Share

Bab 6 Perubahan Rey

        Kalut menjadi situasi yang tepat untuk pria muda ditepi jembatan layang. Membawa botol yang berisi air rasa mangga, dijari tangan kanan menyelip putung rokok yang berasap. Berantakan sungguh berantakan penampilan pemuda itu.

        Dia adalah Rey yang sekarang. Bibir yang semakin berwarna coklat tua, rambut sedikit panjang namun tidak mengurangi ketampanannya selama ini.

       Ia terlihat depresi, entah beban apa yang menekan batin dan pikirannya sehingga mengubah penampilannya menjadi seorang berandal.

        Diluar dugaan, dia diteriaki oleh seorang ibu muda “dasar laki-laki tidak tahu sopan santu.” Ada apa sebenarnya ibu itu dengan Rey.

        Rey melihat ibu muda yang ada di seberang jembatan hanya bisa menampilkan senyum diiringi seteguk air dari botol.

       Ibu itu semakin jengkel dan hendak melempar batu di belakangnya tapi dia lupa bahwa itu bukan batu melainkan besi yang diisi semen, alhasil sulit diangkat.

         Rey semakin tertawa, kerasnya bunyi tertawa Rey membuat ibu muda itu berhenti mengajak cek cok. Ia hanya melihat, bergidik dan kemudian pergi.

        Menahan luka dan mencoba tertawa itu tidak semudah membalik telapak tangan. Rey menyadari semenjak Anjelin pergi, ia semakin tidak tahu arah.

        Dia hanya memandang Melody sebagai lampiasan sesaat, jauh di dalam hatinya masih ada nama Anjelin yang terkurung.

        “Aku harus bagaimana ya ini, mau ke arah mana. Besok pengumuman diterima kuliah, jangan sampai gak lolos bisa memalukan nama orang tua ini.” Keluh Rey di dalam keheningan.

         Hampir dua jam Rey menikmati kedamaian di atas jembatan, kini memutuskan untuk pulang.

       Menghidupkan motor sportnya juga tidak mudah, dua kali genjotan ada wanita muda memakai baju seksi lewat sembari mengedipkan mata sebelah kanan.

“Awas jangan menggoda nanti aku samperin baru baper” peringatan Rey pada wanita itu.

“Kalau berani bisa mampir ke warkop pinggir jalan simpang 5” wanita itu masih terus merayu.

“Nanti jika udah putus tujuan” candaan Rey untuk menjawab godaan wanita itu.

       Wanita sedikit kesal dan meneruskan jalan kaki dengan menenteng tas ransel dipunggungnya. Dari belakang sangat mirip dengan tubuh Anjelin. Rey yang menyadari itu segera manampar muka sendiri.

Stop Rey! Stop ayo move on move on

        Menjadi orang yang bebas kini adalah dunia ternyaman untuk Rey melarikan diri dari dirinya di masa lalu. Ya benar sekali, kini dia mulai mempelajari hal-hal baru yang dulu belum pernah dirasakannya.

        Menikmati senja yang kian datang, ia melaju sambil melihat-lihat lingkungan sekitar. Tiba-tiba dia menghentikan motornya untuk membantu kakek tua mengumpulkan kardus bekas ke dalam karung.

          Terimakasih anak muda, kebaikanmu membawa berkah di masa depan. Do’a kakek tua itu pada Rey.

        Rey membalasnya dengan tersenyum, ketika hendak pergi kakek itu terduduk sembari memegang perutnya.

“Kakek kenapa? Sakit ya kek perutnya?” tanya Rey.

“Iya nak, dari kemarin belum makan. Istri sakit jadi belum bisa memasak.” Jawab kakek dengan nada lemas.

“Ya ampun kek, keringat kakek bercucuran, tunggu sebentar ya kek.”

        Rey cepat-cepat menghidupkan motor dan langsung pergi ke sebuah warung. Disana dia memesan nasi 20 ribu, sayur 15 ribu, dan gorengan campur 10 ribu. Total 45 ribu rupiah.

       Rey memberikan uang lima puluhan, karena pemilik warung tidak memiliki kembalian, “Sudah bu yang lima ribu, ibu ambil saja.”

       Rey bergegas kembali ke tempat kakek tadi, tapi si kakek sudah tidak ada. Dia cemas dan merasa bersalah meninggalkannya terlalu lama.

        Kebetulan ada seorang bapak lewat, Rey bertanya apakah bapak tersebut kenal dengan kakek yang biasa mengangkut kardus bekas di tempat itu.

           Untung saja dia tahu, dan memberitahu arah untuk kerumahnya. Perlahan Rey mengikuti petunjuk bapak tadi. Dia menggunakan feelling dalam penelusuran.

       Sampailah di rumah panggung yang sudah reyot. Kakek terlihat baru sampai di rumah, dengan susah payah dia menaiki setiap tangga untuk masuk rumah.

        Rey bergegas berlari membantu kakek berjalan. Setelah duduk bersama di dalam rumah, kakek menyambut dengan bahagia. Dia memperkenalkan istrinya.

“Nenek tidur saja, istirahat agar segera pulih.” Rey melarang nenek yang mencoba bangun untuk membuatkan minum.

        Rey kemudian berdiri meletakkan makanan yang tadi dibeli disamping nenek. Kakek melihat itu menangis, begitupun nenek. Mereka sangat terharu.

       Karena nenek yang masih ngotot untuk membuatkan minum, akhirnya Rey pergi ke dapur dan membuat minum sendiri. Rey tidak sengaja membuka tudung makanan yang di dalamnya hanya ada sambal.

      Betapa bersyukurnya kehidupan dia saat ini. Rey yang bingung dimana termos panasnya ia menjadi lama di dapur.

       Kakek menyusul dengan terkekeh-kekeh ia membeitahu bahwa untuk membuat minum panas, harus merebus menggunakan tungku dulu.

       Kakek menunjukkan cara merebusnya, “kamu orang kaya pasti sulit melihat ini kan?.” Rey hanya mengangguk dengan terharu.

       Rey kembali duduk di ruang tengah. Menikmati teh hangat buatan kakek, ia juga melihat aktivitas warga di sekitar, tidak terlewatkan dia juga menyaksikan begitu romantis kakek menyuapi nenek.

      Rey yang sudah berlama-lama di rumah kakek, pamit pulang. Rey pulang dengan memeluk kakek.

      Baru 300 meter Rey berjalan gawainya berdering. Dia segera menepi dari jalan. Remang-remang terlihat Melody memanggil.

“Hallo”

“Hi sayang, seharian kok belum pulang kemana saja?” tanya wanita itu dalam panggilan.

“Najis, sudahlah aku masih diperjalanan.” Tutup Rey dengan nada kesal.

        Rey kembali mengendara. Dia sangat kesal ketika di hubungi oleh Melody. Sebenarnya setelah kepergian Anjelin apa yang terjadi diantara mereka.

       Rey yang menahan amarah sehabis menerima telepon Melody, hampir menabrak mobil yang hendak menyebrang. Shit untung saja rem motorku masih cakram.

       Capek sekali hari itu untuk Rey. Dia langsung mandi dan tidur karena mama dan papanya juga lagi perjalanan bisnis ke luar negeri.

      Berbaring di tempat tidur, ia melihat ke arah jendala kamar. Break down itu kini menjadi kenyataan dalam hidupnya. Padahal itu adalah sebuah kata yang mendekatkan dengan Anjelin.

      Ternyata maknanya sesakit itu, daripada menyesali sesuatu yang sudah terjadi. Rey dengan cepat terlelap dalam tidurnya.

       Kring! Bunyi alarm Rey ditengah malam tepat pukul 00.00 adalah waktu pengumuman penerimaan perguruan tinggi impian orang tua Rey.

       Satu dua tiga! Rey membuka website resminya dan tada akhirnya Rey diterima di jurusan Manajemen Bisnis di PT Negeri Jakarta.

       Mendapat kabar bahagia, Rey segera mengonfirmasi orang tuanya. Sontak mereka semua kaget, karena orang tuanya tidak menyangka Rey mau berkecamung masuk perkuliahan bisnis. Padahal dulu dia ingin masuk ke dunia entertainment.

“Alhamudillah ya sayang, buah hadiah masuk kuliah mau apa? Biar lebih semangat.” Tanya mama dengan nada bahagia.

“Enggak ada keinginan ma, cukup masakin aku masakan Bali nanti ya.”

“Iya kalau mama sudah pulang, satu tahun penuh deh.”

“Haha iya ma iya.”

      Setelah mereka mengakhiri percakapan daring. Rey berdiri untuk bercermin. Kini dia semakin bisa menerima dirinya apa adanya.

      Dia enggan untuk mengembalikkan penampilannya seperti dulu lagi. Tapi Tuhan masih sayang padanya, buktinya mengikuti tes masuk kuliah peringkat nilainya tertinggi dan dengan tidak minat pun ikut seleksi beasiswa dia juga lolos.

Bravo!

Tiga hari lagi ada validasi ke kampus. Rey memberi tanda di kalender Hp agar tidak lupa. Notif di grup w******p berdering tiada henti.

      Rey melihat dia diajak mabar oleh teman-temannya. Tapi karena Rey harus menjaga daya tubuh, sebab beberapa hari ini dia sudah kelelahan berkeliaran di luar, Rey menolak diajak mabar.

      Teman-teman Rey sangat humble, dia malah ikut membatalkan dan beralih merayakan kelolosan Rey masuk perguruan tinggi.

_Friend's nanti malam langsung ke rumah Rey bawa jajan banyak, ngerayain anggota ter bar bar kita_

        Salah satu pesan dalam grup WA. Rey yang bodo amat tidak memberi tanggapan, melainkan menonaktifkan Hp dan beranjak tidur lagi.

        Bibi pagi-pagi sudah bangun, membersihkan rumah semua ruangan rumah berbau wangi. Tidak lupa bibi memanggil Mamang Osman sebagai tukang kebun, untuk membantu membawa bunga pot baru ke dalam rumah.

      Megah dan rindang menjadi karakter rumah Rey. Beberapa kalimat lagu bibi nyanyikan dengan lantang. Sembari menari dengan celmek masih terpakai.

“Yaelah Jah, lu itu pembantu bukan biduan.”

“Lu kenapa dah nilai aku terus.”

“Ya elu, badan kaya singkong rebus masih aja PD joget, gak malu ketahuan sama den Muda? Tanya Mang Osman.”

“Sebentar lagi diet kok bang.”

       Rey yang sudah terbangun karena mendengar bibi nyanyi, dia hanya bisa tertawa melihat pertengkaran bibi dan mang Osman.

       Bibi langsung diam kaku mengetahui Rey menyaksikan dari lantai dua, untuk membuat dirinya semakin tidak malu. Bibi memberitahukan bahwa sarapan pagi sudah siap, dan setelah itu berlari ke belakang rumah untuk menjemur pakaian.

      Rey hanya bisa menggelengkan kepala sembari berkata “Bi aku mau kasih sponsor nih untuk naik tingkat jadi penyanyi.”

     Belum mandi belum gosok gigi, Rey yang sudah lapar langsung aja ambil makanan. Rey menikmati sarapan favoritnya pagi itu.

            Masih belum habis, dari belakang ada sosok wanita yang memeluknya. Rey kaget hampir tersedak, diambilkan minuman oleh wanita itu.

“Ini minum, makannya pelan-pelan saja”

“Kamu ngapain disini Mel, sepagi ini lagi”

“Tadi habis mengambil mobil, terus aku nyamperin kamu deh”

“Kurang kerjaan sekali ke rumah aku”

“Kan sudah kangen banget sama kamu”

“Berhenti ya Mel, gara-gara kamu aku jadi kehilangan orang tercinta”

“Loh Rey, aku juga kehilangan sesuatu yang berharga dalam diriku”

“…….”

       Rey mendengar kalimat terakhir dari Melody hanya bisa diam, dia mengalihkan pembicaraan menanyakan mengenai Yoga. Tetapi Melody tidak bisa menjawab.

       Peristiwa antara Rey dengan Yoga menjadi misteri bagi Rey. Namun, karena Melody yang setiap saat mendekati Rey. Dengan berat hati dia membeiarkannya tetap melakukan itu.

       Melody yang sudah tahu password handphone Rey, dia mengambilnya di meja untuk melihat-lihat isinya.

“Rey kamu ganti-ganti cewek lagi dulu Carolin, terus Masya, Ega, sekarang Lina”

“Terus apa urusannya dengan kamu”

“Aku saja enggak diterima sepenuhnya jadi milikmu, tapi mereka dengan leluasa bisa menikmati cintamu”

“Emang kamu tahu aku cinta mereka?”

“Enggak, tapi ini kan”

“Udah lah, mending kamu tunggu aku diluar aku mau mandi habis itu anterin aku ke toko beli jajan”

“Iya”

     Rey masuk mobil Melody. Melody yang sudah siap langsung tancap gas mengantarkan Rey untuk membeli jajanan. Mereka saling adu mulut hanya masalah kecepatan. Rey minta agar pelan-pelan tapi Melody tidak sabar jika mengemudi pelan.

      Berantem sudah menjadi makanan sehari-hari untuk mereka. Rey yang bete akibat cekcok dengan Melody. Memutuskan keluar mobil dan masuk langsung ke toko untuk membeli jajan.

     Melody hanya bisa menghembuskan nafas berat dan menunggunya di mobil. Di dalam toko Rey memborong semua jajanan ringan, dan sekaligus dua roti rasa blueberry.

      Rey dengan cepat membayar dan kembali ke mobil. Rey yang mendengar suara perut Melody, dia memberikan dua roti tadi untuknya.

        Awalnya dia menolak, menyangkal kalau sudah sarapan. Tapi karena perut yang terus berbunyi, dia terpaksa menerima roti pemberian Rey.

“Mel Mel kamu masih saja gengsi sama aku”

       Melody hanya membalas dengan tatapan tajam. Ada sisi dalam hati Rey nyaman berada di dekat Melody, namun dia tidak berani menerima itu secara dia tidak tahu hubungan Melody dengan Yoga bagaimana.

      Tetapi Rey tahu Melody kini mulai mengetahui karakter dirinya, meskipun Rey marah-marah mengusirnya pergi tapi Melody masih saja menempel.

       Kegigihan itu membuat Rey sedikir memaklumi, meskipun dia tahu Melody bukan wanita baik-baik. Namun dia tahu dirinya kini tidak bisa mengklaim dirinya suci.

      Melody yang sudah memakn roti, Rey keluar mobil lagi untuk membeli air botol. Air botol itu diberikan pada Melody.

        Melody seperti biasa langsung baper dan berkata manja dengan Rey “Em makasih sayang, andai aku kamu terima jadi pacar kamu nanti.”

       HP Rey yang sudah berbunyi notifikasi grup, dia segera menyuruh Melody untuk segera mengantarnya pulang. Melody menuruti karena memang dia ada jadwal training juga di perusahaan pamannya.

“Rey mulai nanti siang aku uji coba dikantor, jadi tidak bisa ke rumahmu kalau ada apa-apa atau kesepian janjian dulu sama aku ya”

“Hidih anak Kantor sekarang, jangan sok penting ya Mel please”

“Pasti kamu butuh aku kok”

“Ya ya males berdebat aku.”

     Melody membantu Rey menurunkan jajan dari bagasi mobilnya. Melody memanggil bibi Rey, karena dia mau pamit. Memang benar perlakukan Melody dengan Anjelin berbeda.

          Anjelin anak yang sopan sedangkan Melody anak yang kurang sopan tapi pandai memanfaatkan situasi selalu bisa membuat orang disebelahnya senang dengannya.

         Pro dan kontra juga terjadi dalam kehidupan Rey. Orang tua Rey tidak mendukung dengan Melody, tetapi bibi dan mang Osman kesayangannya itu mendukung Rey dengan Melody.

       Rey sendiri 90% sudah mati rasa, jadi tidak ada yang disukai dari mereka berdua lagi. Rey masuk kamar dengan perasaan jengkel.

     Selalu berada di samping Melody membuat hasratnya naik, tapi kenapa hatinya mati.

     Rey memang heran, dia berganti-ganti pacar juga agar hidupnya tidak sepi aja, tidak diejek kawannya jika masih jomlo akibat Anjelin.

     Harinya semakin sepi nanti jika Melody sudah tidak ada waktu luang untuk menggangu Rey.

          Rey memang menyalahkan Melody, karena dia datang waktu itu Anjelin yang malah pergi. Meskipun membenci sejatinya dia juga selalu merepotkan Melody dalam urusan hidupnya selama ini.

        Satu minggu penuh Rey mengurus validasi ke Jakarta Pusat, dia juga harus mencari kos elit disebelah kampus. Rey sibuk, Melody juga sama-sama sibuk.

        Akhirnya Rey menemukan kos elit dekat kampus, arah selatannya. Disana kos rasa hotel, siapapun bebas akses jika terdapat kepentingan dengan penghuni.

         Sebenarnya Rey tidak kebetulan menemukan Kos itu, melainkan pemiliknya adalah teman mamanya. Makanya dia direkomendasikan untuk kesana.

            Masuk kuliah berarti menjadi lembaran baru bagi Rey untuk hidup lebih mandiri, mulai dari mempersiapkan makanan sendiri, pakaian, bersih-bersih kamar, perlengkapan kuliah, sampai mengelola uang sendiri.

       Hal itu semua diminta secara khusus oleh papa. Rey juga diperbolehkan pulang kerumah hanya empat bulan sekali artinya setiap akhir semester.

      Tidak mudah bagi Rey tentunya, tapi semua permintaan itu akan bermanfaat bagi masa depan. Makanya dia menerima tantangan orang tuanya.

      Tut tut dering Hp Rey, ternyata ada pesan Melody. Dia menanyakan alamat kos lengkap, untuk keperluan weekend bisa bermain kesana.

        Rey dengan cepat memberitahukan saja, dia juga berpesan untuk Sabtu minggu depan ke sini sambil beliin mie instan satu kardus buat stok makan.

            Paginya Rey memboking kos, besoknya Rey sudah mulai menempati kamarnya. Dia mulai berkenalan dengan kamar sebelahnya yang merupakan mahasiswa semester tua.

          Dari banyaknya kamar yang dikunjungi Rey, hanya ada satu kamar yang tidak mau membuka yaitu kamar nomor 42. Suara lirih Rey mendengarkan bahwa orang di dalam sedang menonton film dewasa.

         Rey yang maklum akhirnya membatalkan untuk mengetuk pintu lagi. Rey bosan berlama-lama di kamar.

         Meskipun di Jakpus dia sangat jarang, tapi mengenai dunia malam bagi Rey sudah biasa dia kenal. Rey mulai menghubungi temannya clubnya yang bertempat di sana.

“Hallo Bro, kamu sibuk tidak?”

“Hi bro Rey, free aja aku ada apa?”

“Aku udah mulai ngekos di selatan kampus itu, yuk temenin aku ke Warkop Remang”

“Yaelah bro baru aja sampai Kos, udah tidak bisa diam aja di kamar. Pesan room berapa?”

“Apa saja yang penting penghiburnya kalem aja bro”

“Sikat, aku jemput kamu siap-siap aja”

         Dia adalah Faro salah satu teman tersolmet dalam club motor. Dia juga yang paling mengerti Rey.

          Rey mulai siap-siap hanya menggunakan celana jeans warna hitam dengan sabuk kulit warna coklat, atasn T-Shirt abu-abu berkerah dan ditambah hem hitam lengah dilipat ¾ dengan kancing terbuka sebagai jaket.

         Rey sudah jarang pakai pomet, ia hanya keramas biasa dan sekarang rambutnya makin panjang dan bergelombang karena sudah tidak mau dilurusin.

       Fero sudah sampai depan kos Rey. “Wah emang anak orang kaya, KOS aja pilih yang model begini pasti perbulan dua jutaan lebih ini Bro.”

           HAHA Rey hanya bisa tertawa. Mereka bersama berangkat ke warkop remang. Pas dipertigaan Kota, sepeda motor Fero menerobos sela-sela mobil dan truk, agar saat lampu lalu lintas berwarna hijau bisa langsung cus tidak macet.

       Pas motor Fero berada di paling depan bersebelahan dengan mobil warna merah. Rey sepertinya tidak asing dengan mobil tersebut.

       Dia juga melihat ke dalam kaca, sepertinya di kaca depan mobil ada stiker kupu-kupu mirip lukisan dia untuk Anjelin.

        Belum meyakinkan itu mobil Anjelin atau bukan, Fero sudah jalan. Rey hanya bisa merasakan perasaan “Heh yasudah lah semua sudah berlalu.”

       Sampai di warkop remang, Rey langsung masuk room yang sudah dipesan Fero. Dia masuk ke room dan di dalamnya sudah terdapat dua wanita muda yang cantik-cantik tapi sesuai pesenanan tidak agresif.

         Mereka mulai menyuguhkan minuman, salah satu wanita itu memutar musik dan berjoget di depan Rey. Sedangkan wanita yang satunya membawa kentang goreng untuk di makan Rey.

         Makan kentang goreng mengingatkan Melody, dia paling suka sama kentang goreng. “Kenapa jadi aku mikirin cewek kaya dia?”

           Rey yang mulai kenyang akibat makan dan minum banyak, dia ikut menari bersama dua wanita itu. Wanita itu mulai menyentuh perut sispek Rey dari belakang, dan satunya lagi mengajak kedua tangan Rey untuk bergerak ria.

      Rey yang sedang asik menikmati sentuhan wanita itu, dia sampai tidak tahu jika mamanya telepon juga Melody ikut menelepon.

        Rey mulai mabok, dia berdiri sudah semakin tidak seimbang. Wanita itu segera menggiring Rey untuk duduk kembali.

       Disana Rey duduk di pangkuan wanita A, sedangkan wanita B memijat kaki Rey. Ia semakin nyaman dalam tidurnya.

         Musik berhenti, lampu satu persatu dimatikan. Warkop mau ditutup, Rey tetap tidak mau diajak keluar oleh wanita itu, malah dia mencium I paha wanita A.

        Fero yang sudah lama menunggu Rey, memutuskan menyusul saja di room dia takutnya Rey mabok parah dan tidak bisa keluar.

      Dugaan Fero benar, Rey mabok dan sampai tidak sadarkan diri. Fero menyaksikan itu memaksa Rey untuk berjalan sambil dituntun.

        Fero dengan susah payah mendudukkan Rey di jok belakang motor. Ia meminta penjaga warkop memberikan tali untuk mengikat kedua tanga Rey di perut Fero.

         Akhirnya Fero berhasil membawa pria itu pulang. Fero takut nanti jika menekam bel pagar KOS, pasti orang-orang akan keluar dan mengusir Rey kalau tahu dia pulang dalam keadaan mabok.

         Fero mencoba membuka dompet Rey, dan ternyata dia menemukan kunci untuk membuka gerbang dan kamar. Akhirnya dengan perasaan takut membawa Rey masuk.

      Rey sempat menggerutu “Fero fero ku sayang.” Belum sempat berbicara lebih keras, Fero sudah lebih dulu membumkam mulut Rey.

      Fero dengan hati-hati menidurkan Rey ke kasur. Sepertinya penghuni kamar sebelah baru pulang jam segini terdengar dari suaranya sembari berbicara dengan telepon “Iya aku baru sampai kos ini, tadi habis nugas di luar biar tidak suntuk ngerjain skripsi.”

      Fero menunggu mas itu masuk, setelah masuk kamar baru dia keluar dengan hati-hati untuk pulang.

     Rey sedikit sadar dengan susah payah dan tidak bisa menjaga keseimbangan tubuh mencoba melepas celana dan baju yang dia pakai.

        Bruk! Dia terjungkal ke lantai, karena sudah lemas dia tertidur dilantai sampai esok hari.

      Bangun-bangun Rey meraum kesakitan di kaki sama kepala. Dia heran mengapa tidur dilantai, dan bagaimana bisa pulang di kamarnya sendiri “masa Fero bisa membawaku menggunakan sepeda motor.”

     Rey mengusap kepalanya agar tidak terlalu sakit, dia juga heran pergelangan kedua tangannya merah. Rey mencoba mengingat tapi tidak bisa.

     Dua hari lagi masih free belum masuk kuliah, karena kuliahnya untuk semester pertama hanya hari Selasa, Rabu, dan Kamis namun total SKS 24.

      Masih ada waktu untuk Rey rebahan di kamar. Rey lebih memilih mengisi waktu selama dua hari untuk bermain game. Dia hanya mempersiapkan satu buku untuk mencatat dan satu bolpoint.

       Rey juga sering mengisi waktu luangnya untuk ngobrol dengan anak-anak club lewat zoom meeting. Ketika malas keluar membeli makan, Rey juga bisa memesan makanan online. Dua hari jika diisi dengan bersenang-senang maka akan terasa singkat.

        Besok sudah waktunya Rey masuk kuliah. Pagi sekali dia harus bangun untuk mandi, agar tidak mengantri. Setelah selesai dia sarapan roti untuk mengganjal perut.

        Dirasa penampilan sudah oke, dia berangkat ke kuliah dengan jalan kaki. Memang semenjak hidup mandiri akses kendaraan dari rumah juga dicabut. Maka dari itu dia memilih kos yang dekat dengan kampus.

        Rey berjalan dengan menenteng tas ransel warna hitam. Dia berjalan sembari bermain Hp untuk melihat peta kampus agar tidak salah ruangan.

Lantai dua… Bruk!

       Baru saja Rey menyebut lantai dua, dia tidak sadar bertabrakan dengan seseorang. Rey membantu orang itu mengambil Hp yang terjatuh.

Ketika Rey mendongak untuk memberikan Hp. LOH KAMU?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status