Share

Where i am?

Myli mulai bergetar, orang yang berada di depannya sudah kehilangan kesadarannya. 

Myli benar-benar bingung, Myli akhir nya menelpon kembali nomor yang ia telpon sebelumnya.

Belum sempat tersambung, tiba-tiba beberapa pria dengan setelan jas hitam dan berbadan tegap mulai datang menghampiri Myli yang masih menekan perut pria tersebut.

Lima orang berjas hitam berdiri di depan Myli, salah satu nya nampak seperti pemimpin mereka terlihat tenang menatap Myli, dan orang yang terluka yang di bantu Myli.

"Dimana Boss?" Seseorang dengan Jas putih sepertinya dokter menyela barisan pria berjas hitam dan menghampiri Myli.

"Haaa, tolong. Darah... Darah nya tak mau berhenti keluar." dengan nada tersedu-sedu Myli berusaha meminta bantuan.

"Tenang lah." Ucap pria berjas putih tersebut sambil mencari sesuatu di sebelah tubuh pria yang terluka.

"Ini dia. Tenang lah, dia akan baik-baik saja. Aku dokter nya sekarang sudah tidak apa-apa."

Sambil tersenyum pria berjas putih tersebut menjelaskan dan menunjukkan alat suntikan yang sudah di pakai.

Dia mulai memeriksa denyut nadi dan melihat luka yang masih mengeluarkan darah.

"Sepertinya ia kehilangan banyak darah, bisa angkat Boss ke mobil sekarang? walaupun dia sudah menyuntikkan obat nya tapi luka tusukannya cukup dalam." Ucap sang dokter pada orang-orang tegap yang sedang berdiri memperhatikan.

Beberapa orang berjas hitam mulai berjalan mendekat tanpa bicara dan mulai mengangkat Boss mereka. 

Myli yang nampak berantakan di tambah tangan dan baju nya yang di penuhi noda darah duduk dengan tatapan kosong seperti orang shock melihat orang yang ia tolong di angkat menjauh dari nya.

"Kau tak apa? apa kau juga terluka?" Tanya sang dokter.

"Tidak, saya baik. Apa dia akan selamat?" Tanya Myli yang masih terlihat shock.

"Hemmm, dia akan selamat." 

"Syukurlah. Kalau begitu saya permisi." Myli mencoba berdiri walaupun kaki nya masih bergetar hebat.

"Apa kau yakin tak perlu ke rumah sakit?" Tanya sang dokter, khawatir.

"Tidak perlu, terimakasih." Ucap Myli.

Namun saat akan melangkah Myli kehilangan keseimbangan nya dan jatuh pingsan.

Untungnya sang dokter dengan sigap menangkapnya karena jarak mereka tak terlalu jauh.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya sang dokter pada kepala pengawal yang hanya diam berdiri.

"Bawa dia ke mobil." ucap kepala pengawal singkat lalu berlalu meninggalkan sang dokter dan Myli yang pingsan.

"Hei tunggu. Apa tidak apa-apa membawanya ke tempat Boss?" 

Dengan membawa Myli di tangan nya sang dokter berusaha mengejar kepala pengawal sampai ke mobil.

"Masukkan dia."

"Apa kau yakin membawanya ke kediaman Boss? bukankah tidak ada orang luar yang bisa masuk?" 

Dengan hati-hati, sang dokter memasukkan Myli dalam mobil yang di sampingnya ada Boss mereka.

"Lalu kau ingin meninggalkan nya di sana? atau kau akan membawanya ke rumah sakit agar ia bicara ke orang-orang kalau Boss kita hampir mati?"

Sorot mata yang tadi nya terlihat tak peduli kini terlihat tajam menatap sang dokter.

"Baiklah, ayo cepat berangkat."

Tak ingin berdebat, sang dokter memilih mengiyakan ucapan sang kepala pengawal.

Mobil hitam metalic tersebut pun melaju di ikuti beberapa mobil hitam lainnya di belakang.

Setelah sekitar setengah jam perjalanan mereka akhirnya sampai di sebuah Mansion yang berada di tepian tebing yang menghadap laut.

Sangat besar dan luas, dengan warna Mansion yang di dominasi warna abu-abu dan atap berwarna hitam bergaya Eropa membuatnya terlihat elegan. Dengan pemandangan yang menghadap langsung ke arah laut dan taman bunga yang berada di halaman belakang yang di penuhi berbagai macam bunga dan lebih di dominasi bunga mawar dengan berbagai warna membuat kesan Mansion tersebut sangat indah.

Beberapa orang telah berdiri berbaris di depan pintu utama Mansion, para pengawal turun dari mobil utama yang mereka ikuti.

Pria berdarah yang masih belum sadarkan diri di bawah masuk Mansion secara terburu-buru. 

Myli yang masih pingsan pun di angkat oleh salah satu pelayan pria yang berdiri di depan pintu masuk Mansion untuk di bawa masuk.

"Apa Dokter Metta sudah di dalam?" Tanya kepala pengawal pada kepala pelayan yang mengikuti langkah nya.

"Dia sudah siap."

Mereka pun bergegas menuju ke tempat yang di arahkan kepala pelayan.

Sebuah ruangan operasi sendiri di dalam mansion.

Pria berdarah yang di bawa tadi segera di operasi oleh dokter wanita yang bernama Metta.

***

Sementara di lain tempat, di sebuah kamar yang cukup luas, Myli sedang di bersihkan tubuh nya oleh pelayan wanita yang sudah cukup berumur, yang tak lain adalah si kepala pelayan.

Dengan lembut kepala pelayan mengusap tubuh Myli dengan handuk basah untuk membersihkan sisa darah yang mengering di tubuh nya.

"Terimakasih karena sudah menolong tuan ku." Ucap sang kepala pelayan dengan nada suara yang rendah sambil menggenggam tangan Myli yang terasa dingin.

Stelah membersihkan tubuh dan mengganti baju Myli kepala pelayan meninggalkan Myli sendiri.

Stelah beberapa waktu, handphone Myli berbunyi membuatnya tersadar.

Myli berusaha bangun dengan rasa sakit kepala yang ia rasakan untuk mencari asal suara dari handphonenya tersebut.

Myli yang memijat lembut pelipis kanan nya saat ingin berdiri dari tempat tidur tak sengaja menjatuhkan gelas yang berada di atas meja, membuat nya kaget dan menginjak pecahan gelas tersebut.

"Ahhh.." Sakit di kaki kanannya membuatnya duduk kembali di atas ranjang.

Tak sempat memperhatikan kaki nya yang berdarah mata Myli kini tertuju pada sekitar kamar yang sangat mewah di matanya, bahkan Myli yang bisa merasakan bagaimana jadi orang kaya masih kaget dengan kemegahan yang ada di dalam kamar yang ia tempati sekarang.

Pelayan yang mendengar suara dari tempat Myli berada segera masuk dan memeriksa.

"Apa anda baik-baik saja? Apa ada yang terluka?" Tanya pelayan pria yang memasuki ruangan.

Namun Myli masih tertegun, ia bingung dengan apa yang ia lihat sampai ia melupakan kaki nya yang sedang berdarah.

Tak lama sang pelayan pria masuk, sang kepala pelayan juga masuk ruangan karena melihat pintu kamar yang ditempati Myli terbuka.

"Ada apa?"

Mata kepala pelayan langsung tertuju pada kaki Myli yang berdarah dan langsung mendekati nya.

"Apa anda baik-baik saja? Kaki anda berdarah."

Mendengar ujar sang kepala pelayan, Myli melihat ke arah kaki nya yang kini berlumuran darah di lantai.

"Tidak apa-apa, ini hanya luka Ahhhh.." belum selesai Myli menyelesaikan ucapannya ia merasakan sakit dan sesuatu yang menancap pada kaki kanan nya saat ingin berdiri.

"Anda tak apa? duduk saja. Sepertinya ada beling yang menancap di telapak kaki anda."

"Tak apa, ini hanya.. Isshhh.." Rintih Myli.

"Tolong panggilkan salah satu dokter di ruang tengah." Ucap kepala pelayan pada pelayan pria yang berdiri di depan pintu.

"Baik." 

Segera pelayan pria tersebut menuju ruang tengah untuk memanggil salah satu dokter.

"Duduk lah nona, dokter akan segera tiba untuk membersihkan luka anda."

Myli hanya tertegun melihat sekeliling, ia asing. Myli masih bingung, dengan apa yang terjadi.

"Maaf, saya dimana?" Tanya Myli pada kepala pelayan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status