Share

Episode 4

Dari layar leptopnya, Bella menatap apa yang sedang Felix dan Lisa lakukan di ruangan lain. semua terlihat jelas, di depannya Felix memang bersikap canggung kepada Lisa. Namun, siapa sangka. bukannya memilih pakaian, Felix dan Lisa terlihat sedang memanfaatkan waktu dengan berciuman.

 

"Bodoh! apa mereka tidak sadar, jika butik ini di penuhi CCTV." umpat Bella kesal.

 

"Kenapa?" Lucas mengalihkan pandangannya ke arah Bella.

 

Bella lantas memutar leptopnya, memperlihatkan tayangan liar yang sedang di lakukan oleh Felix dan Lisa sekarang.

 

"Cihhh..." Lucas berdecih, memalingkan wajah setelah melihatnya. "mereka benar-benar erotis," imbuh Lucas menyeringai.

 

Lain dengan Lucas, Bella justru terlihat tak kuasa untuk menahan kembali tangisnya. Dada Bella terasa sesak seketika, ia bahkan terus berulang kali mencengkram dan memukul dadanya dengan harapan rasa sakit yang tak berdarah itu bisa hilang.

 

"Usst..." Lucas langsung meraih sapu tangan dari dalam saku jasnya, pria itu langsung mendekatkan diri pada Bella. duduk tepat di sebelahnya, "jangan menangis, jika mereka melihat keadaanmu sekarang maka kau hanya akan menghancurkan rencana ku!" protes Lucas berusaha menenangkan.

 

"Kasus mu denganku berbeda, kau tidak mencintainya. tapi aku? aku bahkan sudah bersama dengan Felix selama dua tahun lamanya, ini tidak mudah." erang Bella tak kuasa menahan tangisnya.

 

Bella kembali menunjukan kesedihannya, seperti semalam. melalui sebuah tangisan kehancuran yang selalu membuat Bella kehilangan akal.

 

Sungguh, Lucas tak ingin semua ini berakhir. tindakan Bella kali ini bisa saja membuat seluruh permainannya sia-sia.

 

"Hey, tangisanmu bisa merugikan, ku. cepat hentikan, sebentar lagi mereka datang." titah Lucas penuh kecemasan.

 

"Kau hanya memikirkan dirimu sendiri, kau tidak mengerti apa yang sedang aku rasakan." protes Bella sebal, menderaskan tangisan.

 

"Baik, aku mengerti. setidaknya jangan sekarang. kita bicarakan hal ini nanti malam."

 

Bella meredam tangisannya. nafasnya yang berat sukses menambah sensasi rasa yang sulit untuk gadis itu deskripsikan.

 

"Kita akan bertemu, bagaimana?"

 

Setelah merasa agak baikan, Bella langsung menganggukkan kepalanya perlahan sambil menyeka butiran air mata yang membasahi pipinya.

 

"Sayang,"

 

"Ahh..." Bella tersentak langsung mencengkram kemeja Lucas, memangkas jarak antara dirinya dengan pria tersebut. hingga langsung membuat Lucas terkejut, "Iya disitu, coba lihat yang benar. itu terasa mengganjal,"

 

"Bella, kenapa kau sangat dekat dengannya?" tanya Felix mengerutkan dahi, menatap Lucas dan Bella yang kini sedang memandang dengan kondisi tubuh yang saling bersentuhan.

 

"Euu... ini," Bella sama sekali tak membiarkan Lucas untuk menjauh, ia justru semakin menarik Lucas. mengunci pergerakan pria itu agar Felix tersulut api cemburu.

 

"Bella, kau... kita... maksudku, apa..." Lucas terbata, saat kini wajahnya hanya terpaut beberapa senti saja dengannya.

 

"Ini, cepat lihat mataku sekarang. ini masih terasa mengganjal," ujar Bella asal-asalan dengan gaya bicara yang sedikit di tekan. Isyarat mata Bella mampu Lucas baca, saat gadis tersebut seolah memintanya untuk bekerja sama.

 

"Ahhh, iya kau benar. biar aku meniupnya sekarang," sahut Lucas mengiyakan, padahal ia sendiri tak tahu kenapa hal ini harus mereka lakukan. bukankah ide Bella ini sangatlah kekanak-kanakan.

 

Lisa dan Felix saling melempar pandangan seolah keheranan. keduanya saling mengerutkan dahi, kemudian mengalihkan tatapan kearah Lucas dan Bella dengan sorot tajam.

 

"Bella, cukup. biar aku saja," tegas Felix mendekat dan langsung menjauhkan Bella dari Lucas, termakan umpan.

 

"Apa kau cemburu?" Bella melontarkan pertanyaan untuk membuat Lisa geram, "Sayang, kontak lensaku kering. aku merasa ada debu yang mengganjal, itu sebabnya aku meminta Tuan Lucas untuk melihatnya." Imbuh Bella menjelaskan dengan ekspresi nakal.

 

"Biar aku saja yang melihatnya," Felix langsung mengarahkan tangannya, menatap dua bola mata yang memang terlihat sudah memerah.

 

"Tidak," Bella memalingkan wajah, "Aku sudah baik-baik saja. Tuan Lucas sudah mengeluarkan debunya."

 

Felix mendengus, mencengkram tangan Bella erat kemudian menjawab. "Aku tidak suka melihatmu berdekatan dengan pria lain, selain aku."

 

Bella berdecih, ia lantas menyandarkan kepalanya di bahu Felix sambil melirik kearah Lisa untuk memanas-manasinya. "Apa kau sangat mencintaiku?" tanya Bella dengan sengaja.

 

"Kau masih bertanya? apa kau meragukan cintaku?"

 

"Tidak, hanya saja. di luar sana banyak wanita jalang yang sering mengambil kesempatan untuk mendekatimu, saat aku terus menolak untuk kau tiduri." celetuk Bella memicingkan mata, menatap Lisa.

 

Mendengar hal itu, Lucas hanya memiringkan senyuman. baginya, Bella benar-benar menakjubkan. kelicikan Bella ternyata berhasil melampaui kemampuannya. saat Lucas hanya terus diam mengikuti alur permainan, Bella justru menciptakan sebuah api kecemburuan untuk membuat lawannya terbakar.

 

"Bella, apa yang kau katakan? aku tidak seperti itu aku hanya mencintaimu." ujar Felix dengan sorot tulus.

 

Apa peduli Bella? sekali kesalahan tetaplah kesalahan. semuanya sudah jelas, Felix telah mengkhianati dirinya. dan Bella tidak akan pernah bisa menoleransi sebuah kesalahan yang berbau perselingkuhan.

 

"Tuan Lucas sangat baik dan perhatian, apa pendapatmu jika aku berselingkuh dengannya?" celetuk Bella kembali melempar pertanyaan pada semua orang, hingga membuat Felix dan Lisa terkejut, tak terkecuali Lucas yang Bella gunakan sebagai umpan.

 

"Tidak mungkin," Lisa langsung menyanggahnya, "sebentar lagi kami akan menikah, dia tidak mungkin menduakan ku."

 

Felix memutar bola matanya jengah, karena merasa ucapan Bella semakin sulit untuk ia cerna.

 

"Aku tahu kau kesal padaku, kau juga tahu kalau aku ini tipekal pria yang pencemburu." Felix menghela nafas kasar, "Bella, lelucon mu itu sama sekali tidak lucu."  imbuh Felix menggerutu.

 

"Hey, sebenarnya kalian ini kenapa? Nona Bella hanya sedang bercanda. kenapa kau marah?" sela Lucas mencairkan suasana.

 

Seringai licik Bella tercipta, gadis itu langsung merengkuh tubuh jangkung Felix sambil bergelayut manja. "Kau menggemaskan ketika sedang marah, haruskah malam ini kita tidur bersama?"

 

Lisa terperangah, rahangnya mengeras dengan tangan yang mengepal spontan. setelah mendengar tawaran Bella yang nakal.

 

"A... apa kita harus membahasnya sekarang?" sejenak Felix melirik kikuk kearah Lucas dan Lisa.

 

"Kenapa?" Bella mengerutkan dahinya, "mereka berdua sudah dewasa. bohong jika mereka tidak pernah melakukannya."

 

Felix menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "kenyataannya kita berdua juga belum pernah melakukannya." ucap Felix merendahkan nada bicaranya, Namun. Lisa dan Lucas masih mampu untuk mendengarnya.

 

"Apa itu sebabnya kau memilih untuk meniduri wanita jalang, di belakangku?" tanya Bella polos, dengan ekspresi datar yang sukses membuat Lisa semakin geram.

 

"A... apa yang kau katakan, cepat suruh stafmu membungkus pakaian yang sudah Lisa pilih."

 

"Astaga," Bella melebarkan bola matanya memandang Lisa yang sedang memegangi gaun pilihannya.

 

"Kenapa?" tanya Lisa menekan rasa kesal.

 

"Kau menyukai gaun itu?"

 

"Iya, kenapa?"

 

"Gaun itu adalah hasil karya terburukku. kenapa seleramu sangat rendah?"

 

Ucapan Bella yang tajam berhasil memicu kemarahan Lisa, wanita itu bahkan langsung melempar gaun yang sedang ia genggam penuh kekesalan. Lalu pergi begitu saja tanpa bicara.

 

"Hey, aku serius. jika kau tidak percaya tanyakan saja pada Rendi sekertaris ku." pekik Bella pada Lisa.

 

Lucas hanya mampu menyaksikan kegilaan yang baru saja Bella lalukan. saat Lisa pergi, ia langsung mengejar wanita itu. bertingkah seperti calon suami yang baik, meskipun ia sudah tahu tentang scandal yang dilakukan oleh Lisa dan juga Felix, kekasih Bella.

 

BERSAMBUNG...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status