Share

Bab 37

Penulis: Langit Berawan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-17 10:22:37

“Mama mau dong apelnya...!” ucap Cempaka yang datang tiba-tiba, lalu ia memilih duduk di tengah-tengah kedua anaknya.

Debby pun menusuk sepotong buah apel dengan garpu di tangannya, lalu disuapkan pada Cempaka.

“Hmm... manis dan renyah renyah apelnya, tidak seperti biasa,” ujar Cempaka setelah mengunyah apel di mulutnya.

“Siapa dulu dong tadi yang memilih...,” ujar Aizar sambil tersenyum.

“Dimana-mana semua rasa apel washington memang manis... jagan ke-PD-an deh, kamu...” celetuk Debby menimpali Aizar.

“Mungkin Mama makannya melihat ke arah aku, jadi tambah terasa manis kan apelnya...” canda Aizar lagi sambil tersenyum-senyum

“Bisa jadi begitu... tadi aja di supermarket gadis-gadis pada pengin kenalan dengan anak mama... hehehe...” ujar Cempak memuji putranya itu.

“Banggain aja terus anak kesayangan Mama, aku yakin lama-lama dia bisa jadi seorang playbboy,” ucap Debby dengan ketus.

“Jangang gitu dong, Deb... seharusnya kamu doakan kakakmu dapat kekasih yang cantik dan baik. Kamu jug
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 187

    Alih-alih menyusul Selina ke dalam Red Night Club, Satrio lebih memilih putar balik menuju cafe yang sudah dijanjikan sebagai tempat pertemuan oleh Aizar, baginya masuk ke dalam club itu seorang diri sangat berisiko, walaupun ia mencemaskan keadaan Selina.Satrio memecut laju mobilnya di jalan raya, sekitar lima belas menit barulah ia sampai di cafe klasik. Saat di parkiran, ia merasa lega melihat mobil sedan Aizar sudah terparkir di sana. Saat masuk ke dalam cafe yang ramai pengunjung, tidak sulit bagi Satrio menemukan Aizar. Tampak ia masih duduk di meja yang sama waktu ia datang untuk pertama kalinya di cafe itu, “Oh, rupanya Pak Aizar bersama Bu Furi,” gumam Satrio melihat bossnya itu sedang ngobrol santai dengan gadis berambut lurus panjang sebahu itu. “Bagaimana ini? Apa aku harus langsung memberitahu Pak Aizar perihal Pak Sony dan Selina?” Satrio berpikir sejenak sebelum mendekati Aizar yang tampak gembira disertai tawa kecil di tengah obrolannya bersama Furi. Ia tentu tidak

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 186

    Tiba waktunya untuk menjemput Selina, Satrio bergegas berganti pakaian. Ia mengenakan hem berwarna dark blue dan bawahannya ia memilih celana panjang abu-abu. Sebelum keluar rumah ia mematut diri di depan cermin, untuk memastikan penampilannya rapi dan tidak memalukan karena nanti akan bertemu dengan ramai orang di dalam cafe. Selain itu, ia juga ingin terlihat menarik di hadapan Selina. Di dalam cermin tampak kalung berwarna hitam dengan liontin batu giok berkilauan tergantung di leher Satrio. “Semoga malam ini malam keberuntunganku,” gumam Satrio.Saat akan keluar rumah, tiba-tiba Satrio teringat Ibu Kost yang tadi genit padanya. Ia pun mengintip dari balik pintu ke arah rumah ibu kost yang berdekatan dengan kamarnya itu. “Yes, aman…” gumamnya setelah mendapati tidak ada siapa-siapa di teras rumah wanita itu.Dengan mempercepat langkahnya, Satrio berjalan keluar rumah menuju mobilnya yang di parkir di garasi bersama para penghuni indekos. Ketika raungan mobilnya mulai terdengar ti

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 185

    “Apa benar malam ini kamu mau keluar dengan Furi, Nak?” tanya Cempaka sejurus Aizar duduk di meja makan untuk menemaninya makan malam.“Lho, Mama tahu dari siapa?” tanya Aizar heran, karena seingatnya ia tidak memberitahu siapa-siapa, bahkan Satrio sekalipun tidak diberitahu kalau malam ini ia akan mengajak Furi ke cafe.“Tadi Mama teleponan dengan Tante Mirna, trus Tante Mirna yang bilang kalau nanti kamu mau ajak Furi keluar. Benar begitu ya, Nak?”“Oh, iya, Mah… bukan hanya aku dan Furi, tapi aku juga ajak Satrio dan ada lagi seorang staf yang ikut,” jelas Aizar sambil menyendok beberapa lauk ke atas piringnya.“Baguslah kalau begitu, Nak. Mama senang seandainya kamu menyukai Furi, karena di mata Mama dia itu gadis yang baik dan juga berasal dari keluarga yang baik-baik pula. Pokoknya Mama merestui kalau kamu memang ingin serius menjalin hubungan dengan Furi,” ungkap Cempaka sambil tersenyum pada Aizar. “Iya, Mah… aku ingin hubunganku dengan Furi atas dasar keinginan hatinya sendi

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 184

    Setelah menerima liontin pemikat dari Aizar, Satrio kembali ke indekostnya. Dalam perjalanan pulang, ia singgah ke sebuah minimarket untuk membeli beberapa barang kebutuhan. Di situlah ia mulai merasakan keanehan yang terjadi. Setiap berpapasan dengan wanita, mata-mata mereka terlihat membulat serta mulut-mulut mereka tampak terbuka sambil menatap ke arahnya. Bahkan si kasir yang melayani terlihat sangat gelisah saat Satrio berada di depannya, hingga terdengar dengan jelas desahan napasnya. Karena belum terbiasa dengan keadaan itu, Satrio memilih untuk cepat-cepat pergi masuk ke dalam mobil, lalu tekan gas pergi meninggalkan minimarket itu. “Apa tadi itu hanya sugesti, atau benar-benar terjadi?” pikir Satrio dalam perjalanan penuh kebingungan.Setibanya di rumah, beberapa tetangga rumah menyapa Satrio dengan ramah, terlebih lagi ia pulang dengan membawa mobil. “Baru pulang, Mas Rio? Wah, sekarang sudah punya kendaraan ya?” sapa ibu kost yang kebetulan sedang duduk santai di depan ter

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 183

    Saat dalam perjalanan pulang, Selina menceritakan kalau sebenarnya tadi Pak Sony memintanya lembur, tapi Adirah dengan sukarela bersedia menggantikan.“Bu Adirah itu memang susah ditebak, kadang baik, kadang suka marah-marah,” ungkap Satrio menjelaskan. “Oh, iya, Sel… Malam ini apa kamu ada acara?” tanyanya melanjutkan obrolan.“Tidak ada sih. Aku jarang keluar malam kalau bukan hal yang penting,” jawab Selina yang duduk menyilangkan kedua lengan di dadanya sambil menatap lurus ke depan jalan raya yang sedikit macet.“Pak Aizar mengajak kita keluar malam ini,” jelas Satrio memberitahu Selina.“Memangnya mau kemana?”“Paling diajak minum kopi di cafe langganannya.”“Oh… ya sudah, aku ikut.”“Berarti nanti malam aku jemput ya?”Selina pun tanpa ragu memberikan nomor teleponnya pada Satrio. “Langkah awal yang baik,” batin Satrio sambil tersenyum sendiri.Selesai mengantar Selina, Satrio tidak langsung pulang ke rumah indekosnya, tapi ia memutar arah menuju ke rumah Aizar, karena Aizar yan

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 182

    Setelah tiba waktunya pulang, Selina menuju lobi untuk menemui Satrio di sana. “Mau langsung pulang sekarang?” tanya Satrio saat Selina datang menghampirinya.Selina mengiyakan, lalu keduanya berjalan beriringan menuju area parkir kendaraan. “Ini mobilnya,” ucap Satrio saat berada di depan sebuah mobil klasik berwarna kehijauan.Klik! Satrio membuka pintu pengemudi mobil itu.“Lho, sopirnya kamu, Rio?”“Iya… hehehe… tentu saja atas perintah Pak Aizar,” jelas Satrio. “Ayo masuk…” ajaknya.Selina pun masuk, ia memilih duduk di kursi penumpang bagian depan, tepatnya di samping Satrio.“Aku jadi merepotkan kamu kalau begini,” ucap Selina sambil melirik ke arah Satrio di sampingnya. “Ya nggak sama sekali lah, Sel… aku juga diberi pinjaman mobil ini sama Pak Aizar sudah merasa senang sekali. Lagipula, tempat tinggal kamu kan sejalur dengan kosanku, jadi sekalian lewat antar jemput kamu tidak jadi masalah,” jelas Satrio yang mulai menghidupkan mesin. Beberapa saat kemudian perlahan mobil

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status