Share

Bab 5 Semi Pelakor

        Ha! Melody kenapa kamu bisa di pelukan aku. Rey kaget melihat sosok dipelukannya adalah Melody bukan guling. “Iya kamu tadi menarik aku, padahal aku mau membangunkan kamu untuk antar aku pulang.” Kemudian mereka berdua pulang bersama.

        Batin Rey bergemuruh, dia cemas antara kenapa bisa memeluk Melody dengan perasaan nyaman saat memeluknya. Apa mungkin karena selama ini dia belum merasakan rasanya memeluk Anjelin sambil tertidur. Yeah yang pasti, Rey merasa sangat bersalah pada diri sendiri.

“Rey terimakasih ya sudah mau mengantarkanku pulang. Btw tadi pelukan kamu boleh juga itu” canda Melody diiringi tawa.

“Em, tapi Mel jangan salah paham, aku tidak sadar kok tadi, jangan bilang sama Yoga” kecemasan Rey dengan Melody.

“Iya, tenang saja aku tidak mudah terbawa perasaan kok” tegas Melody.

        Akhirnya mendengar itu Rey pulang dengan aman. Melewati jalan yang gelap ditambah iringan suara jangkrik yang kian nyaring membuat Rey bergidik takut. Menghilangkan ketakutan itu, ia mendengar lagu yang sempat dinyanyikan bersama dengan Anjelin.

Huh! Selamat malam mama papa ku sayang!

Sayang kok baru pulang semalam ini, katanya tadi jam 7 malam mau pulang setelah latihan?

Sudah ma aku mau mandi terus tidur.

       Terlalu panjang jika kejadian itu diceritakan dengan mamanya. Rey langsung mandi dan minum susu kemudian tidur. Dalam lamunan yang dalam, semakin dalam bersamaan suasana yang semakin mencekam.

        Mengingatkan Rey pada kejadian tadi. Haish! Cukup. Aku punya Anjelin yang selalu bisa buat aku bahagia, jangan mudah terpengaruh karena rayuan manis perempuan seperti dia.

        Rey menegaskan kalimat itu pada dirinya sendiri. Perlahan ia tertidur. Dia dapat berdamai dengan emosional yang mulai merendah. Ia tahu, bahwa kehilangan Anjelin adalah sesuatu yang sangat ditakutinya. Apalagi Mamanya begitu suka padanya.

        Ting bunyi gawai Rey pertanda ada sebuah pesan masuk. Rey mengambil Hp dengan setengah sadar. Ia membaca pengirimnya adalah Melody, “Rey bangun deh, nanti kita ada pertemuan lagi sama wakil kepala sekolah sebelum jam 7.”

        Seperti biasa Rey hanya membaca tanpa membalas. Kini Melody tidak lagi dekat dalam dunia nyata, tetapi juga perlahan masuk dalam dunia maya Rey. Melody seakan magang menjadi alarm untuk Rey setiap pagi.

        Rey yang merasa tidak nyaman dia bingung harus menghadapi sikap kekasih sahabatnya itu. Bagi Rey jika terus dibiarkan, akan menimbulkan kesalahpahaman dari kedua belah pihak.

        Ya tuhan aku harus bagaimana? Jika aku biarkan, Melody akan semakin nyaman dengan aku secara aku tidak menolak perhatiannya. Terlebih jika Yoga dan Anjelin tahu akan menjadi masalah besar diantara kami.

        Setiap pagi Melody mengingatkan Rey untuk ini itu, dan siangnya juga mengajak makan dikantin dengan alasan disuruh guru ke kantin padahal tidak. Sore saat latihan juga manja-manja minta dijemput karena sopirnya sibuk, dilihatnya mobil pribadinya ada di rumah.

        Semakin tidak biasa, itu menganggu banget untuk Rey. Rey memutuskan untuk memberitahukan tindakan itu terlebih dahulu kepada Yoga sebagai kekasih Melody.

        Tut! Tut! Tut! Suara dering gawai Yoga. Ia tidak kunjung menjawab panggilan Rey. Berkali-kali ia mencoba untuk menghubungi tapi selalu berakhir di rijek alias di tolak.

“Iya mungkin Yoga lagi sibuk kali” gumam Rey setelah penggilan terakhir juga di tolak.

        Positif thingking yang sudah mendarah daging pada Rey semakin lama dapat menimbulkan permasalahan. Sewajarnya jika Rey memiliki kecurigaan pada sikap Yoga yang tidak biasanya. Selama ini Yoga selalu fast respon dengan Rey meskipun saat pelajaran berlangsung.

        Dikarenakan sifat baik Rey, ia hanya menyimpulkan Yoga sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. Rey pulang sekolah dengan sedikit lesu.

        Rey memohon izin pada kepala sekolah untuk tidak hadir terlebih dahulu karena badan terasa tidak sehat. Tentu kepala sekolah memberitahukan pada Melody bahwa dia latihan sendiri dahulu.

“Rey sakit pak? Terus nanti saya ketempat latihan sama siapa”?

“Bisa saya pesankan gojek online kalau memang mobil kamu dipakai ayah kamu”. Tegas kepala sekolah

“Permasalahannya pak, naskah materi dibawa sama Rey. Jika dia tidak datang sepertinya percuma saya latihan sendiri”. Begitu penolakan Melody

“Yasudah, hari ini latihan kita tunda saja”. Keputusan kepala sekolah yang sangat dinantikan oleh Melody.

        Rey sakit membuat Melody segera membelikan bubur di pinggir rumahnya sekalian membelikan obat di apotek. Melody sangat cemas begitu mendengar Rey sakit.

Ibu bubur ayam satu bungkus ya!

Permisi mas, mau beli obat penurun panas! Terimakasih

        Melody mengemudi mobil dengan rasa tidak sabar. Berkali-kali dia tidak menghiraukan lampu merah lalu lintas. Ia mengklakson setiap ada sepeda motor yang hendak menyalip.

“Assalamualaikum, selamat pagi”. Ucap Melody dengan mengetuk pintu rumah Rey.

“Iya waalaikumussalam, mencari siapa ya neng”? Tanya mama Rey.

“Perkenalkan Ma, saya Melody teman sekelas Rey yang ditugaskan bersama untuk pemilihan duta Nasional”.

“Oh kamu Melody, ada keperluan apa kemari”? Tanya lagi mama Rey dengan melihat bungkusan plastik ditangan Melody.

“Ini tante saya mau menjenguk Rey, kata pak kepala sekolah sedang tidak enak badan, sekalian membelikan bubur tadi”.

“Oh terimakasih banyak lo jadi merepotkan, silahkan saja masuk ke dalam”.

        Mama memanggil Rey berkali-kali tetapi dia tidak menyahut. Karena pekerjaan mama waktu itu juga belum beres, dia langsung menyuruh Melody untuk naik saja ke atas.

“Mel naik saja ke kamar Rey, tapi ketuk pintu dulu sebelum masuk ya!” suruh mama pada Melody.

        Melody hanya mengangguk, lalu berjalan naik ke kamar Rey. Ia melihat dinding tangga yang dipenuhi dengan kata-kata motivasi, tidak tertinggal foto Rey sewaktu masih kecil sampai remaja.

        Ada sebuah kata yang membuatnya tertarik. Ia mengagumi kata-kata itu, sejenak dia membelai lembut foto Rey saat masih duduk di bangku SMP “kamu luar biasa seperti dulu Rey,” dan Melody mengabadikan itu di gawainya.

        Sudah mengetuk pintu tetapi tidak dibuka, tetapi pintu kamar Rey tidak terkunci. Dengan pelan Melody membuka pintu. Ia kaget melihat Rey terkapar pucat dan berselimut tebal.

        Melody langsung memegang dahi Rey, dan suhu badannya sangat tinggi. Melody bergegas mengambil tisu basah di dalam tasnya, dan menempelkan pada dahi Rey.

        Satu jam Rey tidur. Kini dia mulai bangun ia kaget ada perempuan tertidur di sebelahnya, dan juga bubur dalam mangkuk di meja belajarnya.

Tapi sepertinya ini bukan Anjelin. Rey membangunkan perlahan. Dia adalah Melody.

“Kamu ngapain kesini”? tanya Rey dengan wajah pucat dan tidak suka kehadirannya

“Iya aku tadi kesini jenguk kamu sakit, gimana sudah turun dinginnya”? Melody mencoba menyentuh dahinya tapi ditangkis oleh Rey.

“Udah, jadi ini ulah kamu yang kasih aku kompres pakai tisu basah”? Rey tampak keheranan.

“Iya, sebab aku mencari kain yang pas buat kompres tidak ada masa aku kasih kamu lap meja makan”? Jawab Melody dengan lucu.

        Rey mendengar itu hanya bisa tertawa-tawa, “emang bodoh banget kamu, yang ada bukan suhuku turun tapi tambah naik dan kulit menjadi kering”.

“Oh iya ya, yaudah nanti tisunya aku basahin pakai air biasa”.

“Rey kembali tertawa gemas”.

        Bersamaan dengan itu Anjelin ternyata sudah di depan kamar Rey, ia membawakan sebuh bingkisan yang sama yaitu bubur kesukaan Rey adalah rasa soto, dan obat demam.

“Oh jadi begitu Rey, aku kira kamu tidak angkat panggilan aku karena sedang tidur” bentak Anjelin pada mereka berdua.

        Rey kaget dan langsung turun kasur. Tetapi Anjelin keburu membanting bingkisan itu, dan berlari keluar rumah.

“Anjelin dengar penjelasan aku dulu” teriak Rey yang sudah tidak digubris oleh Anjelin.

        Melody menyaksikan itu hanya bisa berekspresi datar, dan berjalan ke arah Rey untuk menenagkan. Kemudian dia merangkul Rey “Sabar Rey dia suatu saat akan mengerti kok.” Rey yang sedih hanya bisa berdiam dan mengikuti.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status