Share

Bab 6

Penulis: Rara Qumaira
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 16:02:17

BAB 6

DAVIN ZAIDAN DIRGANTARA

“Ma? Mama!” Davin terpaksa meninggikan nada suaranya karena Lisa tidak kunjung menyahut saat dipanggil.

Tersentak dengan panggilan Davin, Lisa segera menolehkan kepala menatap putranya yang memiliki wajah tampan mirip seperti ayah kandungnya. “Iya, Sayang? Ada apa, Nak? Anak ganteng mama kenapa nih?” tanya Lisa.

Kedua tangannya lalu bergerak mengangkat tubuh Davin untuk duduk di pangkuannya.

“Mama kenapa bengong? Ada teman Mama yang nakal lagi, ya?” tanya Davin, dengan tampang polosnya yang menggemaskan. Kedua bola mata bulatnya tampak sangat lucu ketika penasaran.

Rupanya Davin masih mengingat tentang apa yang diceritakan oleh Lisa beberapa hari lalu, tentang sahabatnya Sesil yang tanpa sengaja mengerjainya. Lalu, ketika Lisa bengong, Davin justru bertanya padanya sama seperti apa yang bocah kecil itu lakukan barusan.

Kemudian Lisa asal menjawab bahwa dia sedang memikirkan teman kantornya yang nakal.

Lisa menggeleng, tetapi beberapa detik kemudian dia mengangguk. Davin tidak salah, memang ada teman kantornya yang nakal. Farhan, laki-laki itu berhasil mengusik hidupnya lagi. Lisa menjadi tidak tenang kalau sampai Farhan tahu tentang Davin.

Mencemaskan hal itu, tanpa sadar Lisa menjatuhkan air matanya, membuat Davin berinisiatif mengusapnya. “Mama kenapa nangis? Apa karena teman Mama yang nakal itu? Mama mau Davin marahin nggak temennya?” tanya bocah kecil yang baru akan berumur 5 tahun itu.

Davin memang masih sangat kecil, tetapi cara bicara dan pikirnya mirip dengan Farhan, lebih dewasa dari anak seumurannya. Dia juga cerdas, sama persis seperti ayahnya. Oleh karena itu, Lisa sangat takut jika Farhan nantinya akan bertemu dengan Davin, karena kemiripan keduanya tidak akan bisa dipungkas oleh siapapun.

Mungkin Davin terlahir sangat mirip dengan Farhan, karena tidak ingin suatu saat jika mereka bertemu, Farhan justru tidak mengakuinya sebagai anak, padahal jelas Davin adalah darah daging dari laki-laki itu.

Menanggapi perkataan Davin sebelumya, Lisa dengan cepat menghapus bekas air mata di pipinya lalu berkata, “Enggak kok, Sayang. Mama bisa marahin sendiri teman Mama yang nakal itu.”

Kening Davin mengkerut dengan bibir mengerucut. “Tapi ‘kan Davin hero-nya Mama, jadi harusnya Davin lindungi Mama dong!” protesnya, tampak begitu menggemaskan.

Lisa tersenyum hangat. Meski Davin tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah, dia tetap menjadi laki-laki hebat yang mampu menumpas semua kesedihan yang dirasakan oleh Lisa. “Mau Davin melindungi mama atau enggak, buat mama, Davin akan selalu jadi hero.” Karena cuma Davin alasan mama bertahan sampai sekarang, Nak.

Lisa sangat ingin meneruskan perkataannya, tetapi dia hanya berani membatin dalam hati. Davin tidak perlu tahu tentang penderitaannya selama ini. Cukup dia saja yang merasakan sakit itu.

Lagipula, anak itu masih terlalu kecil untuk bisa mengerti masalah di antara kedua orang tuanya.

***

Keesokan harinya, setelah mengantar Davin ke sekolah, Lisa bergegas pergi ke kantor. Dia sengaja berangkat lebih awal agar tidak perlu berpapasan dengan Farhan di lobby atau area kantor lainnya.

Namun sialnya, yang namanya hidup memang tidak pernah sesuai dengan harapan. Lisa justru harus terjebak di lift yang sama dengan Farhan. Apa-apaan ini?!

Dari sudut matanya, Lisa tahu bahwa Farhan sedang memperhatikannya, terutama mengamati penampilannya yang pasti terlihat amat sangat miskin di mata laki-laki itu.

“Bagaimana kabarmu, Lisa?” tanya Farhan.

Lisa bukan tidak ingin membalas, tetapi dia sedang malas. Lagipula dia tidak memiliki kewajiban untuk menjawabnya, bukan? Pertanyaan yang dilontarkan Farhan juga tidak berhubungan dengan pekerjaan, jadi Lisa jelas berhak memilih untuk tidak menanggapi.

Tanpa bersuara, langkah kaki Farhan mendekati Lisa sampai wanita itu terdorong ke sudut lift. “Aku sedang berbicara denganmu. Apa kamu tidak dengar?” tanyanya, raut wajahnya tampak kesal.

Masa bodoh dengan perasaan Farhan! Lisa sama sekali tidak peduli. Lebih baik dia berpura-pura tuli daripada harus berhubungan lagi dengan laki-laki itu.

Dengan senyum menyungging, Lisa lalu membalas, “Oh, Bapak sedang bicara sama saya? Maaf saya tidak tahu.”

Farhan mendecak, kembali menunjukkan kekesalannya. “Ck. Alasan konyol macam apa itu? Padahal jelas-jelas aku menyebut namamu sebelumnya.”

Lisa terus berpura-pura bodoh. “Oh iya? Kalau begitu, mungkin saya yang tidak dengar.” Kemudian perempuan itu sedikit melongokan kepalanya untuk mengintip dari celah tinggi badan Farhan. “Permisi, Pak. Saya harus turun di lantai ini,” ucap Lisa.

Farhan tidak ingin mencari masalah di hari pertamanya bekerja sebagai direktur utama perusahaan. Karena itu, dia memundurkan langkah, memberikan akses untuk Lisa. Namun, sebelum Lisa benar-benar keluar dari lift, Farhan bergumam lirih. “Aku merindukanmu, Lisa, sungguh.”

Sejenak, Lisa akui dia cukup terbuai dengan kata manis yang keluar dari mulut tukang selingkuh itu. Namun, dengan kekuatan kilat Lisa segera menampiknya. Farhan bukan lagi suaminya, mereka hanyalah mantan! Hubungan mereka juga sudah berakhir 5 tahun lalu.

Lisa melanjutkan langkah, mengabaikan Farhan yang saat ini sedang memijat pelipisnya. Bertemu Lisa kembali benar-benar merubah hidupnya secara drastis. Sudah lama dia ingin kembali bertemu Lisa, tetapi tidak menyangka setelah keinginannya terkabul, wanita itu justru berpura-pura tidak mengenalnya.

Tatapan Lisa terhadapnya bahkan tidak sehangat dulu. Jika wanita itu menatapnya tajam, meluapkan segala caci maki dan hinaan, mungkin Farhan akan lebih senang. Kata orang, benci itu bentuk lain dari cinta. Seseorang tidak akan bisa menyimpan kebencian tanpa ada rasa cinta.

Namun, jika Lisa tidak memberikan reaksi apapun atas kehadirannya, apa itu berarti Lisa sudah benar-benar melupakannya?

***

“Ya ampun, Jeng. Berlianmu ini baru toh. Kok aku baru lihat sekarang?” tanya salah satu ibu sosialita yang saat ini duduk bergerombol dengan Arum.

Seperti biasa, rutinitas Arum setiap hari selain berleha-leha di rumah adalah pergi keluar bersama teman-temannya. Hidupnya berubah setelah Farhan menikahi Sonya. Dia bisa berbelanja setiap hari dan juga keliling mall tanpa harus takut akan kehabisan uang.

Sonya memang seorang menantu idaman. Dia memanjakan Arum dengan segala kemewahan dan harta yang bergelimang. Hanya satu yang kurang, yaitu keturunan.

“Ini pasti dibelikan menantu Jeng lagi, ya? Duh, Jeng beruntung deh punya menantu loyal begitu,” sahut ibu lainnya.

Arum menyibakkan rambutnya dengan bangga, sedang siap-siap untuk menyombongkan diri. “Biasalah, Sonya ‘kan memang begitu. Dia tuh kalau belanja nggak pernah lupa sama mertuanya. Sayang banget deh sama aku, Jeng,” balas Arum, semakin memuji Sonya hingga langit ke tujuh.

“Tapi sayang sih, ya, sampai sekarang masih belum bisa ngasih keturunan buat Farhan. Padahal cucu saya aja tahun ini sudah masuk TK lho, Jeng.” Mood Arum tiba-tiba drop ketika temannya mengubah topik pembicaraan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Lima Tahun Usai Berpisah   Bab 133

    Bab 133Najwa tak sanggup menahan air mata. Ia memeluk surat itu erat, tubuhnya terguncang dalam tangis sesenggukan. Farhan yang sedari tadi duduk di seberangnya, segera mendekat dan menariknya ke dalam pelukan.“Dia menyayangimu, Wa,” bisiknya pelan.Najwa mengangguk dalam pelukan Farhan, air mata masih deras mengalir. “Aku juga sayang Ibu, tapi sekarang semuanya terlambat.”“Tidak,” kata Farhan menatapnya penuh keyakinan, “dia sudah tahu. Dan sekarang, dia pasti tenang.”***Beberapa minggu berlalu sejak Najwa menerima surat terakhir dari ibunya. Masa berkabung perlahan digantikan oleh tekad. Di balik penyesalannya, Najwa tahu bahwa ibunya ingin dia kuat, melanjutkan hidup, dan memaafkan masa lalu.Sementara itu, Farhan mulai melihat perubahan positif pada perusahaannya. Beberapa klien besar yang sempat menarik diri kini kembali. Dana segar yang disuntikkan oleh David Suprayogi telah menyelamatkan perusahaan dari ambang kehancuran."Anggap saja ini bentuk terima kasih," ujar David s

  • Lima Tahun Usai Berpisah   Bab 132

    Bab 132Ruang rawat itu dipenuhi aroma khas rumah sakit: antiseptik, ketenangan, dan ketegangan yang tak terlihat. Monitor detak jantung berdetak pelan, seolah ikut menghitung waktu yang terasa begitu lambat bagi Najwa. Di sisi ranjang, gadis itu duduk dengan punggung lurus dan kedua tangan yang terus menggenggam tangan ibunya yang tampak rapuh di atas selimut putih.Sudah beberapa hari ia duduk di sana. Diam. Tanpa banyak bicara. Hanya menatap wajah yang tertidur dengan mata terpejam dan kulit pucat. Kadang, ia ingin memeluknya. Kadang, ia ingin pergi dan pura-pura semua ini tidak pernah terjadi. Tapi di situlah ia, tetap duduk, tetap menunggu.Suara langkah pelan masuk dari arah pintu. David datang bersama dengan Farhan usai menyelesaikan urusan bisnis mereka."Wa, sebaiknya kamu pulang saja sama Farhan. Besok ke sini lagi. Terima kasih mau menemani istri saya," ujar pria paruh baya tersebut.Najwa menatap sang suami meminta pertimbangan. Farhan mengangguk pelan, tapi Najwa mengge

  • Lima Tahun Usai Berpisah   Bab 131

    Bab 131"Najwa, terima kasih sudah datang!" ujar David dengan senyum mengembang begitu melihat kehadiran gadis itu. Nada suaranya terdengar lega, seperti beban berat yang selama ini dipikulnya mulai terangkat sedikit.Najwa mengangguk singkat. Tatapannya masih menyimpan jarak, tapi langkah kakinya yang datang ke rumah sakit itu sudah cukup menunjukkan bahwa hatinya tak sepenuhnya membatu.Di samping David, berdiri Jonathan yang mengenakan kemeja biru muda. Senyumnya merekah begitu melihat Najwa."Aku tahu kamu pasti datang," ujar Jonathan. Ia tahu, saat ini ia tidak punya hak apa-apa atas Najwa, selain menjaga jarak dan tidak menyakiti lagi.Najwa mengalihkan pandangannya ke arah lorong ruang ICU. Ada seorang wanita di sana, terbaring di atas brankar dengan berbagai selang dan monitor yang terpasang di tubuhnya. Sosok itu, wanita yang selama ini hanya jadi bayang samar dalam ingatannya, ibunya."Bagaimana keadaaan...." Najwa menggantungkan pertanyaannya. Kata ibu seakan menyesakkan te

  • Lima Tahun Usai Berpisah   Bab 130

    Bab 130Najwa memejamkan matanya sejenak. Bayangan kebersamaannya dengan sang ayah kembali berkelebat. "Kalau kamu gak dilahirkan, mungkin ayahmu akan menjadi pria paling kesepian di dunia," ujar Farhan."Om!" seru Najwa, lalu menghambur ke dalam pelukan pria tersebut.Najwa tidak bisa membayangkan hidup ayahnya tanpa dirinya. Pasti beliaun sangat kesepian.Dengan lembut, Farhan membalas pelukan Najwa seraya mengusap punggungnya."Jangan pernah menyesali apa yang menjadi takdirmu. Jalanilah dengan ikhlas, maka kamu akan mendapatkan kedamaian!" bisik Farhan dengan lembut. ***Langit kampus sore itu menggantung kelabu, seakan ikut meresapi suasana hati Najwa yang melangkah pelan ke arah halte. Hembusan angin membawa aroma hujan yang belum turun, menambah berat pikirannya yang masih enggan berdamai dengan masa lalu.Tiba-tiba suara langkah cepat menyusul dari belakang.“Najwa, tunggu sebentar,” ujar seseorang dengan suara keras.Najwa berhenti sejenak. Dia tidak perlu menoleh untuk tah

  • Lima Tahun Usai Berpisah   Bab 129

    Bab 129Ting tong ....Tidur Najwa terusik dengan suara bel pintu apartemennya. Samar-samar, dia bisa mendengar suara langkah kaki dan pintu terbuka. Dengan malas, dia bangkit dari posisinya, lalu membersihkan diri. Setelah selesai, dia melangkah menuju dapur dan mendengar suara beberapa orang tengah berbincang."Ada tamu, Om?" tanya Najwa saat melihat Farhan masuk ke dapur."Iya. Bisa minta tolong buatkan minuman?""Tentu," sahut Najwa."Terima kasih. Kamu sudah baikan?" tanya Farhan khawatir. Dengan tegas, Najwa menganggukkan kepalanya.Tanpa banyak kata, Najwa segera berbalik menuju dapur dan menyiapkan minuman sesuai permintaan Farhan. Tangannya bergerak cekatan, tapi pikirannya masih melayang-layang. Rasa penasaran mulai mengusik batinnya sejak mendengar suara wanita asing itu dari ruang tamu.Begitu minuman selesai, dia meletakkannya di atas nampan. Dengan langkah hati-hati, dia berjalan menuju ruang tamu, namun langkahnya tiba-tiba terhenti di ambang pintu. Matanya terpaku pada

  • Lima Tahun Usai Berpisah   Bab 128

    Bab 128Tubuh Najwa menegang, tetapi bukan karena ketakutan. Ada sesuatu yang asing menjalar di dalam dirinya. Sensasi yang membuatnya bingung.Tangan Farhan yang semula hanya mengusap pipinya, kini bergerak turun, meremas gundukan kenyal dengan lembut. Tanpa sadar, Najwa mendesis lirih.Merasa mendapat respon, Farhan semakin intens melancarkan serangannya. Sementara itu, Najwa semakin tak dapat mengendalikan diri merasakan sensasi baru yang terasa candu.Tiba-tiba, Farhan mengehentikan aksinya. Ditatapnya gadis di bawahnya dengan intens. Sementara itu, Najwa balik menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya."Wa, bolehkah?" tanya Farhan dengan suara berat. Untuk sesaat, Najwa meragu. Meskipun belum berpengalaman, namun dia paham arah pembicaraan pria di hadapannya tersebut.Beberapa saat kemudian, Najwa menganggukkan kepalanya. Akhirnya, Farhan kembali melancarkan aksinya dengan lembut dan hati-hati. Dia paham betul jika ini pengalaman pertama bagi wanita di hadapannya tersebut.Aksi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status