“Kenapa diam saja? Ayo turun... aku ingin bermain-main dengan kalian,” ujar Aizar dengan gerakan tangan memanggil-manggil pada kedua harimau di depannya. Tiba-tiba kedua harimau yang sedang tertelungkup di atap mobil itu perlahan mulai berdiri sambil mengibas-ibaskan ekor sambil terus menatap ke arah Aizar.“Aummm.... aummm...!” salah satu ekor harimau yang berukuran lebih besar mengaum membuka mulutnya lebar. Seketika Furi dan kedua petugas yang sedang memperhatikan Aizar terkejut bukan main mendengar suara binatang itu. “Habislah kamu pemuda bodoh!” umpat si petugas bertopi merah yang menganggap Aizar sebagai seorang lelaki yang sombong dan sok merasa hebat.“Kita harus segera mengambil tindakan darurat, jangan sampai pemuda itu menjadi mangsa kedua harimau itu,” ucap si petugas berkulit hitam menimpali dengan penuh rasa khawatir.“Tidak perlu. Nyawa kedua binatang langka itu lebih berharga ketimbang nyawa pemuda sombong yang tidak mau mendengar peringatan kita. Biar dia tahu rasa
“Menakutkan sekali kedua harimau itu ya? Ngeri aku melihatnya,” ujar Furi sambil memperhatikan dengan seksama ke arah kaca depan mobil.“Aku juga berteman dengan harimau yang ada di hutan,” aku Aizar membuat Furi terkejut.“Serius kamu? Nggak... nggak mungkin...” balas Furi tidak percaya sambil menggelengkan kepala..“Kamu ingin aku membuktikannya?” tegas Aizar.“Maksudmu...?” tanya Furi sambil memicingkan mata menatap ke arah Aizar.“Aku akan meminta kedua harimau itu pergi meninggalkan mobil pengunjung itu,” jelas Aizar.“Jangan bilang kalau kamu mau keluar dan mendekati harimau itu,” tegas Furi yang membaca maksud Aizar.“Iya..., itu satu-satunya cara yang harus aku lakukan,” ucap Aizar.“konyol sekali... kamu mau cari mati memangnya!” ujar Furi memarhi Aizar. “Pokoknya sesuai kesepakatan, kamu tidak boleh keluar dari mobil. Apalagi di sana ada kedua petugas itu, sudah pasti mereka akan bertambah marah kalau kamu sampai berani nekat keluar dari mobil,” tegasnya melarang Aizar agar
“Baik, Pak, nanti kami akan ke kantor manajemen, tapi setelah kami selesai menjelajahi taman ini,” ucap Aizar sambil mengatupkan kedua tangannya memohon pada petugas.“Tidak bisa...! Kalau kami biarkan berada di tempat ini kalian malah akan bikin masalah lagi. Ayo segera...” ucap lelaki bertubuh jangkung itu terhenti karena tiba-tiba walkie talkie yang menggantung di pinggangnya berbunyi, menandakan ada sesuatu yang penting.Aizar dan Furi tetap berdiri tidak jauh dari petugas yang sedang berbicara dengan seseorang di sana, sedangkan seorang petugas lainnya hanya memperhatikan obrolan temannya sambil menyilangkan kedua lengan di dadanya.“Gawat...! kita harus pergi sekarang...,” ucap si petugas bertubuh jangkung pada temannya setelah mengakhiri obrolannya di walkie talkie.“Lalu bagaimana dengan kedua pengunjung bermasalah ini?” tegas petugas yang bertubuh hitam coba memastikan pada temannya.“Kalian berdua silakan untuk keliling taman ini, tetapi jangan melanggar aturan yang sudah di
Tentu saja Aizar tidak menyangka kalau Furi melihatnya pada dua kejadian berbeda yang memang pernah ia lakukan yaitu berjalan bersama Irene dan Selina. Rupanya dunia memang sangat sempit, apalagi tinggal di kota yang sama, pikit Aizar.“Tunggu dulu... biar aku jelaskan,” ucap Aizar coba mencari alasan untuk membela dirinya di mata Furi. “Aku akui, aku memang pernah pergi ke alun-alun kota, tapi aku pergi bersama adikku,” jelasnya beralasan.“Aku kenal adikmu, Debby, jangan coba bohong ya...” tegas Furi sambil senyum menyudutkan Aizar. Tentu saja Aizar baru ingat kalau keluarganya Furi berkawan dengan mamanya, sudah pasti ia tahu semua anggota keluarga Aizar.“Jadi begini, saat sore hari aku pergi ke alun-alun bersama Debby, setelah itu kami makan di mall. Nah, aku dikenalin sama teman kuliah adikku, kami makan bersama di restoran. Waktu pulangnya aku minta diantar adikku lagi jalan-jalan ke alun-alun, karena aku merasa penasaran ingin melihat tempat itu waktu malam. Tapi Debby ingin s
Aizar dan Furi semakin mendekat dengan kawanan hewan di tengah hamparan rumput sabana. Para pengunjung yang masih berada berhampiran di tempat itu, semakin merasa heran melihat lelaki yang mereka anggap tak waras malah mengajak teman wanitanya untuk mendekati kawanan hewan yang bisa mengancam keselamatan.“Hai semua, ini kenalin temanku, namanya Fu-ri,” ucap Aizar saat menghampiri para hewan yang bersikap seolah-olah sedang menunggu kehadirannya. Sementara Furi semakin mempererat cengkeraman tangannya di lengan Aizar karena merasa takut diperhatikan sangat serius oleh hewan-hewan di hadapannya.“Mbek... mbek... mbeeek...!” si kambing hutan tiba-tiba bersuara mengucapkan sesuatu tentang diri Furi.“Si kambing hutan ini bilang kamu sangat cantik,” ujar Aizar memberitahu Furi.Furi tidak mengomentari apa-apa mendengar ucapan Aizar, ia menganggap Aizar sedang mengarang cerita ingin mengerjainya.“Dibilang cantik kok diam saja, Furi... bilanglah terima kasih, atau apa gitu pada si kambing,
Dari dalam mobil, tampak Furi dengan cemas memperhatikan setiap gerak Aizar yang berjalan meninggalkannya. Sambil merapatkan kedua genggaman tangannya yang mendadak dingin, ia terus menatap ke arah Aizar untuk memastikan keselamatannya, seraya dalam hati berdoa semoga Aizar baik-baik saja...“Aa uu... aa uu... aa uu...!” teriak seekor kera di atas pohon memberitahu pada teman-temannya ketika melihat kedatangan Aizar yang terus berjalan santai mendekati mereka. Sontak, para kawanan hewan lain yang berada di sekeliling tempat itu semua menatap ke arah Aizar.“Hai kalian semua...!” ucap Aizar sambil melambaikan tangan pada para hewan di sekelilingnya, seolah baru bertemu dengan teman lama. Rupanya, mereka pun menyambut dengan gembira kehadiran Aizar sambil bersama-sama berjalan mendekatinya, terlebih lagi si kera yang terlihat begitu antusias melompat lompat kegirangan ingin sampai lebih dulu di hadapan Aizar.Sementara di dalam mobil, Furi yang sejak tadi memperhatikan dengan seksama ge