Share

Love You Aleea
Love You Aleea
Author: Olivia Yoyet

Eeeaaaaa

"Hai!" Aku melambaikan tangan menyapa seorang gadis cantik di samping kanan. Namun dia hanya diam dan tidak bereaksi sama sekali. Akan tetapi, bukan Kenzo namanya kalau menyerah di percobaan pertama. 

"Hai, aku Kenzo. Boleh kenalan?" Sekali lagi aku menyapa, tetapi lagi-lagi gadis itu tetap diam. Matanya tetap terarah ke depan dan seolah-olah mengabaikanku yang mulai kesal. 

"Kamu sariawan?" tanyaku di perjuangan terakhir dan akhirnya berhasil. Dia menoleh sambil memelototiku dengan iris mata berkilat. Aku membalas dengan seulas senyuman memikat. 

"Hei! Itu yang ngobrol berdua di barisan tengah. Maju ke sini!" teriak Kakak senior menggunakan mic. Suaranya yang berat terdengar menggelegar bagai petir yang menyambar di siang hari yang mendung.

"Lu sih, berisik!" desis sang gadis berambut panjang sambil melangkah maju ke depan barisan. Aku mengekor di belakangnya sembari melambaikan tangan bak pangeran Inggris kepada peserta MOS lainnya. 

Semua mata melihat ke arah kami. Ada yang bengong, ada yang senyum-senyum. Ada yang sampai ketawa sambil memegang perut. Itu tak lain pasti ketiga sahabatku dari masa SMP dulu. Sandy tonggeret, Ijan kutilang dan Willy kuda nil. 

"Kak, aku gak ikutan ngobrol. Dia nih yang ganggu!" geram sang gadis dengan suara yang dilembut-lembutkan. Aku nyaris tertawa mendengarnya. 

"Kakak gak mau tau. Yang kakak lihat kalian itu lagi ngobrol. Titik!" jawab sang kakak senior dengan wajah sinis. 

Gadis bermata sipit sudah mau membantah, mulutnya membuka dan menutup bak ikan megap-megap mencari oksigen. Kembali dia mendelik ke arahku yang membalas dengan menaikkan alis dramatis. 

"Kalian dihukum!" tegas Kakak senior laki-laki yang memiliki kumis tipis lima helai. 

"Kami dihukum apa, Kak?" tanyaku pura-pura polos. 

"Kamu bisa nyanyi atau nari atau pantomim gitu?" 

Aku berpikir sejenak. Berlagak pintar. "Aku nge-rap aja kak. Tapi lagu luar negeri boleh?" 

"Boleh. Lagu luar dunia juga boleh." 

"Oke Kak. Siap!" jawabku semangat. 

"Nah, kalo kamu mau ngapain?" tanya Kakak senior kepada sang gadis. 

"Aku ... nari aja deh, Kak," sahutnya pelan. 

"Oke, kembali dulu ke barisan, sepuluh menit lagi waktu kalian tampil." 

Tanpa banyak bicara, aku dan sang gadis berbalik menuju  barisan semula. Para peserta lain hanya bisa melirik sekilas, mungkin takut dihukum bila berani mengobrol. Seperti kami, aku dan gadis berkulit putih yang cantik. 

"Makanya kalau diajak kenalan itu buruan jawab. Jadi gak bakal dihukum," ucapku santai, sesaat setelah kami sampai di kelompok. 

Sang gadis mendelik dengan tatapan membunuh. Dia membentuk gaya menggorok leher dengan tangan. 

Ihhh. Seremmm!

***

Sepuluh menit kemudian kami dipanggil lagi ke depan. Dengan langkah santai aku beranjak maju. Sang gadis mengikuti sambil menunduk. 

"Sudah siap?" tanya Kakak senior yang bertubuh tinggi besar dan bercambang lebat, sekilas mirip Mike Tyson. 

Aku mengangguk mengiakan, sementara sang gadis masih tetap mematung di tempat, mungkin lagi mikir. 

"Oke, silakan dimulai!" titah Kakak senior. 

"Pinjam mic-nya, Kak!" 

Kakak senior menyerahkan mic. Aku langsung membalikkan tubuh menghadap teman-teman yang sedang duduk bergerombol sesuai kelompok. 

"Check check check. One two three.

One two three. Yooo! Kenzo is in the house 

Come on let's raise your hand people! Yoo, yoo!" 

Lagu daerah Kalimantan Barat berjudul Cik Cik Periuk mengalun merdu dari bibirku. Tanpa rasa malu sedikit pun aku bergaya bak penyanyi kenamaan sambil berpindah dari sisi kanan ke kiri secara bergantian. 

Suara penonton bergemuruh. Gelak tawa menular di setiap sudut lapangan bola ini. Tepuk tangan sekaligus suitan sambung- menyambung terdengar riuh rendah. Aku menggaruk-garuk kepala sambil cengengesan. Merasa senang pertunjukan tadi berjalan dengan sukses. 

Kakak senior menghampiri dan menepuk pundak sambil tertawa. "Keren juga gaya lu. Lagu dari mana itu? Bahasa Melayu, ya?" cerocosnya di sela-sela tawa. Mungkin senang mendapatkan hiburan gratis. 

"Itu lagu daerah Sambas, sebuah kabupaten di Kalimantan Barat, Kak," jawabku lugas. 

"Kok lu bisa hafal?" 

"Mamaku asli dari Pontianak, Kak. Ada turunan dari Sambas juga. Lagu ini adalah lagu wajib mama kalo lagi nyapu ngepel di rumah. Jadinya aku hapal deh." Senyuman di wajahku makin melebar. 

"Pantes, tapi beneran keren lho. Ntar ikutan ekskul paduan suara aja bareng gue. Kita bikin gaya yang berbeda. Ada unsur rap-nya. Gimana?" 

"Entar kupikirin deh, Kak. Beresin MOS dulu." 

"Oke. Kalau berminat lu hubungin gue,  ya!" 

"Siap, Kak!" 

Kakak senior melepaskan rangkulan, kemudian menoleh ke sang gadis yang wajahnya tampak pucat. "Sekarang giliranmu. Mau nari apa?" tanya Kakak senior bercambang.

"Jaipong, Kak!" 

"Wow! Ehh tapi kalo gak pake lagu gak apa-apa nih?" 

"Biar Kenzo aja yang nyanyi, Kak. Bisa kan?" 

Sang gadis menantangku rupanya. Dia menatap dengan senyum yang kuyakin itu sinis. Matanya yang memang sipit pun tampak makin segaris.

Hayoklah. Kenzo enggak bakal mundur kalau ditantang! Siapa takut!

Aku mulai bersenandung lagu bubuy bulan, tentu saja dengan gaya rap yang fantastis. Sang gadis mulai menari dengan gerakan jaipong yang lincah. Sekali-sekali dia melompat ke kanan dan ke kiri. Beberapa gerakan silat pun dia tampilkan dengan luwes. Setelah gerakannya berhenti, semua orang bertepuk tangan dengan riang. Demikian juga denganku. 

Dia menoleh ke arahku sembari  mengacungkan jempol. Bibir mungilnya membentuk kata. "Makasih."

Kubalas dengan anggukan dan menggerakkan bibir melengkungkan senyuman yang kuharap menjadikan penampilanku kian menawan.

Seusai menjalani hukuman, kami berjalan bersisian menuju kelompok di bagian kanan halaman universitas yang luas ini. 

"Capek?" tanyaku basa-basi.

"Lumayan," jawabnya seraya menyeka keringat dengan sapu tangan handuk. 

"Tarian kamu bagus. Apa namanya?" 

"Jaipong acakadut." 

"Hah?" 

"Jaipong acak-acakan," terangnya seraya tertawa. Tawa yang renyah, seperti kerupuk udang yang baru digoreng. Krenyes ... krenyes. 

"Jadi, nama kamu siapa?" 

"Aleea." 

"Panggilannya eeaa gitu?" 

Tiba-tiba dia bergerak cepat mencubit lenganku. Tak peduli aku meringis kesakitan. 

"Panggil Aleea. Jangan disingkat!" hardiknya. 

"Iya, deh, Aleea imut." 

Kami saling melirik, sejurus kemudian serentak tertawa. Tawa yang mengalirkan rasa hangat sampai ke dada yang perlahan berubah menjadi desiran halus. 

Eeeaaaaa!

***

MOS telah berakhir. Aku disibukkan dengan perkuliahan sembari memulai pedekate dengan Aleea. Entah kenapa, semenjak perkenalan pada hari itu membuatku sulit untuk melupakannya. 

Matahari di siang hari ini terasa sangat terik. Beberapa kali kuusap peluh di dahi yang lapang. Sekilas mirip lapangan volley yang licin tanpa rumput yang bergoyang. 

Sambil memainkan ponsel, pandanganku sekali-sekali melirik ke arah pintu depan kampus Aleea. Tempat masuk dan keluarnya para mahasiswa dan mahasiswi. 

Detik demi detik berubah menjadi menit. Akhirnya sang pujaan hati terlihat keluar dari pintu tersebut. Diiringi dua orang dayang-dayang, sang putri keraton itu berjalan sambil cekikikan.

"Hai," sapaku dengan suara yang dibuat semerdu mungkin. 

Dari jarak sepuluh meter dia berhenti dan memandangku dengan sorot mata bingung. "Ken ... Arok?" tanyanya lugu. 

Ihhh. Apaan sih? "Bukan, tapi Ken ... tungan!" sahutku asal. 

Dia berjalan mendekat seraya tersenyum. Di belakangnya dayang-dayang masih setia mengekor. "Ngapain ke sini?" tanya sang putri Aleea. 

"Jemput kamu!" 

"Gak usah. Aku bawa mobil kok!" 

Jleb!

Haloh! Emergency! 

Please help! 

Hatiku tertusuk belati tajam. Susah payah pendekatan, tetapi ternyata dia lebih kaya dariku. Tatapanku mengikuti langkahnya menuju tempat parkiran mobil. Kemudian aku bergegas mengenakan helm, menaiki motor, mengangkat standar dan menyalakan mesin motor matic kesayangan. 

Bertekad tidak mau mundur sebelum berperang, aku mengikuti laju mobil sedan merah milik Aleea. Melewati lembah, sungai, jurang dan danau. Kemudian berakhir di kolam penuh kenangan mantan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wanita Misterius
Kenzo kocak banget......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status