Richelle Valdez was born rich. Her parents treat her like a princess dahil nag-iisang anak lamang siya ng mga ito. Bata pa lamang siya ay nakahiligan na niya ang pag-momodelo, kaya nang lumaki ay hindi siya nag-alinlangang pasukin ang industriya nito. Si Richelle ay isang mabuting tao, pero ayaw niyang nasasayang ang mga pinag-hirapan niya. Sunod sa luho ng kaniyang mga magulang, kaya sanay siyang nakukuha ang lahat ng gusto niya. She love everything what she have. She loves her money, accessories, and specially her fame, because this is what she want ever since . Pero paano kung isang araw may dumating na lalaki sa buhay niya? Paano kung sa hindi inaasahang pagkakataon ay maramdaman niya na lang na mahal niya na ito? She knew that everyone will judge her, of course. Lalo na kung ang lalaking nagpatibok ng puso niya ay hindi kasing-yaman niya. Is she ready to accept the hate of the people? Is she willing to sacrifice everything, even losing her fame for the one that she love?
View More"Percuma kamu menangis! Laki-laki yang baik tidak akan meninggalkan calon istrinya di atas pelaminan, Kakak tidak akan memaafkan pecundang itu lagi!"
Frisca Tarinka, gadis dua puluh tahun dengan balutan gaun pengantin yang kini menangis memeluk boneka unicorn berwarna pink miliknya. Perasaannya yang kacau di hari pernikahannya saat ini. Calon suaminya, Brandon yang pergi tanpa kabar dan jejak tepat di hari -H pernikahannya dengan Frisca. Padahal mereka sudah dekat dan menjalin hubungan istimewa lebih dari tiga tahunan sejak masih sekolah, tapi nyatanya Brandon malah mengkhianatinya.Hal itu membuat keluarga Frisca kesal dan marah, belum lagi harus menanggung malu lantaran semua tamu undangan sudah berkumpul di sana."Sudahlah Pa, bubarin aja," lirih Frisca mengusap air matanya yang masih mengalir."Bubar gimana? Semua tamu sudah berkumpul di depan, Frisca! Ini bukan upacara yang bisa bubar barisan jalan! Ini pernikahan!" pekik Johan memarahi putrinya.Frisca malah menangis, di dalam kamar hotel tersebut hanya ada kedua orang tuanya dan Kakaknya saja.Mereka semua sama bingungnya dengan keadaan ini."Papa maunya bagaimana?" tanya Dante, Kakak kandung Frisca."Ya... Papa tidak mau malu, kalau sampai bubar, pasti sangat memalukan! Mau ditaruh mana muka Papa dan Mamamu ini!" teriak Johan."Sudah Pa," ujar Tarisa mengusap pundak suaminya.Frisca beranjak dari ranjang, ia mendekati sang Kakak dan memeluknya. Semua masalah yang selalu menerkanya, hanya Dante yang bisa menolongnya."Kakak, Frisca harus bagaimana?" tanya Frisca menangis dalam pelukan sang Kakak."Ya salah sendiri! Masih bocah akal-akalan nikah! Dipikir nikah itu enak, hah?!" pekik Dante mengomel.Di saat mereka semua tengah pusing dengan situasi keruh dan panas. Frisca menangis sejak tadi tidak henti-henti menghubungi calon suaminya.Papanya yang uring-uringan dan jam acara pernikahan yang kurang dari dua puluh menit lagi. Frisca ingin menghilang saat ini.Pintu kamar hotel itu tiba-tiba terbuka, di sana nampak seorang laki-laki dengan balutan pakaian formal yang rapi. Laki-laki berwajah tampan dingin, manik mata biru, dan berpostur tinggi besar berdiri membuka pintu membawa sebuah kotak hadiah."Selamat pagi," sapa laki-laki itu mendekati Frisca dan menyerahkan kotak hadiah yang ia bawa.Frisca menatap laki-laki itu lekat-lekat, ia tahu betul dengan sahabat Kakaknya ini. Selain sahabat sang Kakak, laki-laki ini adalah dosen baru di kampusnya."Kak Daniel!" pekik Frisca bangkit dari duduknya dan berdiri tepat di hadapan Daniel.Daniel Emmanuele menatap kikuk Frisca yang berderai air matanya."Hem, selamat ya Frisca. Aku ikut bahagia di hari....""Jadilah suamiku! Kumohon," ucap Frisca dengan lantang dan berani menahan malu mati-matian.Semua orang di dalam ruangan itu menatap kikuk ke arah Frisca yang meminta hal itu pada Daniel.Tatapan mata Daniel langsung menajam mendengar apa yang baru saja Frisca katakan. Senyuman di sudut bibirnya membuat Frisca pasrah dengan ejekan yang akan Daniel lontarkan."Kak Daniel, aku serius," pinta Frisca dengan nada melas."Calon... Calon suamimu?" Daniel menoleh pada orang tua Frisca dan juga Dante.Dante berdecak sebal, "Niel, calon suami ini bocah minggat sejak subuh tadi!" seru Dante."Oh," jawab Daniel."Kak Daniel tolong Frisca please, kali ini saja. Menikah dengan Frisca! Janji deh, kalau Frisca jadi istri Kak Daniel, nanti Frisca bakal nurut... Frisca tidak mau Mama dan Papa malu," lirih gadis itu menangis menunjuk ke arah Mama dan Papanya.Daniel menatap dalam-dalam gadis itu, biasanya Frisca menjadi gadis yang paling malas padanya, jahil, dan menjadi palajar yang membangkang di kampusnya.Sejak lima tahun ia berteman dengan Dante, sejak saat itu juga Daniel menyukai Frisca. Meskipun usianya dan Frisca berjarak tujuh tahun."Nak Daniel," panggil Johan pelan membubarkan lamunan Daniel pada Frisca."Kalau kau tidak keberatan, kali ini saja Niel. Berani aku membayar dengan nyawaku!" seru Dante mengimbuhi.Daniel berdehem pelan, ia melirik Frisca yang kembali memeluk boneka unicorn miliknya dan menatapnya melas dengan gaun pengantin sedikit kusut ia pakai untuk menangis sejak pagi."Bagaimana bisa aku menikahi Frisca, apa lagi dadakan seperti ini! Kedua orang tuaku, sahabatku, keluargaku, bagaimana?!" pekik Daniel menatap mereka semua."Ck! Itu bisa diatur asal kau mau lebih dulu," seru Dante pada sahabatnya."Huhh... Ini gila!" seru Daniel berat menimbangnya."Kita bisa cerai nanti, tenang saja. Atau Kakak minta uang ganti rugi?" cicit Frisca menundukkan kepalanya.Daniel diam tidak percaya, ia pernah ditolak oleh Frisca dua tahun lalu saat gadis itu masih sekolah, tapi kini gadis itu mengajaknya menikah. Menarik untuk seorang Daniel."Baiklah, aku akan menikahi Frisca hari ini! Tapi dengan satu syarat!" seru Daniel tegas.Frisca langsung mengangkat kepalanya menatap Daniel dengan terkejut dan lega. Kedua orang tua Frisca dan Kakaknya juga langsung tersenyum."Apapun syaratnya!" pekik Dante."Setelah pernikahan ini, Frisca akan tinggal denganku. Tinggal bersamaku di mansion milikku!" tegas Daniel menatap Frisca dalam-dalam.Gadis itu ingin menolaknya, bagaimana pun juga seorang Frisca Tarinka adalah gadis malas yang segalanya bergantung pada sang Mama, apa jadinya kalau ia tinggal berdua dengan Daniel? Dosennya, suaminya, dan laki-laki yang pernah ia tolak mentah-mentah."Gampang soalan itu! Frisca pasti mau karena kau sudah mau menjadi suaminya!" tegas Dante mengacungkan jempolnya.Daniel menoleh pada Frisca dan tersenyum menyeringai."Aku terima tawaranmu, Frisca."Frisca mengangguk ragu merasakan hawa panas dingin pada tubuhnya. Mungkin ia kedepannya akan merasa hidup di neraka, ia tahu betul kalau sosok Daniel bukan hanya seorang Dosen biasa, dia sangat kaya raya. Pasti akan semena-mena pada Frisca.Johan dan Tarisa merasa lega begitu Daniel menerima tawaran gila yang putrinya berikan."Kalau begitu, kalian berdua bersiap-siap ya, Mama dan Papa juga Dante akan menunggu kalian di luar. Segera bersiap ya, Daniel," pinta Tarisa menyerahkan stelan jas pernikahan pada Daniel."Iya Tante," jawab Daniel."Kami tunggu segera," ujar Johan menepuk pundak Daniel."Cepat Niel," seru Dante berjalan keluar bersama Mama dan Papanya.Kini pintu kamar itu tertutup dan hanya bersisa Frisca bersama Daniel. Situasi yang tidak pernah Frisca duga-diga sebelumnya.Frisca masih duduk di tepi ranjang dan memeluk boneka unicornnya, wajahnya masih murung dan sedih."Kak Daniel....""Jangan memanggilku Kakak," sela Daniel seraya melepaskan dasi yang ia pakai dan menggantinya dengan dasi kupu-kupu.Frisca mendongak memperhatikannya."Lalu? Apa aku harus memanggilmu Pak Daniel, seperti saat di kampus?""Paling tidak kau tahu posisimu. Bayangkan kalau aku tiba-tiba menolakmu saat ini!" seru Daniel."Eh, ya jangan!" Frisca sontak mendekati Daniel dan mencekal pergelangan tangannya.Senyuman tipis di bibir Daniel membuat Frisca cemberut."Bagus! Ternyata karma Tuhan berlaku juga ya, Frisca," ujar Daniel.Frisca menyipitkan kedua matanya berdiri di samping Daniel menatap cermin."Ka... Karma Tuhan? Karma apa maksudmu huh?"Mendengar nada sewot dari Frisca membuat hati Daniel tergelitik. Laki-laki itu terkekeh pelan seraya membalikkan badannya.Tatapan mana ocean blue milik Daniel membuat jantung Frisca berdegup, wajah tampannya kini mendekat bersamaan dengan telapak tangannya yang menyentuh lembut pucuk kepala Frisca saat posisi tubuhnya yang terbungkuk."Karma karena kau menolakku. Dan sekarang, kau malah menjadi istriku." Daniel tersenyum smirk mendekatkan wajahnya pada Frisca, "Frisca, sebentar lagi kau akan merasakan nikmat dan asamnya menjadi istri dari laki-laki yang kau tolak, Frisca."Its been two years when he left me. Its been two years since he's gone. Its been two years... But I am still into him. I put the frame to his grave gently. It was our first picture together. Siya mismo ang kumuha ng picture na iyon. I'm wearing a black halter top while he's wearing his hospital gown. Nakaakbay siya sa akin habang ang isa niyang kamay ay nakahawak sa kamay ko. Simple lang ang litrato na iyon ngunit napaka espesyal nito para sa aming dalawa. Para sa akin... "Hey... Its been two years, Jian. But I'm here again. I miss you." Para akong pinagbagsakan ng langit at lupa noong araw ng pagkamatay niya. Nanlalambot ang mga tuhod ko at talagang sobrang bigat ng pakiramdam ko. Alam mo 'yon? Minsan ka na nga lang magmahal, minsan ka na nga lang makatagpo ng taong tanggap kung ano o sino ka man. Tapos... mawawala pa. "Jian... Please, wake up... Please... 'Wag mo akong iiwan.
I don't want to push her away. It's hard to push her away. But what can I do if that's the only way for her to be happy again? Her mom was right... She can't be happy with me. She can't live peacefully with me. Masakit man pero iyon ang totoo. May mga bagay na kailangan nating isakripisyo para sa mga taong mahal natin. Kahit na mahirap ito para sa atin. Kahit gaano pa ito kasakit.Sobrang nahirapan ako noong itinaboy ko siya. Ayokong gawin 'yon, pero iyon ang tamang gawin. Masakit para sa akin na makita siyang umiiyak sa harapan ko. Nasasaktan ako kapag nasasaktan siya. Pero dahil iyon ang dapat gawin, kahit mahirap ay ginawa ko."E-Elly..." Marahan kong sambit sa pangalan ni Elly nang sa wakas ay nagkaroon akong muli ng malay. She's talking to Chelle. I know."Jian, malapit na ako. Please... 'wag ka na munang magsalita."Parang tumalon sa galak ang puso ko nang sa wakas ay muli kong na
Habang tumatagal ay mas nanghihina ang katawan ko. Kahit pagtayo ay nahihirapan akong gawin. Hindi ko na rin gaanong nagagalaw ang mga kamay ko. Dahil sa nangyayari ay halos araw-araw nasa loob lamang ako ng aking kuwarto. Nakahiga at parang lantang gulay na bagsak ang katawan. Ayaw ko na ganito lamang ako ngunit ako mismo ay hindi alam ang gagawin sa sitwasyon ko ngayon.Ilang linggo ang lumipas at ibinalita sa tv na hiwalay na raw si Richelle at ang artistang si Bryle. Masama na na akong tao kung sasabihin kong natuwa ako sa balitang iyon? Damn! Kahit alam kong imposibleng maging akin siya lalo na sa sitwasyon ko ngayon, ay umaasa pa rin ako! I'm really out of my mind!Ang sabi ay maayos raw silang naghiwalay ni Bryle at magkaibigan pa rin naman daw sila hanggang ngayon. Kung maayos silang naghiwalay, ano naman kaya ang maaaring dahilan ng paghihiwalay nila? Sabi ay hindi raw third party, wala rin daw nagl
May mga bagay na hindi natin inaasahan na mangyayari. May mga bagay na ayaw nating maranasan natin. Pero mapipigilan mo ba ang mga bagay na ito? Kung ang mismong tadhana na ang gumagawa ng paraan para maranasan mo ang mga bagay na ito?Halos dalawang linggo na ang lumipas simula nung mawalan ako ng paningin. Nagpunta kami sa ospital ni Elly at sinabi ng doctor na isa raw sa mga sintomas ng sakit ko ay ang pagkalabo ng mata. Pero yung sa akin malala na yata. Hindi lang lumabo ang paningin ko, kundi tuluyan na siyang nawala...Hindi na ako makalakad ng maayos. Hindi na ako makakalakad ng mag-isa. Kakailanganin ko pang gumamit ng tungkod. Hindi na rin ako makakapagtrabaho dahil wala na nga akong paningin. Bulag na ako... Hindi ko na makikita ang mga bagay sa paligid na nais kong kuhanan ng litrato. Hindi ko na magagawa ang mga nais kong gawin... gaya ng dati...Gustuhin ko man magalit sa Panginoon dahil
Halos buong gabi akong hindi nakatulog sa kakaisip sa kaniya. The way she looks at me... The way she touch me... Damn. Ang lambot ng kamay niya nang hinawakan niya ako kahapon. Am I lucky, isn't it? Sa wakas ay nakaharap ko siya ng harapan kahapon. Dati ay inaabangan ko lang siya sa Airport kapag nababalitaan kong magpupunta siya rito. Tinatanaw sa malayo. Pero kahapon ay nakita ko siya ng mas malapit at nakausap pa.Dahil sikat si Richelle ay kumalat ang balita na niligtas ko siya. Iba't-ibang larawan sa Bar ang kumalat sa social media noong araw din na 'yon. Ininterview pa ang kaniyang mga magulang at nagsabi na nagpapasalamat raw sila ng lubos sa taong nagligtas sa kanilang anak. It's my pleasure, though. I really want to protect their daughter. I really want to save her. Always."Kuya, papasok ka sa trabaho?" Si Elly habang inaayos ko ang camera ko."Oo." Simple
"Bro, may maganda akong balita sa 'yo!"Iyon ang bungad ni Aurel sa akin nang isang gabi ay sinagot ko ang kaniyang tawag."Tungkol saan?" Tanong ko habang hinihilot ang aking sentido."Nandito sa Bar si Richelle! At mag-isa lang siya!"Kumunot ang noo ko sa sinabi niya. Mag-isa? Bakit siya pupunta roon ng mag-isa?"Sinong Richelle?" Tanong kong muli kahit na alam ko naman kung sino ang tinutukoy niya. Pero malay ko ba kung ibang tao pala 'di ba?Halakhak agad ni Aurel ang narinig ko sa kabilang linya."Come on, bro! May iba ka pa bang kilalang Richelle? Hindi ba wala naman na?" Halakhak niyang muli. "Richelle Valdez, of course... Your ultimate crush." He still said even though I already knew who he's talking about.Damn."Bilis na. Pumunta ka na rito kung gusto mo siyang makita. Wal
Comments