Share

Darren vs Vallery

  "Oma, Opa aku pergi dulu," ucap Niela, setelah berpamitan dia pergi mengikuti Darren.

  "Hati-hati, Nak," ucap Elma.

  "Apa ini akan berhasil?" tanya Aiden.

  "Entahlah, aku tidak tau, kita coba saja lihat bagaimana perkembangannya," jawab Elma.

  "Apakah saat aku muda sikapku sama seperti dia?" tanya Aiden.

  "Kau memang menyebalkan, tapi tidak seperti dia, Khalfani junior itu sangat-sangat menyebalkan," Aiden tertawa mendengar jawaban Elma.

  "Walaupun aku sangat menyebalkan, kau sangat mencintai aku sampai saat ini," ucap Aiden jahil.

  "Haiish ... jangan membicarakan hal itu, kita sudah tua dan tidak pantas mengumbar cinta," ucap Elma.

  "Kita memang harus terus mengumbar cinta agar di mansion ini penuh dengan cinta lagi seperti dulu, tidak seperti sekarang yang ada hanya ketegangan dan perseteruan, entah kapan ini akan berakhir," ucap Aiden.

  "Semoga dengan kehadiran Niela, keadaan di sini menjadi lebih baik sebelum mati aku ingin melihat Darren bahagia," ucap Elma.

  "Apa yang kau katakan, kita akan hidup seratus tahun lagi," ucap Aiden.

  "Cih ... uangmu tidak bisa kau gunakan untuk mencegah malaikat pencabut  nyawa tidak menyabut nyawamu," ucap Elma.

  

  "Ya aku tau, andai saja malaikat pencabut nyawa bisa aku suap, aku akan melakukan itu agar dia tidak mencabut nyawa Liora," ucap Aiden.

  "Kau ini ada-ada saja," ucap Elma seraya tertawa.

***

  Entah kenapa keadaan di dalam mobil terasa sangat mencekam, Niela menggenggam telapak tangannya dengan sangat kuat, karena merasa tidak nyaman bersama dengan Darren, apalagi sejak tadi pria yang ada di sampingnya ini bersikap tidak baik kepadanya.

  Sebenarnya Niela sudah ingin duduk di belakang, tapi Darren dengan sengitnya meminta dia untuk duduk di depan dengan berkata jika Darren bukan supir Niela, mau tidak mau Niela menuruti perintah Darren dengan perasaan sedikit takut.

  "Sial!" umpat Darren dalam hatinya.

  Lalu Darren melirik sekilas kepada Niela yang memalingkan wajahnya ke arah jalan.

  "Kenapa oma dan opa selalu menempatkan aku dalam keadaan seperti ini, sangat memuakkan," batin Darren, pandangannya kembali lurus ke arah depan.

  Pandangan Darren memicing saat melihat seorang wanita yang dia kenali berdiri di pinggir jalan seperti sedang menunggu taksi.

  "Wanita bodoh itu lagi, sedang apa dia di sini, hari sudah mulai malam apa dia tidak tau berkeliaran malam-malam di kota ini sangat berbahaya," ucap Darren lalu menghentikan mobilnya di hadapan Vallery.

  "Kenapa aku jadi mengkhawatirkan dia," batin Darren.

  Darren akan melajukan mobilnya lagi tapi terlambat, Vallery  sudah menyadari kehadiran Darren.

  "Maaf, rumahku masih jauh dari sini, apa aku harus turun di sini?" tanya Niela.

  "Diam!" ucap Darren tajam membuat Niela merinding.

  Lalu Darren menurunkan kaca mobilnya, terlihat sangat jelas Vallery terkejut karena di dalam mobil Darren ada seorang wanita cantik duduk di sampingnya.

  "Kau sedang apa di sini, bodoh?" tanya Darren.

  "Haiish ... dasar manusia kutub, apa kau tidak bisa bersikap ramah kepada wanita?" tanya Vallery sengit.

  "Masuk!" perintah Darren.

  "Tidak mau, aku bisa pulang sendiri," ucap Vallery.

  "Keras kepala, di sini sangat berbahaya apalagi jika kau sendirian, aku akan mengantarmu pulang," ucap Darren.

  Vallery melirik sekilas kepada Niela yang diam saja memperhatikan mereka. Vallery merasakan sesuatu saat melihat Darren bersama dengan wanita lain.

  "Astaga, semoga ini bukan perasaan cemburu, dia sudah menikah dan wanita itu pasti istrinya. Come on Vallery, jangan mengharapkan hubungan lebih dengan seorang pria yang memiliki istri," batin Vallery berucap.

  "Cepat masuk atau aku akan menyeretmu!" ucap Darren tajam.

  "Ya Tuhan, kenapa ada manusia seperti dia di muka bumi ini," ucap Vallery kesal.

 Vallery pun masuk ke mobil Darren dengan perasaan campur aduk, antara perasaan cemburu dan tidak enak karena sudah menjadi orang ketiga di antara Darren dan Niela.

  Setelah Vallery duduk dengan nyaman di belakang, barulah Darren melajukan mobilnya, keadaan benar-benar sangat hening, hingga Vallery mulai mencairkan suasana bertanya kepada Niela.

  "Nona, kita belum berkenalan aku Vallery, kau siapa?" tanya Vallery.

  "Namaku Draniela, panggil saja aku Niela, senang berkenalan denganmu," jawab Niela seraya melirik kepada Vallery yang duduk di belakangnya.

  "Aku ingin meminta maaf karena semalam Darren ...."

  "Diamlah, Vallery!" ucap Darren tajam. 

  "Kalian bertengkar gara-gara aku?" tanya Vallery.

   Vallery merasa sangat tidak enak dengan sikap Darren dan Neila yang saling diam tidak bertegur sapa, Vallery pikir jika mereka bertengkar gara-gara dirinya yang meminta Darren tidak pulang semalam. 

  "Bertengkar karenamu, maksudnya apa?" tanya Niela.

  "Memangnya Darren tidak menceritakan apa-apa?" tanya Vallery.

  "Aku sudah katakan agar kalian diam!" ucap Darren sengit, Vallery dan Niela langsung diam tidak ada lagi yang bersuara.

  "Rupanya dia benar-benar bertengkar dengan istrinya gara-gara ulahku, pria ini pasti tidak menjelaskan apa yang aku katakan," batin Vallery berucap, tak lama Darren menghentikan mobilnya di tempat kemarin Vallery meminta turun.

  "Terima kasih, maaf karena aku sudah membuat kalian bertengkar, suamimu sangat baik Niela, tapi sayangnya dia sangat kasar kepadaku,"

  "What? Suami?" tanya Niela memekik tertahan mendengar ucapan Vallery.

  "Iya, dia suamimu apa karena semalam dan kemarin dia tidak pulang kau lupa jika dia suamimu?" tanya Vallery.

  "Dia bukan su ...."

  "Cepatlah turun, dan jangan berkeliaran lagi," ucap Darren menyela Niela.

  "Hei Niela, semoga kau tahan dengan sikap dia yang seperti beruang kutub ini," ucap Vallery.

  "Apa yang kau katakan?" tanya Darren nyalang.

  "Iya kau seperti beruang kutub, menyeramkan dan selalu dingin, aku sangat ingin membekap mulutmu agar kau tidak bisa berkata kasar lagi," jawab Vallery.

  Lalu Vallery turun dari mobil Darren, dan menutup pintu mobil Darren dengan sangat kencang.

  "Kau ingin merusak mobilku?" tanya Darren sengit.

  "Untuk apa merusak mobilmu, lebih baik aku lenyapkan langsung pemilik mobil ini," jawab Vallery lalu pergi.

  "Wanita gila, aku sangat menyesal mengantarkan dia pulang, lihat saja nanti jika kau berada di halte lagi seperti tadi, aku tidak akan tergiur untuk mengantarmu pulang," maki Darren, tapi percuma Vallery tidak akan mendengarnya.

  Niela mengulum senyumnya saat mendengar perdebatan Vallery dan Darren, dia pikir tidak akan ada orang yang berani melawan Darren, tapi ternyata gadis itu sangat berani, bahkan dia sampai memaki Darren. Setelah mengucapkan sumpah serapahnya, Darren kembali melajukan mobil menuju ke rumah Niela.

  Beberapa menit di perjalanan akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, Niela melirik sekilas Darren yang tidak mengatakan apa-apa lagi.

  "Cepatlah, tidak perlu membawa barang terlalu banyak," ucap Darren.

  "Masuklah dulu, aku akan membuatkan teh untukmu," ucap Niela.

  "Tidak perlu!" ucap Darren sinis.

  Niela hanya menghela nafasnya panjang melihat tingkah Darren, Niela pun segera masuk ke rumahnya untuk berkemas.

  Cukup lama Niela di dalam membuat Darren jenuh, akhirnya dia memainkan ponselnya, Darren kembali menghentikan kegiatannya saat melihat pria paruh baya masuk ke rumah Niela dengan wajah merah karena marah.

  "Dasar wanita murahan!"

Bersambung....

  

  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status