Share

2-Lukisan Seratus Juta

Acara pameran itu berlangsung dengan sangat lancar, banyak sekali para pelukis yang merasa senang, karena beberapa diantara karya mereka berhasil terjual dengan harga yang tinggi. Hal ini pun terjadi juga pada Meira.

Gadis cantik nan sederhana itu kini sedang tersenyum sambil memandangi lukisannya yang juga berhasil terjual.

"Wah! Kau harus meneraktirku makan Mei!" ucap Seva sambil menyenggol lengan Meira, Meira hanya menganggukan kepalanya. Ia bahkan tak menyangka jika lukisannya ini akan terjual dengan harga yang bisa kalian katakan sangat fantastis.

"Ekhmm!" Hale datang menghampiri Meira dan Seva. Tatapanya masih datar seperti saat pertama, Halemengamati Meira dari atas hingga ke bawah.

"Aku tak menyangka orang cacat sepertimu bisa membuat karya seindah ini!" ucap Hale dengan lugas, Meira yang membaca gerak bibir Hale hanya bisa tersenyum simpul.

"Terimakasih atas pujianya tuan... Ah iya, ini sudah saya bungkus lukisannya, jika tuan mau saya bisa menambahkan bingkai dan mengantarnya ke tempat tuan..." ucap Meira sopan. Sudah kukatakan. Meira itu sangat amat baik.

Hale menggeleng, 'aku akan membawa lukisan itu sekarang. Kau pikir aku ini tak bisa membingkainya?!' tanya Hale sinis. Entah mengapa Hale itu sangat amat pedas ucapanya.

"Ini uangmu, kau bisa menukarkan cek ini " Hale memberikan selembar cek dengan nominal yang tertera di sana, seratus juta rupiah. Sungguh itu adalah uang yang sangat banyak. Harga yang terlampau tinggi untuk lukisan karya seorang pelukis pemula.

"Ehm... Anu tuan, ini terlalu banyak, bisakah kau kurangi ini?" Meira menyodorkan balik cek itu pada Hale. Bahkan Seva saja dibuat dongkol. Meira itu bodoh atau bagaimana? Uang adalah hal yang berharga, mengapa Meira ingin mengurangi jumlah uang itu?! Begitulah pikir Seva.

Hale memandang tangan Meira yang menyodorkan cek berisi uang seratus juta itu. Jujur saja, uang seratus juta bukanlah jumlah yang banyak bagi Hale. Ingat ini, Hale seorang CEO muda yang kaya raya.

"Aku tidak mengambil atau mengurangi sesuatu yang sudah kuberikan. Jika kau tak mau, kau bisa membuang cek seratus juta itu ke tempat sampah." ucap Hale dengan lugasnya.

"Tapi tuan--"

"Aku ambil lukisan ini. Sekarang lukisan ini menjadi milikku " Hale membawa pergi lukisan itu, meninggalkan Meira yang dibuat sedikit kesal.

"Huh... Ini terlalu banyak... " gumam Meira menatap pada cek seratus juta di tangannya itu.

"Hei! Kau bisa menyumbangkannya padaku, aku ini suka uang Meira!" ucap Seva seraya tertawa.

Meira memandang Seva dan berkata, 'kak Seva kan juga sudah punya banyak uang, aku akan meneraktir kakak saja, tapi aku tak akan memberikan uang ini pada kakak...' ucap Meira yang sangat amat polos.

"Traktir aku daging panggang lima porsi kalau begitu!" ucap Seva dengan dongkol. Meira itu sangat polos sekali. Ia kira Seva akan benar-benar mengambil uang itu? Seva kan hanya bercanda saja.

"Baiklah kak, kau tenang saja... Aku juga suka daging panggang!" ucap Meira diakhir dengan senyuman manisnya.

***

Hale kini berada di apartemen miliknya yang sangat mewah dan modern. Ia membuka kertas yang menutupi lukisan yang baru saja ia beli. Iya, lukisan buatan Meira.

"Woah..." gumam Hale, ia dibuat terpana pada keindahan lukisan itu untuk yang kesekian kalinya.

Hale menyentuh lukisan itu dengan hati-hati. 'Gadis tuli itu menciptakan lukisan se sempurna ini?' tanya Hale pada dirinya sendiri.

Hale mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, di pameran itu saat sebuah lukisan dengan ukuran sedikit besar yang menarik perhatian semua orang disana.

Bahkan Hale harus menawar untuk harga yang tinggi, banyak para kolektor seni yang juga menginginkan lukisan milik Meira ini. Beruntunglah, Hale memenangkan lukisan itu dengan tawaran tertinggi, iya, seratus juta.

"Ini tak bisa dipercaya, aku tak menyangka seseorang yang cacat sepertinya adalah seorang pelukis sehebat ini." ucap Hale yang masih terhipnotis oleh lukisan di hadapannya.

Sebenarnya lukisan itu bukanlah lukisan yang rumit, lukisan itu hanyalah berisi gambar seekor burung merpati yang dibuat seolah terbang di atas laut dengan kristal, mutiara dan Kilauan yang menghiasi sayapnya. Lukisan karya Meira itu terlihat memiliki nyawa, terlihat sangat ajaib. Hale itu pecinta seni, ia tahu seberapa menariknya setiap goresan yang tertoreh dalam lukisan itu.

"Aku ingin memiliki lukisan darinya lagi..." gumam Hale dengan fokus utama pada lukisannya.

"Ah... Siapa nama si tuli itu? Ah, ya... Meira. Aku akan memintanya membiarkanku lukisan lagi..." ucap Hale dengan sorot mata mirip orang yang sedang terobsesi dengan sesuatu.

Hale memencet ponselnya dan segera menelepon seseorang.

"Halo!"

"Halo tuan Hale, ada apa? Ada yang bisa saya bantu?"

"Berikan info tentang pelukis tuli itu padaku!"

"Maaf tuan?"

"Meira. Berikan aku informasi lengkap tentangnya, Seva..."

"Mei-ra? Tapi dia--"

"Aku mau informasi tentangnya sudah tersedia dalam dua jam. Jika tidak kau bisa keluar dari perusahaanku."

Hale langsung memutuskan panggilan itu sepihak. Nyatanya Hale memang sangat tak sopan. Walau begitu atas harta dan kekuasaan yang ia miliki semuanya akan selalu tunduk pada Hale.

"Aku akan meminta si tuli itu untuk memberikan lukisan indah miliknya padaku... " gumam Hale.

"Lukisan ini... Sempurna, walau pelukisnya, dia cacat..." batin Hale.

Vote+Comment 

TBC

With love 

EveMira

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status