Share

Love for Haphephobia
Love for Haphephobia
Penulis: R nana

Pergantian direktur

Dzrrrtt ....

Lintang mengabaikan ponselnya yang bergetar menandakan adanya panggilan masuk.

Barulah setelah meeting selesai, Lintang kembali melihat ponselnya. Terlihat lima puluh pesan singkat dan dua puluh panggilan tak terjawab dengan nama kontak 'IBU RATU' di layar ponselnya.

Baru saja Lintang membuka satu pesan yang bahkan belum sempat ia baca, kontak dengan nama 'IBU RATU' itu kembali membuat ponselnya berdering.

"Ada apa? Aku baru selesai meeting!" jawabnya kesal.

"Nanti malam kamu harus luangkan waktumu untuk makan bersama! Mama nggak mau tau! Kamu harus dateng! pokoknya harus! Kalau nggak, mama bisa nekat bikin malu kamu dengan mendatangi kantormu dan ...," desak Mayang memaksa putrinya agar menuruti kemauannya. Tanpa menanggapi ancaman sang Bunda

Lintang mematikan ponselnya.

"Menyebalkan sekali!" Lagi-lagi ia menggerutu di tengah kesibukannya.

Selang beberapa menit, seorang wanita memanggilnya.

"Bu lilin, pak Bowo memanggil Anda ke ruangannya," ucap Anita seorang sekretaris yang cantik nan manis dengan lesung di kedua pipinya. 

"Haih ... ada apa lagi ini? Masih pagi kok ya udah banyak yang bikin sebel sih! Ngerusak mood aja!" keluh Lintang yang kekesalannya sudah di ubun-ubun.

Nampaknya pagi itu adalah pagi yang benar-benar membuat mood Lintang memburuk.

Tok ... tok ... tok ....

Setelah pintu dibuka nampak sebuah senyuman hangat dan ramah terukir pada wajah pria paruh baya yang garis halus mulai terlihat samar dikeningnya.

"Bapak memanggil saya?"

 "Ah iya! Masuk Lin. Sini, sini!" pinta Bowo antusias dengan nada bicara dan logat yang khas nampak seolah sangat akrab dengan Lintang.

"Ada apa pak? Apakah ada masalah dengan ...."

Ceklek!

Lintang menoleh ke arah sumber suara tanpa menyelesaikan kalimatnya. Kali ini nampak seorang pria muda serta rupa yang asing masuk keruangan itu.

"Ah, akhirnya datang juga. Iyak! Lintang, ini Ishan dan Ishan ini Lintang karyawan paling kompeten, paling cekatan dan pokonya paling best lah di sini."

Dengan antusiasnya Bowo memperkenalkan Lintang pada Ishan diiringi dengan pujian setinggi langit. Namun siapa sangka dibalik pujiannya itu terselip harapan, lebih tepatnya niat terselubung Bowo agar Ishan dapat menerima dan bisa rukun dalam bekerja sama dengan Lintang.

Bowo adalah direktur utama di perusahaan Lintang bekerja. Bukan tanpa sebab Bowo begitu akrab dan memuji Lintang setinggi langit. Ia sangat akrab dengan Lintang lantaran Lintang adalah karyawan andalan lebih tepatnya aset perusahaan bagi Bowo. Betapa tidak, Lintang yang cekatan selalu mampu membereskan kekacauan yang dibuatnya akibat kecerobohannya yang sudah mendarah daging.

Namun, Ishan pria asing yang baru datang ini justru mengabaikan Bowo yang merupakan paman sekaligus ayah angkatnya.

Ia terpaku menatap wajah gadis yang tujuh tahun silam meninggalkannya, kini berada tepat di hadapannya.

"Kau? Di sini?!" tanyanya yang menunjukkan seolah sudah mengenal Lintang sebelumnya.

"Maksudnya?" jawab Lintang yang mengerutkan keningnya.

"Eh, kalian sudah saling kenal?" tanya Bowo menyela. 

"Maaf, mungkin saya lupa, tapi anda siapa?" tanya Lintang yang menyerah lantaran benar-benar tak mengenali pria yang berdiri di hadapannya itu.

"Ah, bahkan kau tak mengenaliku?Alasan itukah yang membuatmu enggan menjabat tanganku? Apakah ini yang namanya karyawan teladan?" tanya Ishan yang tiba-tiba menunjukkan ekspresi marah.

"Ah maaf, iya saya mohon maaf atas kel ...." 

"Ah ... sudahlah! Itulah kamu."

Ishan mengibaskan tangannya menolak tangan Resti lantaran kesal di abaikan.

"Ada masalah apa dengan pria ini? Baru pertama kali ketemu udah songong aja! Jadi pengen jahit tu mulut!" umpatnya dalam hati berusaha menahan diri untuk mencaci. 

"Maaf menyela, tapi ijinkan saya bicara dulu," ucap Bowo menyela untuk kembali melanjutkan memperkenalkan keduanya.

"Lintang, ini adalah Ishan yang akan menggantikan saya sebagai direktur utama untuk mengurus perusahaan ini."

Lintang mulai merasa tertekan mendengar apa yang di sampaikan oleh bosnya.

 "kabar bagusnya, mulai hari ini juga kamu juga ku angkat sebagai wakil direktur untuk mendampingi Ishan."

 Seketika mata Lintang melotot seolah bola matanya hendak melompat keluar saking terkejutnya.

"Maaf, sepertinya saya salah dengar dan saya juga sangat tidak paham dengan apa yang bapak sampaikan."

"Hadeh ... katanya karyawan paling kompeten dan paling hebat, tapi selain dungu juga tuli! Benar-benar paket combo. Sepertinya aku bakal berumur pendek kerja bareng dengan karyawan model begini." 

Ishan tanpa ragu mengolok Lintang dengan sindirannya.

"Nah mulai lagi ni cowok! Kalau di lihat lagi, bibir itu tidak asing!" batinnya dengan melemparkan tatapan tajam ke arah Ishan. Meski kesal dengan ucapan Ishan tapi Lintang mulai mengingat pria yang dari tadi bersikap sinis terhadapnya.

"Sepertinya saya mulai ingat sekarang! Lu bukannya mantan pacar gue yang culun itu ya? Yang dulu suka banget ngintilin gue di perpus bukan?"

Pertanyaan yang di lontarkan Lintang sontak membuat Bowo dan Ishan kaget hingga menunjukkan reaksi yang tak terduga. Ishan yang dengan sikap diamnya seolah mengiyakan pertanyaan Lintang. Sedangkan disisi lain Bowo sudah menutup mulutnya dengan tangan kanannya menahan tawa melihat kebungkaman Ishan atas pertanyaan Lintang.

"Hmm ... tapi seingatku namanya Satrio atau Tio sapaan akrabnya. Tapi apa mungkin itu kamu?" tanya Lintang memainkan telunjuknya di ujung bibir merahnya.

"Oh bisa jadi itu benar Lin, karena nama panjangnya Satrio Ishan kartadinata, akan lebih bagus kalau kalian CLBK," kelakar Bowo menyela dengan cekikik tawa yang memudar lantaran menjawab praduga Lintang.

"Ah, ternyata itu beneran kamu toh. Tapi sekarang penampilanmu lumayan, nggak seculun dulu."

Lintang membalas olokan Ishan sebelumnya dengan komentarnya. Sementara itu Bowo terpingkal-pingkal mendengar keponakan sekaligus anak angkatnya yang selama ini ia kenal sebagai pria yang selalu di puja wanita kini di olok oleh seorang wanita tepat didepan matanya.

"Om! Om Bowo mending cepetan pulang deh! Bukannya om ada acara sama calon istri Om ya?" ucap Ishan yang saking malunya hingga ingin segera Bowo pergi.

"Hahaha ... iya ... iya. Tapi sebelum itu, om harus mengumumkan dan memperkenalkan kalian dulu donk. Masak direktur utama di ganti tapi bawahan nggak ada yang tau? Kan nggak lucu."

Ketiganya keluar dan Bowo memberikan pengumuman tentang dirinya yang mundur dan digantikan Ishan serta Lintang yang naik jabatan menjadi wakil direktur.

Di tengah pidato Bowo, baik Ishan maupun Lintang justru tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

"Para orang tua yang sudah udzur ini menikah di waktu yang senja rupanya! Lebih dari itu, kenapa tak ada yang mau dengar pendapatku? Bahkan aku tak diberi kesempatan untuk menolak jabatan yang pria tua ini berikan! Sungguh ironis!" gerutu Lintang dalam hati kesal karena jabatan barunya. Lebih tepatnya ia merasa kesal menjadi bawahan Tio mantan kekasihnya.

Sementara itu Tio alias Ishan pun tengah bertanya-tanya dalam hatinya.

"Kira-kira apa alasan Lintang mutusin gue waktu itu? Apa sekarang dia udah punya pacar? Atau bahkan mungkin suami? Dia masih ingat aku, tapi kenapa tingkahnya seolah tak pernah terjadi apapun? Apa aku hanya mainannya? Ah sial! Kepalaku kembali dipenuhi dengan dirinya! Aku bisa gila!" batinnya.

Sepanjang pidato ia terus bergelut dengan pikirannya sampai-sampai ia tak mendengar jika Bowo memintanya memberi sambutan.

Lintang yang berada tepat di sampingnya pun menyenggol lengan Ishan dengan sikunya. 

"Berhentilah memikirkan diriku, saatnya memberi penyambutan,"bisik Lintang asal meledek. Jarak yang begitu dekat membuat hangat napas Lintang menggelitik telinga Ishan hingga telinga Ishan memerah karenanya. Ditambah lagi aroma parfum yang familiar di indera penciuman Ishan pun merasuk menggoyahkan hati dan mengacaukan pikirannya.

"Aku tidak memikirkanmu!" teriak Ishan spontan dengan wajah yang sudah seperti kepiting rebus, membuat seluruh karyawan bahkan Bowo terkejut serta tertawa geli melihat tingkah putra angkatnya.

Refleks Ishan membuat Lintang geram karena malu hingga membuatnya mencubit pinggang Ishan sambil berucap pelan. Rahang merapat meminimalkan bibir bergerak saat berucap menekankan betapa gemasnya Lintang. "Apa kau benar-benar gila? Dasar bodoh!" bisiknya.

Ishan meringis kesakitan. Tangannya meraih tangan Lintang yang masih kuat mencubit pinggangnya.

Grep!

Ishan terdiam saat memegang tangan Lintang, lantaran merasakan kelembutan tangan Lintang yang dingin di antara nyeri di pinggangnya akibat cubitan Lintang.

"Menjijikkan!" Gerutu Lintang menghempaskan tangan Ishan.

"Silahkan pak Ishan untuk memberikan kata sambutannya," tukas Bowo menengahi dua sejoli yang berseteru dalam bisik.

Saat Ishan memberi kata sambutannya, nampak semua karyawati terpesona oleh rupa elok sang direktur muda itu. Suara Ishan yang berat tapi kalem bak nyanyian idol dambaan mereka. Dalam sekejap ia menjadi idola baru di perusahaan itu.

Usai mengumumkan jabatan baru Lintang dan pergantian direktur baru, Bowo kembali memberi sedikit penjelasan pada tugas-tugas Ishan. 

"Jika masih ada yang belum kamu pahami atau butuh bantuan, kamu bisa mengandalkan Lintang. Sudah ya, jangan lupa. Nanti malam kamu harus datang. Om pergi ya? Yang rukun sama mantan," ledek Bowo sebelum pergi meninggalkan Ishan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status