Di aula yang terbilang sangat luas, di sana terdapat para pegawai yang sudah berkumpul menunggu kedatangan direktur besar. Susana yang tadinya begitu bising, kini berubah menjadi sunyi karena kedatangan direktur beserta pengawalnya. Yura melihat raut muka Harry yang sedikit kusut merasa khawatir dengan keadaan suaminya sekarang. Yura sama sekali tidak mengerti masalah apa yang sedang menimpa suaminya saat ini begitu juga dengan rencana Harry, karena memang Harry tidak ingin melibatkan Yura dengan masalahnya. Mata Yura tak henti-hentinya terus memandang Harry dari tempat di mana ia duduk sekarang yang tak jauh dari podium Harry, sehingga Harry juga bisa melihatnya.
Harry berdiri di depan para pegawainya dan menyampaikan beberapa pesan. "Selamat siang semuanya, maaf beribu maaf karena saya telah membuat waktu kerja kalian terganggu. Saya mau mengumumkan suatu hal penting pada kalian semuanya. Besok saya akan pergi ke cabang perusahaan yang berada di Amerika, karena ada beberap
Handphone Harry bunyi. Ada sebuah pesan yang masuk. From : Istriku Suamiku, jangan cemburu ya.Tapi, wajahmu tadi sangat menggemaskan.Aku sudah merindukanmu, bagaimana ini?Ya sudahlah. Hati-hati ya, di sana. Miss you... Harry hanya tersenyum membaca pesan dari istrinya (Yura). Namun, Harry sengaja tidak membalas pesan dari Yura karena dia ingin sedikit menggodanya. Saat ini, dia sudah berada di tempat yang tidak ada orang yang tahu. Dia di sana bersama dengan Dongsun. Mereka berdua sudah merencanakannya matang-matang bahkan mereka sudah memasang beberapa cctv di setiap sudut kantor tanpa sepengetahuan para pegawainya. "Apa ada pergerakan yang mencurigakan Dongsun?" tanya Harry. "Untuk saat ini tidak ada Harry. Kita pantau saja," ujar Dongsun sambil melihat monitor yang dapat merekam setiap kejadian yang tertangkap di kamera. Bandara Incheon Myung
Yura segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Harry. Ruangan itu terlihat begitu rapi dan terasa sunyi. Yura berjalan mendekat ke meja kerja Harry. Di sana terdapat papan nama Harry yang terbuat dari marmer dan juga ada foto tampan Harry yang memakai setelan jas hitam dengan rambut yang dipangkas ke atas membuatnya terlihat begitu berwibawa. Yura terus memandangi foto suaminya itu. Tanpa sadar bening-bening kristal sudah bergelinang di wajahnya. Hatinya sekarang terasa begitu sakit, karena merindukan seorang Harry Borison. Di saat Yura masih menangis tersedu-tersedu, tiba-tiba ponselnya berbunyi. "Yoebseyo (hallo)?" jawab Yura tanpa melihat nama peneleponnya. "Hai princess! Kenapa kamu menangis di ruanganku? Apa kamu tahu? Itu membuat hatiku sakit," ucap orang di seberang sana. Yura begitu mengenali suara orang yang meneleponnya. Siapa lagi orang yang memanggil dirinya princes kalau bukan suaminya sendiri, Harry. Dia semakin menangis tidak bisa berk
Keesokan harinya, semua pegawai sedang bersiap-siap untuk meeting mingguan dengan direktur. Tapi berhubung direktur tidak ada, meeting di pimpin oleh wakil direktur. Semuanya sudah memasuki ruangan meeting begitu juga dengan tim pemasaran. "Yura, kau sudah siap, 'kan? Buat presentasinya?" tanya manajer Jo. " Ya. Aku sudah siap semuanya," jawab Yura begitu mantap. "Baguslah kalau begitu. Ayo kita menuju ruang meeting!" Mereka semua menunggu kedatangan wakil direktur. Tak lama kemudian, wakil direktur masuk ke dalam ruangan meeting yang disambut oleh semua orang di situ. Tapi anehnya, Myungso tidak duduk di kursi depan tempat di mana ia seharusnya memimpin meeting ini. Melainkan dia duduk di sebelah kursi para pegawai lainnya membuat semua orang bingung. Tak lama kemudian, tiba-tiba pintu ruangan terbuka lagi dan muncullah sosok direktur besar bersama sekretarisnya membuat semua orang kembali terkejut. Bagaimana bisa yang tadinya direktur
"Ohh, aku minta maaf, benar-benar minta maaf, Direktur. Sudah mengganggu. Kalau begitu saya undur diri dulu," ucap Yura salah tingkah melihat ketiga orang itu menatap ke arahnya. "Tunggu ..." ujar Harry membuat langkah Yura terhenti. "Apa ada yang ingin kamu sampaikan Yura?" tanya Harry beranjak ke arah Yura. "Oh tidak direktur. Saya hanya ingin mengantarkan dokumen saja," jawab Yura gugup. "Dokumen?" tanya Harry memicingkan matanya melihat Yura yang tidak membawa apa-apa di tangannya. Sedangkan Yura yang menyadari kalau dia tidak membawa apa-apa saat pergi ke ruangan Harry, hanya merutuki kebodohannya itu. "Eemm, itu direktur, sepertinya dokumennya ketinggalan di meja saya," alasan Yura yang langsung membuat Harry menahan tawanya. "Aiisshh. Dasar menyebalkan," gerutu Yura kesal yang hanya di dengar oleh Harry. "Baiklah, kamu boleh kesini lagi nanti dan jangan lupa bawa dokumenmu." Harry tersenyum hangat membuat Yura semakin merindukannya.
Di dalam lift, Yura mulai merasa cemas. Ia tidak ingin mengingat kejadian waktu kecilnya yang membuatnya merasa ketakutan. Yura terus mencoba menetralkan dirinya agar lebih tenang. Tiba-tiba Yura mendengar ada barang jatuh dari atas dan ia segera melihatnya. Betapa terkejutnya Yura, saat ini di hadapannya ada seekor burung yang mati terkena tembakan. Yura langsung teriak histeris melihatnya. Ia teringat dengan traumanya waktu kecil. Yura langsung lemas. Kakinya tidak bisa menopang tubuhnya lagi. Dan dadanya begitu sesak untuk bernapas. "Harry." Yura menggumamkan nama suaminya. Ia begitu ketakutan saat ini. Tubuhnya bergetar dan air mata tak henti-hentinya keluar dari bola matanya. Yura terus menggumamkan nama Harry. Tiba-tiba pintu lift mulai terbuka dan yang Yura lihat pertama kali adalah sosok Harry di sana. Yura segera berusaha berdiri dengan kondisi yang berantakan, mata membengkak, rambut acak-acakan. Setelah pintu lift terbuka penuh, Yura langsung berlari memel
"Waahh, pelupamu itu sungguh sudah stadium empat. Bagaimana kamu bisa lupa kalau kita sekarang akan kedatangan klian besar, hah?" kesal Dongsun. Harry yang mendengar perkataan Dongsun hanya menggaruk rambutnya yang tidak gatal itu."Ahh maaf, tadi ada sedikit kendala di perjalanan. Jadi, aku sedikit terlambat." jawab Harry senyum-senyum. Sedangkan Dongsun hanya menatapnya malas."Apa persiapannya sudah kelar semua?" tanya Harry dengan tampang polosnya membuat kedua sahabatnya tidak tega terus mengomelinya."Persiapannya sudah kelar semua dan klien kita akan datang 15 menit lagi," jawab Myungso dengan penuh kewibawaan berbeda dengan Dongsun yang terus menggerutu kesal pada Harry.Mereka bertiga sedang menunggu kedatangan klien dari China itu di ruangan Harry. Sudah 15 menit mereka menunggu, klien itu tidak kunjung datang membuat mereka bertiga mulai sedikit bosan. Tiba-tiba suara telepon di meja kerja Harry berbunyi."Direktur, klien dari china suda
Diruangan Harry, mereka semua masih merundingkan mengenai proyek yang akan mereka bangun dan kembangkan bersama. Yutu dan Harry sebagai direktur dari perusahaan mereka masing-masing, memberi keputusan kalau proyek itu akan di bangun di Pulau Jeju. Akhirnya, mereka semua menyetujui dengan keputusan direkturnya itu dan segera membuat rencana mengenai rancangan desain dan juga dana yang akan mereka keluarkan.Tidak terasa sudah empat jam mereka melakukan meeting mengenai proyek baru mereka. Karena merasa lelah, mereka semua segera mengakhiri diskusinya dan beristirahat terlebih dahulu. Harry mempersilahkan Yutu dan yang lainnya untuk beristirahat di ruangan yang telah ia persiapkan buat para kliennya."Kalian istirahatlah terlebih dahulu! Saya sudah mempersiapkan ruangan buat kalian semua. Saya harap kalian semua merasa nyaman berada di perusahaan saya ini." Harry mengantarkan Yutu bersama yang lain."Thank you direktur Harry Borison. Anda sudah membuat kami merasa
Setelah selesai makan siang, mereka bertiga (Harry, Myungso, dan Dongsun) beranjak keluar dari ruangan. Mereka ingin ngopi bersama di kantin kantor sekalian ngobrol disana. Saat pintu lift terbuka, mereka dikejutkan dengan pemandangan yang ada di depannya.Tatapan Harry begitu nyalang. Dia mengepalkan tangan seolah-olah ingin meninju siapa saja yang ada di hadapannya saat melihat istrinya dalam pelukan pria lain. Hatinya semakin sakit ketika mengetahui Yura begitu senang dalam pelukan pria itu yang tak lain adalah direktur kliennya dari China (Yutu). Harry benar-benar tak habis pikir dengan apa yang dilihatnya sekarang begitu juga dengan Myungso dan juga Dongsun yang hanya melongo melihatnya.Yura langsung menegang melihat suaminya sudah ada di depannya dengan tatapan tajam yang ingin menerkamnya saat ini juga. Situasi ini membuatnya begitu salah tingkah ketika melihat ada Myungso dan juga Dongsun disana. Ingin rasanya ia menjelaskan semuanya pada Harry, tapi situasiny