Share

Love secret
Love secret
Penulis: Nurkomalasari

Pernikahan

Pernikahan. Adalah sesuatu hal yang sangat sakral dan sangat di harapkan oleh dua insan yang saling mencinta. Suatu pembuktian atas nama cinta yang disatukan oleh sebuah ikatan yang bernama PERNIKAHAN.

Haidar Bastian dan Helena Quirin baru saja melangsungkan pernikahan super megah di salah satu Hotel ternama kota Jakarta.

"Culun, bagaimanapun dia tetap culun dan jelek," gumam pengantin pria.

Tak sedikitpun dia memuji kecantikan Helena yang berdiri tegap di sampingnya. Kecantikan yang terpancar sangat natural. Ia terlihat sangat anggun dengan mengenakan gaun berwarna putih yang menjuntai panjang, dengan seikat bunga mawar putih di genggaman, menambah kadar kecantikan Helena mendekati kata sempurna.

"Kamu beruntung mendapatkan gadis secantik dia, Bastian," kata salah satu tamu undangan yang terkagum-kagum.

"Sangat beruntung," Bastian merangkul Helena sangat kasar, hingga ia meringis kesakitan namun ia tahan karna tak ingin pernikahan paksanya diketahui banyak orang.

"Kalau aku berontak, sama saja aku bunuh diri," gumamnya dalam hati. "Sabar, sabar."

Setelah tamu itu pergi, Bastian buru-buru menurunkan tangannya dari bahu Helena, lalu berbisik di dekat telinganya.

"Hanya satu tahun, jangan mengharapkan lebih dari pernikahan ini, Helena."

Tidak perduli dengan apa yang dibisikan Bastian, ia terus menatap ke depan dengan memalsukan senyumnya.

Pesta pernikahan mereka belum selesai, tapi Bastian memilih naik ke lantai atas menunju kamar pengantin yang sudah di siapkan oleh pihak hotel untuk beristirahat.

"Sangat cantik."

Helena berdecak kagum melihat isi kamarnya yang begitu megah dan indah. Ini terlalu luar diasa, ini mengagumkan. Ia terlena sampai tidak sadar langsung berbaring di atas tempat tidur tanpa izin dari suaminya.

"Siapa yang suruh kamu tiduran di situ?" kata Bastian dengan menatap tajam. Suaranya membentak, membuat Helena secepat kilat turun dari atas ranjang, dan berdiri jauh di depannya.

"Maaf Tuan," Helena menunduk hormat.

"Mark," panggil Bastian pada asistennya yang sedang tersenyum dengan tingkah Helena yang polos.

"Iya Tuan?" sautnya dengan senyum.

"Heh. Sejak kapan lo senyam senyum sama gue? lo suka sama gue?"

Mark langsung menggelengkan kepalanya keras.

"Ya nggak lah, Tuan. Saya kalaupun g*y, pilih-pilih kali," saut Mark sambil melirik Helena, dan mereka berdua malah terkikik lucu di hadapan Bastian yang masih kesal.

"Kampret lo," Bastian melempar bantal ke arah Mark.

"Maaf, Tuan. Maaf..."

Bastian duduk di ujung tempat tidur, lalu mengangkat satu kakinya ke atas.

"Lepas!" perintahnya pada Helena.

"Apanya yang dilepas, Tuan?" tanya Helena polos.

"Sepatu! apa lagi?" jawabnya ketus.

"Oh... iya Tuan," segera Helena menghampiri Bastian, lalu bersimpuh di depannya guna melepaskan sepatu bersama kaus kakinya, lalu menyimpan sepatu itu ke atas rak yang terletak di sudut dekat lemari pakaian.

"Kaus kakinya taruh di tempat cucian, Nyonya Helena!" kata Mark mengingatkan dengan lembut.

"Oh..iya," ia pun menaruh kaus kaki tadi di dalam keranjang yang sudah tersedia, lalu kembali berdiri di depan Bastian sambil menunduk, dan kali ini ia berdiri tepat di samping Mark.

Setelah melepaskan sepatunya, Bastian melepas jas, dasi, juga kemejanya, lalu melempar semua itu ke arah wajah Helena, "Tepat," semua yang ia lempar mendarat tepat di wajah istri culunnya.

Helena memaki pelan.

"Suami kurangajar, tidak ada rasa hormat," bergumam, yang mana gumaman itu hanya didengar oleh Mark karna dia yang berdiri di dekatnya.

"Ngomong apa kamu barusan? berani marah?"

"Ng... nggak Tuan," jawabnya terbata.

"Awas, kalau kamu berani maki saya di belakang. Habis kamu!"

Ia beringsut naik ke atas tempat tidur, menyandarkan tubuhnya pada ujung kepala ranjang. Ia menyilangkn kedua kakinya, lalu tangannya berada di belakang leher sebagai penyangga.

"Mark!"

"Iya Tuan?"

"Kaluarkan isi surat perjajian dalam pernikahan kita! aku dan gadis culun ini," kata Bastian dengan santainya.

"Baik Tuan," Mark segera mengeluarkan surat perjanjian itu, dan mulai membacanya.

"Tidak ada malam pertama di antara kalian," Mark melirik ke arah Helena.

Helena menghela nafas lega, sambil mengelus dadanya, "Aman."

"Kedua. Uang jatah bulanan akan ditransfer setiap tanggal satu sejumlah seratus juta rupiah, dan itu langsung ditransfer ke rekening pribadi anda, Nonya Helena."

"Apa? uang?"

"Bukannya dari awal tidak ada uang, atau... jatah bulanan?" tanya Helena terheran, karna awal Mark melamarkan Bastian, mengatakan tidak akan ada jatah bulanan agar tidak ada keterikatan selama mereka menjadi sepasang suami istri.

"Kenapa sekarang ada?" Keningnya mengerut heran.

"Apa akan ada keterikatan setelahnya?" lanjutnya lagi.

"Jangan mimpi kamu! Jelaskan Mark!" timpal Bastian masih dalam posisi yang sama.

"Bukan begitu, Nyonya Helena. Tuan memberikan jatah bulanan, karna dia tidak mau melihat penampilan anda yang..."

Rasanya sangat jahat kalau harus bilang dia culun. Tapi, ya begitulah penampilannya, sedikit culun, tidak pantas bersanding dengan seorang Bastian kalau gaya pakaiannya tidak dirubah. Terpaksa Mark harus mengatakan yang sebenarnya.

"Maaf, culun," ucapnya sangat pelan.

"Ya. Culun," Bastian menekankan kata culun.

"Wajah kamu, penampilan kamu, itu samasekali tidak cocok menjadi istri seorang Haidar Bastain. Saya gak mau ya, saat ada acara keluarga, kamu berpenampilan memalukan."

"Dan satu lagi, jaga sikap kamu saat di depan umum, saya tidak mau pernikahan sementara ini terbongkar!"

"Isshh..." Helena mendesis menatap tajam ke arah Bastian.

"sudah jelas Nyonya Helena?" tanya Mark sambil melirik Helena dari samping.

"Hhmm.." jawabnya tanpa berkata.

"Kalau begitu kita lanjut."

terus dan terus Mark membacakan banyaknya isi perjanjian pra pernikahan, yang mana perjanjian itu dibuatnya secara sepihak, karna pendapatnya samasekali tidak diterima, bahkan sangat tidak dibutuhkan.

"Kalian yang butuh gue, ko jadi kayak gue yang butuh kalian sih," bergumam, dan kali ini bukan cuma Mark yang mendengar, Bastian yang posisinya lebih jauh pun bisa mendengar oceha  Helena.

"Sekalian aja kamu ngomong pake toa!"

"Saya tidak tuli."

"Maaf, Tuan," lagi dan lagi Helena harus merendahkan diri di depan suami angkuhnya itu.

"Lanjut baca gak nih?" tanya Mark masih memegang beberapa lembar surat perjanjian.

"Gak usah, udah lo kasihin aja surat perjanjiannya, biar dia baca sendiri."

"Kenapa gak dari tadi Tuan?" kata Mark pelan. Ia pun memberikan semua surat perjanjian itu pada Helena. Setelahnya ia meninggalkan kamar atas perintah tuannya.

"Kamu tidur di sofa, dan jangan berisik! Saya mau tidur. Cape."

Bastian merebahkan diri, mematikan lampu di atas nakas, lalu menutupi tubuhnya dengan selimut, sedang Helena mendudukan dirinya di atas sofa depan TV, sambil memainkan ponselnya.

"Langkah awal. Aku berhasil masuk," pesan yang Helena kirim pada seseorang. Ia terus disibukan dengan membalas pesan, sampai tidak menyadari Bastian berdiri di hadapannya.

"Hei...!" suaranya menggema, membuat Helena terkejut bahkan ia sampai tersungkur ke lantai, dan membuat dres yang ia kenakan menyibak ke atas, hingga menampakan paha putih mulus nan indah, membuat Bastian menelan ludahnya kasar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status