Kirana Ardiani, seorang gadis SMA yang mandiri dan cuek, tiba-tiba terjebak dalam sebuah program perjodohan sekolah bernama Love Contract. Program ini mempertemukan beberapa siswa secara acak untuk menjalani tantangan bersama selama satu semester. Yang lebih mengejutkan, Kirana dipasangkan dengan Revan Pradipta, kapten tim basket yang terkenal dingin dan tidak banyak bicara. Awalnya, Kirana sangat menentang perjodohan ini, apalagi Revan tampak tidak tertarik sama sekali. Namun, seiring berjalannya waktu, berbagai tantangan yang mereka hadapi bersama mulai mengubah pandangan mereka satu sama lain. Di tengah kebingungan perasaan, konflik persahabatan, dan rahasia masa lalu yang mulai terungkap, akankah Kirana dan Revan tetap bertahan dalam Love Contract ini? Atau justru menemukan sesuatu yang lebih dari sekadar perjodohan sekolah?
Lihat lebih banyakLangit cerah di atas SMA Grahadi, menandakan hari yang cukup menyenangkan bagi para siswa yang baru memulai tahun ajaran baru. Aula sekolah penuh dengan suara riuh rendah para murid yang sedang berbincang. Beberapa asyik bercanda, sementara yang lain sibuk mencari tempat duduk untuk acara pembukaan tahun ajaran.
Di antara mereka, seorang gadis berambut panjang dengan wajah manis tengah duduk sambil menopang dagunya. Kirana Ardiani, siswa kelas 11 yang terkenal cerdas dan mandiri, tampak tidak terlalu tertarik dengan suasana ramai di sekitarnya. "Kirana! Lo kenapa diem aja? Harusnya lo semangat, kita udah naik kelas, nih!" ujar Nadine, sahabatnya, sambil menggoyangkan bahunya. Kirana menghela napas. "Nggak tahu, Nad. Kayaknya perasaanku nggak enak dari tadi pagi." "Yah, lo kebanyakan mikir! Udahlah, enjoy aja!" Nadine menepuk pundaknya dan kembali berceloteh tentang murid-murid baru yang masuk tahun ini. Acara pun dimulai dengan sambutan dari kepala sekolah. Namun, Kirana tidak terlalu memperhatikan. Ia sibuk memikirkan firasat aneh yang mengganggu pikirannya sejak pagi. Saat acara hampir selesai, tiba-tiba seorang guru naik ke panggung dan mengambil mikrofon. "Ada satu pengumuman penting sebelum kita semua kembali ke kelas masing-masing," kata Bu Rina, guru BK yang terkenal disiplin. "Hari ini, sekolah kita akan memulai sebuah program baru bernama Love Contract." Seluruh aula langsung dipenuhi gumaman penasaran. "Love Contract? Apaan tuh?" Nadine berbisik. Bu Rina melanjutkan, "Ini adalah program khusus di mana beberapa siswa akan dipilih untuk mengikuti sistem perjodohan sekolah. Ini bertujuan untuk membangun kebersamaan, kerja sama, dan komunikasi yang lebih baik antar siswa." Mata Kirana membelalak. Perjodohan? Di sekolah? Apa-apaan ini? "Tentu saja, perjodohan ini hanya berlaku selama satu semester dan akan diawasi oleh guru BK. Pasangan yang dipilih harus menjalani berbagai tantangan dan aktivitas bersama." Kirana menggeleng tak percaya. Namun, yang lebih mengejutkan adalah ketika Bu Rina mulai menyebut nama-nama siswa yang terpilih. "Pasangan pertama: Kirana Ardiani dan—" Jantung Kirana berdegup kencang. "—Revan Pradipta." Seisi aula langsung heboh. Revan Pradipta, cowok dingin dan cuek yang terkenal sebagai kapten tim basket. Kirana membeku. Ia menoleh ke arah Revan yang duduk di seberang aula. Cowok itu menatapnya sekilas dengan ekspresi datar, sebelum mengalihkan pandangan seolah tidak peduli. Nadine langsung berbisik, "Gila, Kirana! Lo dijodohin sama Revan? Ini bakal jadi semester yang seru!" Tapi Kirana hanya bisa menatap kosong ke depan. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kirana masih terpaku di tempatnya, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Namanya dipasangkan dengan Revan Pradipta? Itu sama saja seperti menjodohkan api dan es—tidak akan pernah cocok! Sementara itu, suasana di aula masih ramai dengan suara bisik-bisik dan beberapa siswa yang bersorak karena penasaran. Revan sendiri tampak santai, bahkan tidak menunjukkan ekspresi terkejut sama sekali. Nadine, yang duduk di sebelah Kirana, menahan tawa. “Kir, ini beneran kejadian, loh! Lo dijodohin sama the most wanted boy di sekolah ini!” Kirana menoleh dengan tatapan tajam. “Ini bukan lucu, Nad! Ini gila. Kenapa harus gue? Kenapa bukan cewek lain aja?” Belum sempat Nadine menjawab, Bu Rina kembali berbicara. “Baiklah, bagi pasangan yang sudah diumumkan, setelah acara ini selesai, silakan ke ruang BK untuk penjelasan lebih lanjut.” Kirana ingin menolak, tapi sepertinya tidak ada pilihan lain. Ia hanya bisa menghela napas panjang. Setelah acara berakhir, Kirana berjalan menuju ruang BK dengan langkah berat. Di depan pintu, ia melihat Revan sudah berdiri dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celana seragamnya. Tanpa berkata apa-apa, cowok itu melirik sekilas ke arahnya, lalu masuk ke dalam ruangan lebih dulu. Kirana mendecak kesal. Sok cool banget sih anak ini. Di dalam ruangan, Bu Rina sudah menunggu dengan senyum ramah. “Silakan duduk, kalian berdua.” Kirana duduk dengan enggan, sementara Revan tetap dengan ekspresinya yang datar. “Jadi, seperti yang kalian tahu, kalian telah dipilih sebagai salah satu pasangan dalam program Love Contract.” Kirana langsung angkat tangan. “Bu, saya mau protes. Saya nggak setuju dengan program ini.” Bu Rina tersenyum. “Saya sudah menduga kamu akan mengatakan itu, Kirana. Tapi ini sudah keputusan sekolah. Tidak ada yang bisa mundur, kecuali dengan alasan yang benar-benar kuat.” “Tapi, Bu—” “Saya sarankan kamu mencoba dulu.” Kirana mendesah, merasa usahanya sia-sia. Ia melirik ke samping, berharap Revan akan mengatakan sesuatu. Tapi cowok itu tetap diam, seperti tidak peduli dengan situasi ini. Bu Rina kemudian menyerahkan selembar kertas berisi aturan program Love Contract. “Aturan pertama, kalian harus menghabiskan waktu bersama setidaknya lima jam dalam seminggu, baik di sekolah maupun di luar sekolah.” “Aturan kedua, kalian harus mengikuti tantangan yang diberikan setiap minggunya.” “Aturan ketiga, tidak boleh ada yang mundur sebelum program ini selesai.” Kirana membelalakkan mata. “Lima jam dalam seminggu?! Gimana kalau saya sibuk?” “Ya, kalian harus cari waktu. Itu bagian dari tantangannya.” Kirana ingin protes lagi, tapi Bu Rina mengangkat tangan, memberi isyarat bahwa diskusi sudah selesai. “Baiklah, mulai hari ini, kalian adalah pasangan resmi dalam Love Contract. Jangan lupa untuk mengambil tantangan pertama kalian besok pagi di ruang BK.” Kirana menatap kertas aturan itu dengan wajah muram. Ini pasti akan jadi semester paling menyebalkan dalam hidupku. Di sebelahnya, Revan hanya berdiri, memasukkan tangan ke saku dan berkata datar, “Gue harap lo nggak bikin ini lebih ribet dari yang udah ada.” Kirana menoleh dengan tatapan tajam. “Harusnya gue yang ngomong gitu.” Revan hanya mengangkat bahu dan berjalan keluar ruangan. Kirana meremas kertas di tangannya. Ini belum apa-apa, tapi ia sudah bisa merasakan bahwa perjodohan ini akan membawa banyak masalah. Setelah keluar dari ruang BK, Kirana berjalan dengan langkah cepat, mencoba mengabaikan semua tatapan penasaran siswa lain. Sayangnya, di lorong, Nadine sudah menunggunya dengan ekspresi penuh semangat. “Jadi, gimana rasanya dijodohin sama Revan?” Nadine bertanya sambil tersenyum menggoda. Kirana mendesah frustasi. “Rasanya kayak mimpi buruk.” Nadine tertawa. “Masa sih? Semua cewek di sekolah ini pasti pengen ada di posisi lo.” “Terserah. Yang jelas, gue nggak mau ada di posisi ini.” Sementara mereka berbicara, tiba-tiba terdengar suara siulan dari arah lain. “Hei, Kirana!” Kirana menoleh dan menemukan tiga orang cowok sedang berjalan ke arahnya. Salah satunya adalah Raka, teman sekelasnya tahun lalu yang dikenal suka bercanda. “Gue denger lo sekarang ‘pacaran’ sama Revan,” ujar Raka dengan nada menggoda. Kirana melotot. “Siapa juga yang pacaran?! Ini cuma program aneh dari sekolah.” “Tapi tetep aja lo dan Revan pasangan sekarang, kan? Berarti boleh dong kita kasih julukan buat kalian?” Raka menyeringai. “Gimana kalau Rana Couple? Revan dan Kirana.” Nadine langsung tertawa mendengar itu, sementara Kirana ingin melempar tasnya ke wajah Raka. “Bisa nggak lo berhenti ngomong hal nggak penting?” geram Kirana. Sayangnya, Raka dan teman-temannya hanya tertawa semakin keras. Di saat yang bersamaan, seseorang berjalan melewati mereka. Kirana langsung menyadari siapa itu—Revan. Cowok itu bahkan tidak melirik sedikit pun ke arah mereka, hanya melewati dengan ekspresi datarnya seperti biasa. Raka bersiul lagi. “Wah, wah, si pacar udah datang tuh. Coba deh lo panggil dia, Kir. Manis dikit kek!” Kirana benar-benar ingin menghilang dari dunia ini. Dengan sebal, ia mengayunkan tasnya ke lengan Raka. “Gue sumpal mulut lo kalau lo masih ngomong!” Raka tertawa dan melambaikan tangan sebelum pergi bersama teman-temannya. Nadine masih tertawa di sebelah Kirana. “Serius, Kir. Ini baru awal, tapi kayaknya bakal seru banget.” Kirana hanya bisa menatap langit dengan putus asa. Keesokan Harinya Pagi-pagi sekali, Kirana sudah berada di depan ruang BK, menunggu Revan. Hari ini mereka akan mengambil tantangan pertama dari program Love Contract, dan ia sama sekali tidak antusias. Tak lama kemudian, Revan muncul dengan ekspresi santai. Ia berjalan ke arahnya tanpa berkata apa-apa. “Lama banget,” gerutu Kirana. “Gue nggak janji bakal datang cepet,” jawab Revan datar. Kirana hanya mendecak kesal sebelum membuka pintu ruang BK. Bu Rina sudah menunggu mereka dengan senyum khasnya. “Ah, kalian sudah datang. Bagus! Ini tantangan pertama kalian.” Ia menyerahkan selembar kertas berisi tulisan besar: “Tantangan Minggu Pertama: Pergi ke Kantin Bersama dan Memesan Makanan yang Sama.” Kirana membelalak. “Apa-apaan ini?!” Bu Rina tersenyum. “Tantangan ini untuk membangun komunikasi. Kalian harus pergi ke kantin dan memesan makanan yang sama, lalu menghabiskannya bersama.” Kirana merasa kepalanya mulai pusing. “Bu, ini konyol banget.” “Tapi itu aturan,” jawab Bu Rina tegas. Revan, di sisi lain, hanya menghela napas ringan. “Ya udah.” Kirana menoleh dengan tatapan tak percaya. “Lo nggak keberatan?!” Revan mengangkat bahu. “Daripada buang waktu.” Kirana benar-benar ingin berteriak. Tapi ia sadar, semakin cepat mereka menyelesaikan tantangan ini, semakin cepat ia bisa melupakan semua hal memalukan ini. Dengan berat hati, ia berjalan keluar bersama Revan menuju kantin—tempat di mana seluruh sekolah bisa melihat ‘pasangan baru’ ini. Dan Kirana tahu, hari ini pasti akan jadi hari yang kacau. Bersambung…Hari ini Revan dan Kirana datang berbarengan lagi. Tapi kali ini, bukan cuma Nadine yang memperhatikan—beberapa teman lain mulai berbisik-bisik pelan sambil melempar senyum penuh arti.“Eh, lo liat nggak? Mereka makin nempel aja sekarang.”“Kayak udah jadian beneran, ya?”“Emang bukan settingan dari awal?”Revan dan Kirana pura-pura nggak denger, tapi mereka saling lirik dan senyum kecil.Di kelas Saat guru sedang menulis soal di papan, Nadine menyenggol Kirana dari samping.“Lo nggak mau jujur ke gue, Kir?”Kirana melirik. “Soal apa?”“Soal lo sama Revan. Ngaku, lo beneran udah suka, kan?”Kirana pura-pura fokus ke soal. “Udah ngerjain no. 2, Din?”“Kiranaa… jangan ngeles. Gue sahabat lo. Masa gue yang terakhir tahu?”Kirana menahan tawa. Lalu dengan suara pelan dia jawab, “Iya, Din… kita beneran sekarang.”Nadine menutup mulutnya, setengah terkejut dan setengah bahagia. “Oke… akhirnya! Gue seneng banget sumpah! Lo tuh pantas dapet orang yang bisa bikin lo senyum tiap hari.”Kirana
Sudah seminggu sejak Kirana dan Revan memutuskan untuk menjalin hubungan tanpa pura-pura. Tidak ada yang berubah secara drastis dari luar—mereka masih duduk di tempat biasa, masih berdebat kecil soal hal-hal receh, dan masih suka saling lempar sindiran. Tapi bagi mereka, semuanya terasa berbeda.Kini, setiap tatapan memiliki makna. Setiap senyuman terasa lebih hangat.“Gue jemput lo nanti sore. Jangan pulang cepet-cepet,” bisik Revan sambil menyerahkan roti coklat ke Kirana.Kirana menatapnya heran. “Ngapain lagi?”“Surprise.”Kirana pura-pura mendengus, tapi pipinya memerah. “Ya udah. Tapi jangan yang aneh-aneh.”Revan mengangkat alis. “Gue? Aneh? Nggak mungkin.”Kirana sudah menunggu di gerbang sekolah ketika Revan datang dengan motornya. Ia mengulurkan helm.“Siap?”Kirana mengangguk. “Siap.”Mereka kembali ke bukit tempat pertama kali Revan mengungkapkan perasaannya. Tapi kali ini, Revan membawa tikar kecil, makanan ringan, dan termos teh hangat.“Seriusan lo bawa beginian semua?”
Pagi itu, Kirana datang ke sekolah dengan kepala penuh pikiran. Ucapan Revan semalam masih terngiang di telinganya:“Kalau lo butuh satu alasan buat nggak nerima dia, mungkin gue bisa kasih.”Apa maksudnya? Apakah Revan juga mulai merasa hal yang sama kayak gue?Nadine mendekat sambil menyenggol bahu Kirana.“Lo kelihatan kayak orang kurang tidur. Jangan-jangan mikirin Revan?”Kirana langsung menatap Nadine dengan mata melebar.“Bukan! Maksudnya… ya nggak juga sih.”Nadine terkekeh. “Berarti iya.”Kirana menghela napas panjang. “Nad, gue beneran bingung. Revan berubah. Dia nggak kayak dulu yang nyebelin. Sekarang dia… perhatian. Tapi gue takut ini semua cuma bagian dari kontrak.”“Terus kalau bukan?” tanya Nadine serius.Kirana terdiam. Ia tidak punya jawaban.Saat Kirana berjalan menuju kantin, tiba-tiba Rian muncul dan berjalan di sampingnya.“Kir, lo ada waktu nanti sepulang sekolah?”“Ngapain?” tanya Kirana pelan.“Ada yang mau gue omongin. Penting.”Kirana menatap Rian. Tatapan c
Sejak percakapannya dengan Revan di koridor, Kirana tidak bisa lagi mengabaikan perasaan aneh yang mulai tumbuh dalam hatinya.Revan tidak main-main. Dia sendiri tidak yakin dengan perasaannya, tapi satu hal yang pasti—dia berubah.Dan perubahan itu terjadi karena Kirana.Namun, Kirana masih belum siap menghadapi kenyataan itu.Pagi Hari – KelasHari ini, Kirana kembali mencoba menjaga jarak dari Revan. Ia fokus pada buku catatannya, berharap bisa mengabaikan semua kebingungan dalam kepalanya.Tapi harapannya sia-sia.“Kir, lo masih marah sama gue?”Kirana tersentak. Ia mendongak dan melihat Revan berdiri di samping mejanya, tatapannya serius.Kirana buru-buru menggeleng. “Gue nggak marah.”Revan menatapnya lama sebelum akhirnya berkata, “Oke.”Lalu, tanpa berkata apa-apa lagi, dia berjalan kembali ke tempat duduknya.Kirana menghela napas. Kenapa dia harus sesantai itu? Kenapa dia nggak kelihatan bingung kayak gue?Nadine, yang sejak tadi mengamati mereka, langsung menyenggol Kirana.
Sejak obrolannya dengan Rian di taman belakang sekolah, Kirana jadi makin ragu. Apa benar gue nggak boleh terlalu berharap? Tapi kenapa Revan tiba-tiba peduli?Hari-hari berlalu, tapi suasana di sekolah masih ramai dengan gosip soal dirinya dan Revan. Kirana berusaha tidak peduli, tapi dalam hati, ia tahu ada sesuatu yang mulai berubah—terutama dalam dirinya.Pagi Hari – Dalam KelasHari ini, Kirana datang lebih awal dan mendapati kelas masih sepi. Ia duduk di bangkunya sambil mengeluarkan buku catatan, berusaha mengalihkan pikirannya.Namun, baru beberapa menit, seseorang duduk di bangku sebelahnya.Revan.Seperti biasa, ekspresinya datar. Ia menatap Kirana sebentar sebelum berkata, “Lo seriusan nggak sakit lagi?”Kirana menghela napas. “Revan, gue udah bilang, gue baik-baik aja.”Revan diam sebentar sebelum mengangguk. “Bagus.”Kirana mengernyit. “Lo kenapa sih?”Revan menoleh. “Kenapa apa?”Kirana menatapnya tajam. “Kenapa lo tiba-tiba perhatian sama gue?”Revan terdiam. Tatapannya
Sejak percakapan aneh dengan Revan di kantin kemarin, Kirana jadi kepikiran terus. Kenapa dia tiba-tiba nanya soal Rian? Emangnya dia peduli?“Gue nggak ngerti jalan pikiran cowok itu,” gumamnya saat duduk di bangkunya pagi ini.Nadine yang baru datang langsung nyenggol lengannya. “Ngomongin siapa?”“Siapa lagi kalau bukan Revan,” jawab Kirana malas.Nadine tertawa. “Kenapa lagi? Dia ngelakuin sesuatu?”Kirana menghela napas. “Kemarin dia tiba-tiba nanya, ‘Lo suka Rian?’”Mata Nadine membesar. “HAH?!”“Ssstt! Jangan heboh,” desis Kirana sambil melirik ke sekeliling. Beberapa siswa yang sudah ada di kelas langsung memasang ekspresi kepo.Nadine menurunkan suaranya, tapi tetap bersemangat. “Lo jawab apa?”“Tentu aja gue bilang itu bukan urusan dia.”Nadine mengangguk-angguk. “Tapi tetep aja aneh. Revan nggak pernah peduli sama orang lain, apalagi nanya hal kayak gitu.”“Itulah yang bikin gue bingung,” gumam Kirana.Saat itu, pintu kelas terbuka dan Revan masuk dengan ekspresinya yang se
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen