukan?”

Felicia yang tadinya hanya rebahan saja di samping Abian, tiba-tiba tangannya melingkar di pinggang Abian, dia mulai menggoda kekasihnya itu. Dia sudah memakai pakaian seksi, tapi Abian tidak juga tergoda.

“Sayang, apa yang diinginkan pasangan saat berada di kamar berdua seperti ini.” Felicia semakin berani.

Abian yang sejak tadi berusaha menahan diri untuk tidak menyentuh Falicia akhirnya goyah. Godaan itu sangat berat. Laki-laki dan perempuan dalam satu kamar, apalagi yang diinginkan selain itu.

Abian menuruti nalurinya, dia menikmati setiap sentuhan Falicia, itu sangat nyaman, tapi tiba-tiba dia tersadar dan segera menjauhkan tubuhnya dari Felicia.

“Tidak Fel, aku tidak akan menyentuhmu sebelum kita menikah.”

“Abi, aku mencintaimu, aku tidak mau kamu menyentuh orang lain sebelum aku.” Felicia masih terus  merayu Abian.

Ini tidak benar, sekuat tenaga Abian berusaha menahan godaan itu.

“Fel, aku sangat mencintaimu, aku tidak menyentuhmu sekarang ini sebagai bukti bahwa aku mencintaimu, aku janji setelah ini aku akan perjuangkan cinta kita dan kita akan melakukannya jika saatnya tiba.”

Abiyan mencium kening Falicia lalu dia keluar dari kamar hotel itu, dia tidak bisa menjamin dirinya akan tahan dengan godaan terbesar itu. Amara yang diam saja dia hampir membuatnya kalah, apalagi kini Felicia begitu berani menggodanya. Dia tidak mau berdosa hanya mengikuti hawa nafsunya.

***

Satria langsung menuju hotel yang disebutkan anak buahnya, dia sebenarnya tadi akan menuju kamar hotel itu, tapi ibunya menyuruhnya pulang dan ternyata mendapati kabar bahwa orang tua Amara kecelakaan.

Melihat apa yang menimpa Amara membuat kemarahannya memuncak, apalagi karena ulah Abian mengakibatkan dua nyawa melayang dan kini Abian malah bersenang-senang dengan wanita di kamar hotel. Breng-sek, apalagi sebutan untuk lelaki seperti Abiyan.

Tidak sulit bagi Satria masuk ke hotel itu, dia punya akses ke sana untuk menemui Abian karena dia punya saham di hotel itu. Lelaki jangkung itu segera menuju kamar nomor 38 seperti yang disebutkan anak buahnya.

Saat akan menuju kamar nomor 38, Satria berpapasang dengan Abian yang saat itu memang akan keluar dari kamar hotel. Satria langsung menarik tubuh Abian keluar dia tidak mau membuat keributan di dalam.

“Kamu kenapa, sih.” Abian berusaha melepaskan cekalan tangan adiknya.

Satu pukulan mendarat tepat di rahang sebelah kiri Abian hingga membuat sudut bibir Abiyan berdarah.

“Apa-apaan ini.” Abiyan yang tidak siap itu terhuyung.

“Ini hadiah untuk lelaki br*ngsek seprtimu. Pezina!”

Berkali-kali Abian mendapat pukulan dari adiknya, sesaat dia memang kalah, lalu dia membalas pukulan adiknya, tubuhnya lebih besar dari adiknya, kini mereka saling membalas pukulan.

“Siapa yang berzina, jangan ngawur kamu.”

“Laki-laki dan perempuan dalam kamar hotel apalagi yang dilakukan kalau bukan berzina. Pantas saja tidak pernah menyentuh istrimu, ternyata kamu sudah kenyang diluar.”Satria tersenyum sinis, dia menatap jijik pada kakaknya itu. Tidak pernah terbersit dalam benaknya kalau Abian berani melakukan hal terlarang, tapi kenyataan itu tidak terbantahkan, kakaknya baru saja keluar dari kamar hotel bersama wanita.

“Dari mana kamu tahu kalau aku tidak pernah menyentuh Amara?”

“Semua orang rumah tahu dan kini orang tua Amara meninggal karena tahu kamu telah zalim pada Amara.”

“Apa maksudmu?”

“Orang tua Amara kecelakaan setelah mendengar kalau kamu tidak pernah menyentuh Amara.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Juhrotur Rofiah
kasihan amara
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Lima Tahun Tak Disentuh   Terima Kasih, Sayang

    Merasa tidak mendapat perlindungan dari keluarga, Felicia akhirnya memutuskan meninggalkan tempat tinggal orang tuanya. Apa yang bisa dia harapkan dari orang tuanya, sedang selama ini dia tidak pernah mendapatkan ketenangan di sana. Felicia memang pernah melakukan hubungan bebas, itu karena dia lepas dari pengawasan orang tua, orang tua tidak memberi contoh yang baik. Felicia sadar, dengan kebebasan yang dia jalani selama ini ternyata tidak membuatnya tenang, dia harusnya mengambil pelajaran setelah kejadian demi kejadian menyakitkan yang dia alami.“Tuhan itu maha pengampun, perbaiki kehidupanmu. Jika kamu manusia beragama, maka kembalikan kehidupanmu pada jalur yang benar.” Nasehat itu yang akhirnya membuat Felicia tinggal di sebuah kota kecil jauh dari kebisingan. Seorang wanita pekerja kebun memberinya tempat tinggal setelah dia sampai dan kebingungan akan tinggal di sana.Wanita paruh baya memakai jilbab panjang itu menyambutnya sangat baik, tapi rumah kecil itu hanya mempunyai s

  • Lima Tahun Tak Disentuh   Menyambut Keluarga

    “Pa, kenapa Satria masuk, sebegitu bencinya kah anak kita padaku?”Maria menatap sedih jejak putranya yang sesaat tadi justru meninggalkan mereka tanpa menyalami bahkan mempersilahkan masuk pun tidak. Hati ibu mana yang tidak terluka melihat perlakuan anaknya seperti itu. Ego sudah diturunkan, sesal sudah dirasa. Namun, apa yang di dapat? Apa anak itu ingin membalas perbuatannya. Sungguh, jika itu benar Maria akan bersimpuh di hadapan putranya itu untuk meminta maaf.Kesalahannya memang terlalu fatal, bukan hanya pada Satria saja tetapi juga pada Amara—wanita yang seharusnya dia jaga karena dia sudah berjanji di depan pusara dua orang yang paling berjasa di hidupnya itu, dua orang yang telah mengorbankan diri agar suaminya tetap hidup sampai sekarang, dia berjanji akan menjadi orang yang selalu melindungi Amara. Namun, apa yang dia lakukan pada anak itu, dia malah menjauhkan anak itu dari keluarganya.Maria mulai menggali hatinya, bagaimana dia bisa berlaku kejam hanya karena ingin m

  • Lima Tahun Tak Disentuh   Kehidupan Berbeda

    Setahun sudah berlalu, anak-anaknya jarang datang, lebih lagi satria, sudah setahun anak bungsunya itu tidak berkunjung. Buah-buahan di keranjang yang selalu dikirim Satria melalui kurir sebagai obat rindu. Maria merindukan anak-anaknya, dia telah menuai apa yang telah dilakukan pada anak-anaknya.Abian selalu saja sibuk, tiap kali dia menelepon agar anaknya itu datang, selalu saja beralasan sibuk. Ya, Maria yang meminta Abian untuk memperbaiki kualitas hidup agar kehidupannya lebih baik. Abian memang semakin sukses, dia juga sudah merambah usaha di berbagai bidang termasuk bidang otomotif dan usahanya yang baru beberapa bulan dirintis sudah sangat besar mengalahkan usaha Satria.Maria mempehatikan semua kegiatan kedua anaknya. Abian lebih kompetitif dan semakin gila kerja hingga setahun lebih pernikahan belum juga dikaruniai anak. Sedang Satria tidak terlalu bersemangat dengan usahanya, Satria bahkan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama istri dan anak-anaknya. Perkebunan

  • Lima Tahun Tak Disentuh   Pantas Mendapat Balasan

    “Satria, kamu kenapa?” Amara langsung menghampiri lelaki berkemeja biru navi itu. Wajah yang tadi cerah berubah suram, tangannya mengepal dan rahangnya mengeras.“Pergi ke rumah mama batal,” ujar lelaki itu.Amara menarik tangan suaminya membawa presensi lelaki itu untuk duduk di sofa dekat jendela. Dia tahu kalau Satria tidak sedang baik-baik saja, lelaki itu masih belum bisa mengendalikan emosinya. Yang Amara tahu emosi seseorang akan berkurang saat duduk, kalau belum juga reda maka berbaring, itu kenapa dia mengajak Satria duduk. Satria menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Embusan napas berat ke luar dari mulutnya lalu tangan besarnya meraup wajah kasar.“Kamu masih ingat beberapa kali kita gagal ke rumah Mama?” Lelaki itu menarik sudut bibirnya. “Mama memang tidak mau kita ke sana. Semua yang terjadi pada kita, musibah kecil yang kita lalui saat akan ke rumah mama hingga kita mengurungkan niat ke sana itu ulah mama. Mama yang merencanakan semuanya agar kita tidak ke sana.”

  • Lima Tahun Tak Disentuh   Kehidupan Abian dan Satria

    “Aku yakin Mama yang merencanakan semua ini.”“Diam kamu Abi.”Abian menggeleng melihat kelakuan ibunya yang sudah tidak bisa dia cerna dengan akal sehat. Entah kepercayaan apa yang tertanam dalam pikiran ibunya dari dulu hingga kini tetap berpikir primitive.“Makanya Mama itu belajar sama ustaz, bukan sama guru spiritual. Guru spiritual itu sama dengan dukun. Mama tahu seberapa besar dosa orang yang mendatangi dukun?”“Sudah, jangan ceramah. Salat saja bolong-bolong malah ceramahin Mama. Sana belajar agama dulu sebelum ceramah.”Abian lantas meninggalkan ibunya, dia tidak mau peduli lagi karena capek jika berdebat dengan ibunya. Sejak dulu saat dia memprotes kenapa ibunya selalu membedakannya dengan adiknya, selalu saja jawabannya bahwa Satria adalah anak pembawa sial yang harus disingkirkan.Apa mungkin ini yang dimaksud ibunya? Bukankah beberapa waktu yang lalu ibunya sudah menerima Satria?Semakin dipikir membuat Abian pusin sendiri. Biarlah itu menjadi masalah ibu dan adiknya, ya

  • Lima Tahun Tak Disentuh   Pengasingan

    “Kamu tahu ‘kan kalau sejak dulu Mama tidak terlalu peduli padaku?” “Bukan tidak peduli, Sayang. Orang tua itu punya cara berbeda mengungkapkan rasa sayangnya pada anak-anaknya. Mungkin bagi Mama kamu cukup mandiri hingga Mama tidak terlalu mengkhawatirkanmu dan terbukti ‘kan kamu bisa mandiri tanpa bantuan mereka.”Amara mengusap bahu suaminya lalu duduk di sebelah lelaki itu.“Itu salah satu alasan. Ada alasan lain yang membuat Mama tidak terlalu mempedulikanku. Mama yang bilang setelah kita periksa waktu itu dan aku mulai berpikir bahwa ini adalah karma yang keluargaku lakukan di masa lalu.” Lelaki itu menggusah napasnya kemudian menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.“Karma?” Amara mengerutkan keningnya lantas meraih tangan suaminya. “Dalam agama kita tidak ada yang namanya karma. Apa kamu pernah lihat orang jahat hidupnya senang terus? Itu karena balasan dari perbuatan manusia itu nanti saat manusia telah mati. Di dunia itu hanyalah ujian.”“Tapi, Ra. Kesalahan keluarga kami sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status