Claire dan Leon keluar dari ruangan kecil di kapal itu. Mereka mendapati sebagian besar kapal sudah rusak dan kosong. Tidak ada satupun awak kapal yang tersisa di dalam kapal. Claire melihat ke sekeliling, mereka kini terdampar di sebuah pulau yang tampak kosong.
“Di mana kita?” tanya Claire.
“Entahlah,” jawab Leon.
Ia mengajak Claire untuk turun dari kapal dan melihat-lihat apa yang ada di pulau tersebut. Tiba-tiba sebuah layar digital muncul di hadapan mereka.
Congratulations! You have completed the siren challenge.
Proceed to the next level? Y/N
“Baru muncul notifikasi sekarang,” kata Claire sambil mengangkat sebelah tangannya.
“Game ini telah berubah menjadi sangat aneh. Aku tidak ingat menciptakan jalan cerita ini. Tapi... Pulau ini... Rasanya aku memang membuatnya. Tapi aku tidak jadi memakainya,” sahut Leon.
“Pulau apa ini? Kenapa kamu tidak jadi mem
Claire sadar sudah terlambat untuk menolong Leon. Pria itu berdiri kaku dan sedikit demi sedikit tubuhnya berubah menjadi batu. Claire dengan cepat berlari keluar dari kuil tersebut. Dengan kekuatan Athena, Claire melesat cepat masuk kembali ke dalam hutan. Dari langit, Claire bisa melihat Leon turun menuju ke pelataran kuil dengan nyawa keduanya.Di saat yang sama, Claire melihat Medusa berjalan keluar dari kuilnya sambil tertawa. Siap menghabisi Leon sekali lagi. Jantung Claire berdebar kencang, ia harus menyelamatkan Leon kali ini. Claire tidak bisa membiarkan Leon kehilangan dua nyawa sekaligus. Dengan cepat, Claire melesat kembali ke pelataran kuil sambil membawa tameng peraknya. Ia menutupi dirinya dan Leon dengan tameng besarnya saat pria itu mendarat.“Ayo!” seru Claire sambil menarik tangan Leon dan membawanya melesat secepat anak panah kembali ke dalam hutan.“Kembalilah Athena dan Apollo! Jangan jadi pengecut!” seru Medusa di d
“Mereka punya tujuan dan kita akan mengungkap semuanya. Lihat saja nanti,” kata Leon tiba-tiba.Claire tidak bisa berkata-kata saking malunya. Ia tidak pernah membayangkan bercinta sambil ditonton orang lain. Wajah Claire tetap merah padam sambil berjalan terus menuju utara. Hutan di sekitar mereka semakin lama semakin gelap karena pepohonannya semakin rindang menutupi sinar matahari.“Kita masih berada di jalan yang benar, bukan?” tanya Leon sambil melihat ke sekeliling.Claire mengeluarkan peta dengan merentangkan tangannya ke depan. Layar digital yang muncul di hadapannya menunjukkan mereka mengambil jalan yang benar. Sedikit lagi mereka akan sampai. Pulau ini tetap saja sebuah pulau kecil, meskipun telah dimodifikasi dengan diperbesar sedikit.Leon merentangkan tangannya untuk mengeluarkan layar digital dari tangannya. Ia memilih karakter Perseus. Kini Leon memakai baju zirah berwarna hitam dengan pedang yang terikat rapi di pi
Claire terus mengumpat selama perjalanan menuruni lembah dan Leon mengunci mulutnya rapat-rapat. Ia mengabaikan hampir semua yang Claire katakan sebab tidak ada gunanya. Perseus diketahui sebagai salah satu dewa yang membenci Eris, tapi Leon tidak ingin terbawa suasana.“Berapa lama lagi kita sampai ke dasar lembah? Kakiku sudah pegal!” seru Claire.Leon hanya tersenyum, ia kemudian berjongkok di hadapan Claire.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Claire ketus.“Kamu bilang pegal. Naiklah ke punggungku, biar kugendong,” jawab Leon.Claire menatap punggung Leon dan seketika ia tidak bisa mengatakan apapun.“Ayo, naiklah,” kata Leon.Claire kemudian naik ke atas punggung Leon dan memeluk bagian lehernya. Leon berdiri sambil menggendong Claire di punggungnya. Gadis itu terasa berat, tapi Leon tidak keberatan. Claire kini tidak tahu harus bicara apa, bahkan keinginannya untuk mengumpat teredam ol
“Baiklah... baiklah!” kata salah seorang wanita.“Hey!” protes dua wanita yang lain.“Aku bisa langsung menginjak bola mata ini saat ini juga dan kalian tidak akan punya mata,” ujar Leon.“Tidak! Jangan lakukan itu!” seru ketiga wanita itu bersamaan.“Kalau begitu katakan di mana Hesperides!”“Baiklah. Hesperides ada di dalam bunga mawar milik Hera, sang dewi pernikahan dan kelahiran. Istri Zeus yang agung,” jawab salah seorang wanita.“Kami sudah tahu itu! Di mana letaknya? Katakan yang jelas!” seru Leon sambil menghentakkan kakinya.“Baiklah! Jangan lakukan itu!” seru salah seorang wanita.“Anggrek Hera ada di bagian belakang pulau ini di dasar sebuah jurang yang paling dalam dan tersembunyi di balik air terjun. Kalian akan menemukannya jika berjalan terus ke selatan!” seru salah seorang wanita.“Kami sudah
Angin yang berhembus kencang membuat Claire dan Leon terbangun. Matahari sudah meninggi di dalam game ini, padahal mereka masih merasa mengantuk dan lelah. Rasanya baru sebentar saja mereka tidur.“Ada apa ini?” tanya Claire.“Entahlah. Angin ini semakin kencang!” seru Leon sambil menyipitkan matanya dan mencoba melindungi matanya dengan sebelah tangan. Sementara sebelah lagi bersiaga memegang pedangnya.“Anak Zeus bersama Dewi Perselisihan. Sungguh memalukan!” seru seseorang yang tidak terlihat. Suaranya besar dan dalam, menggema di antara angin.“Siapa kamu?” tanya Leon.“Aku mendengar dari bisikan angin, kalian mencari Hesperides. Kalian pasti ingin membunuh Medusa,” katanya lagi.“Apa urusanmu!” seru Claire kesal. Ada-ada saja yang mereka hadapi.“Akulah Notus, Dewa Angin Selatan. Aku tidak mengijinkan kalian berkunjung ke kebun anggrek milik Hera! Daera
“Zeus harus mencari dewa angin baru untuk bertugas di selatan,” canda Leon.“Ini hanya sebuah permainan, Leon!” seru Claire sambil tertawa. Meskipun ia sedang bercanda, ia tetap tidak bisa mengendalikan nada ketus yang keluar dari mulutnya.“Ayo, kita tidak bisa buang-buang waktu,” kata Claire lagi sambil berjalan mendahului Leon.“Seberapa jauh lagi?” tanya Leon.Claire membuka peta dari tangan kirinya, dan layar digital berkelip di hadapan mereka. Jarak antara dua titik hijau yang menandakan lokasi mereka berdiri saat ini dengan panah merah yang menunjukkan lokasi yang mereka tuju masih cukup jauh.“Perkiraanku, masih satu malam lagi kita harus bermalam di hutan,” kata Claire.“Kali ini kita harus mencari tempat yang nyaman,” jawab Leon sambil tersenyum. Claire membalas senyum Leon dan menahan sebisa mungkin keinginannya untuk mengutuki pria itu. Sambil berjalan, Leon
Claire kecil mengangguk, ia melangkahkan kaki-kaki kecilnya menuju kamarnya yang berada di lantai atas rumahnya. Dari tangga ia melihat ibunya berdiri sambil menghela napas, ia terlihat gugup.“Elena!” teriak pria itu lagi, membuat baik Elena maupun Claire terkejut.Claire tidak menyukai pria asing itu. Ia datang beberapa bulan yang lalu, tapi ia sering berbuat kasar. Meskipun ibunya selalu menyembunyikan, tapi Claire sering mendengar pertengkaran. Claire sering mendengar suara ibunya dipukul, memekik kesakitan, kemudian bagian tubuhnya membiru karena memar.Setelah ayah Claire meninggal, Elena kesulitan membesarkan Claire sendirian. Ia harus bekerja dan juga mencari pengasuh untuk menjaga Claire selama ia pergi bekerja. Claire masih ingat ketika ibunya pulang kerja dengan mata berkaca-kaca, mengatakan semua akan baik-baik saja. Claire tahu beberapa tahun kemudian bahwa ibunya ternyata dipecat. Terlalu banyak yang harus dilakukan Elena sendirian, ia
“Bagaimana cara mendaratkan benda ini?” tanya Claire.“Hmmm... Mendaratlah wahai Angin Notus?” ujar Leon dengan nada tidak yakin.Mereka menunggu beberapa saat, namun tidak ada yang terjadi.“Tadi itu sangat menggelikan,” ujar Claire sambil tertawa dengan nada menyindir. Karakter Eris membuatnya tak tahan untuk tak menyindir.Namun tiba-tiba, awan yang mereka naiki turun perlahan menuju tepian jurang. Suara gemericik air mulai terdengar saat mereka sudah berada di mulut jurang, meskipun tidak terlihat dari mana. Jurang itu terlihat begitu dalam dan gelap, tidak ada yang tahu seberapa dalamnya jurang tersebut. Awan dari angin Notus itu tiba-tiba menghilang setelah mereka mendarat.“Mereka bilang kebun buah milik Hera berada di balik air terjun yang ada di dalam jurang ini, kan?” tanya Claire.“Betul,” jawab Leon.“Lalu bagaimana cara kita masuk ke dalam jurang ini dan me