Hari ini menjadi hari tersibuk bagi seluruh karyawan Cullen. Mereka tengah mempersiapkan untuk acara besar minggu ini. Tidak ada yang bisa beristirahat apalagi mereka yang menjadi panitia inti acara nanti.
"Gais, saya minta perhatiannya sebentar!" Seru Bu Loren seraya menepukan tangannya. "Untuk yang tidak masuk dalam panitia inti saya minta kalian siapkan dan fokus pada semua proposal dan minta kepada departemen desain untuk segera mengirimkan desainnya pada kita, agar semuanya bisa selesai tepat waktu. Dan untuk Gladis, Clara dan Alana kalian sebagai panitia acara ikut saya meeting bersama Tuan Harist, sebelum keberangkatannya ke luar kota beliau meminta kita untuk meeting terlebih dahulu. Jadi, siapkan diri kalian karna 30 menit lagi Tuan Harist tiba di perusahaan" ucap Loren. Alana saling menatap dengan Clara, bagaimana tidak, mereka diberitahu saat 30menit menjelang meeting, sungguh membuat gila sekali rasanya. "Baik, Bu!" Jawab ketiganya. "Ok, siapkan apa saja yang harus dibawa untuk meeting dan langsung menuju ruang rapat di lantai 17. Segera!!" Titahnya. Baik Clara, Alana dan Gladis pun segera mengambil kebutuhan meeting mereka lalu bergegas menuju ruang rapat. Sementara Bu Loren dia akan bersiap bersama para penanggung jawab departemen untuk menyambut Tuan Harist di lobi. Kedatangan Presiden Direktur disambut dengan hangat oleh para petinggi perusahaan. Mendadak lobi dipenuhi oleh para petinggi-petinggi, biasanya lobi hanya akan terlihat para karyawan yang berlalung lalang kini pemandangan sedikit berbeda. Mereka semua membungkukan badan kala Tuan Harist tiba. Dengan langkah cepat Harist malanjutkan langkah menuju lift untuk membawanya menuju lantai 17 dimana ruang rapat kali ini berada. Karena rapat kali ini cukup melibatkan banyak orang, maka mereka pun memilih ruang rapat yang cukup luas. Meeting kali ini memakan waktu cukup panjang, karena ini membicarakan acara besar untuk Cullen sendiri. Banyak sekali perusahaan yang ingin bekerjasama dengan Cullen, karena pengaruh mereka di dunia bisnis sangat disegani, jadi tidak heran jika acara ini sangat dinantikan para perusahaan lain yang sudah mengajukan untuk menjadi bagian dari proyek Cullen ini. Karena proyek ini besar Cullen akan mengumumkan 4 perusahaan yang akan terlibat langsung dalam pembangunan ini. Maka tidak heran jika mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi bagian dari 4 perusahaan ini. Sekitar 2 jam meeting berlangsung, kini mereka kembali ke divisi masing-masing, namun sebelumnya mereka akan break lebih dahulu, karena jam makan siang yang sudah terlewatkan. "Pantry yuk!" Ajak Alana, tampaknya dia merasa pening setelah meeting ini. Clara mengangguk dengan lemas. "Lo ikut gak?" Tanyanya pada Gladis. "Kalian aja, gue lapar" sahutnya. Sesampainya di pantry Alana langsung mengambil 2 cangkir gelas dan membuat kopi untuknya juga Clara. Dia pun segera membawanya di kursi yang tersedia di pantry dan memberikan satu cangkir pada Clara. "Gila ya, padahal setiap ada event gue gak pernah sepusing ini loh!" Ucap Clara seraya menatap lurus ke depan sana. "Nikmatin aja siapa tahu setelah event ini selesai bonus kita gede" sahut Alana yang sebenarnya dia pun merasakan hal yang sama, tetapi ini menjadi event pertamanya dan langsung menguras tenaga dan pikiran. "Semoga saja" "Meetingnya sudah selesai, mba?" Tanya John yang baru saja tiba. Alana dan Clara pun melihat bayangan John dari kaca besar di hadapan mereka. "Sudah dan sepertinya kita membutuhkan soto andalan mas John deh ini" ucap Clara. Alana pun lantas menolehkan kepalanya menatap langsung pada John. "Benar, boleh minta tolong mas John" kata Alana. Dengan senang hati John akan membelikan apa pun itu untuk Alana, ntah sejak kapan John mulai memiliki perasaan ini untuk Alana. "Dengan senang hati mba Alana" jawabnya seraya tersenyum. Alana pun tersenyum kembali. "Terimakasih mas John!" Ucapnya. Tanpa menunggu lama John sudah kembali dengan 2 bungkus soto pesanan Alana dan Clara tak lupa dia pun sudah menuangkan soto tersebut ke dalam mangkuk. "Wah, benar-benar siap makan banget ini" kata Clara ketika melihat John membawakan 2 mangkuk soto di atas nampan tak lupa 2 gelas air mineral. "Terimkasih banyak mas John" ucap Alana. "Sama-sama loh, mba. Ayok, silakan dinikmati. Semoga setelah ini pusingnya bisa hilang dan kembali mendapatkan semangat" kata John. Alana dan Clara pun tersenyum lalu mulai menyantap soto pesanan keduanya. "Mba, kapan acaranya?" Tanya Dion yang ikut menimbrung. "Minggu depan" jawab Clara. "Sepertinya kita juga harus siap-siap, John. Karena event ini akan menjadi pekerjaan terlelah untuk OB!" John hanya menyunggingkan senyumannya, ntah apa yang ada dalam pikirannya. Dia pun menatap Alana yang sedang menikmati makanannya, tatapan yang dalam penuh arti. Dion menyenggol lengan John dan memberikan kode dengan mengangkat kedua alisnya seraya menatap John dan Alana bergantian. Jam sudah menunjukan pukul 18.00 dan Alana, Clara dan Gladis masih berada di kantor, mereka baru saja mematikan PCnya masing-masing. Ketiganya melangkahkan kaki keluar ruangan menuju lift. "Gue duluan!" Pamit Gladis. Mereka sudah berada di loby. "Iya!" Jawab Alana. "Bareng gue aja, Al" ajak Clara. "Nggak usah, Ra, lagian kita gak searah. Gue naik bus aja" tolaknya. "Gak apa-apa sih, ayok!" "Udah sana. Hari ini kita sudah lelah banget kan, lo juga pasti mau cepat sampai rumah kan" tolak Alana kembali dengan alasan yang masuk akal. "Hm, ok baiklah. Lo hati-hati ya, gue duluan!" Pamit Clara pada akhirnya. "Siap!" Alana kembali melanjutkan langkahnya menuju halte tempat biasa dia menunggu bus. Sudah terlihat sepi karena sebagian karyawan sudah pulang sedari tadi. Langit sore ini sudah terlihat cantik dan bercahaya, sungguh indah. Notif pada ponselnya membuat Alana mengalihkan pandangan. "Kamu lembur, Al?" Ternyata pesan singkat dari sang kakak. Senyum manis tersunging dari bibirnya. Dia pun membalas pesan masih dengan senyum manisnya yang tersimpul. "Lagi di halte, Kak" "Senyum-senyum lihat ponsel, mbanya" ucap seseorang membuat Alan terkejut dan menatap si pemilik suara. "Mas John!" Ucapnya merasa lega, karena dia sudah berpikir yang aneh-aneh. "Lembur mba?" "Lembur sedikit" jawabnya. "Untuk event?" Alana menganggukan kepalanya. "Biar cepat selesai, tinggal beberapa hari lagi juga acaranya" "Sendirian saja?" "Ada Clara dan Gladis. Mas John, kenapa baru pulang jam segini?" Kali ini Alana yang bertanya. "Ah, itu saya ada kerjaan lain" jawabnya dan Alana hanya menganggukkan kepalanya. Cukup lama mereka menunggu bus hingga akhirnya bus yang mereka tunggu pun tiba. Alana dan John duduk berdampingan. "Mba Alana gak tertarik cari pacar gitu?" Tanya John tiba-tiba. Alana pun tertawa seraya melihat wajah John. "Maunya, tapi gak ada yang mau sama saya" alibinya. "Wah, pria mana yang menolak wanita secantik mba Alana gini" puji John tulus dari hatinya. "Mas John mau jadi pacar saya?" Kata Alana yang tentu saja membuat jantung John berdetak tidak karuan. "Biasa saja mukanya Mas John, jangan tegang sayaa cuman bercanda" lanjutnya seraya tersenyum.Alana menelan salivanya gugup. "A.. ada apa ya, Pak?" Shayne membungkukan badannya lalu mencondongkan kepalanya mendekati Alana, membuat gadis itu semakin merasa gugup dan tidak tahu harus berkata apa. "Siang nanti kita makan siang di pantry" bisik Shayne tepat di telinga Alana, dan jujur itu membuat Alana merinding kaena posisi pria ini yang benar-benar dekat dengannya, jika saja seseorang melihat posisi mereka ini, maka sudah dipastikan akan banyak gosip baru di Cullen. Shayne tersenyum tipis tepat di hadapan wajah Alana, melihat raut wajah gadis dihadapannya ini yang begitu gugup dan tegang satu lagi kedua pipinya tengah merona. Dia pun menjauhkan badannya dan membenarkan kembali posisinya. Sedangkan Alana, wanita itu masih terpaku di tempatnya dengan nafas yang sedikit lega. Segera wanita itu pun membenarkan posisinya kembali, dan satu lagi segera dia menetralkan kembali wajahnya yang tengah merona akibat ulah Shayne. Pintu lift berdenting menandakan mereka telah sampai di
Setelah acara kemarin, Dion tidak bisa diam begitu saja. Dia harus meminta maaf karena sudah menarik CEO perusahaan ini dan meragukan statusnya. Tetapi ini semua bukan sepenuhnya salah dia, karena sejak awal yang dia kenal adalah John, rekan sesama OB di perusahaan ini. "Awalnya gue yang takut dia terancam dalam pekerjaannya, dan sekarang malah pekerjaan gue yang sepertinya terancam" gumamnya seraya mondar mandir tidak jelas di pantry. "Hah.. tapi gimana gue minta maafnya!!" Dia masih merasa gelisah karena kecerobohannya pula. "Minta maaf pada siapa?" Tanya seseorang tiba-tiba yang membuat Dion terlonjak kaget. Dion membalikkan badannya melihat si pemilik suara, dan betapa terkejutnya dia kala melihat siapa yang menghampirinya ini. Dengan segera dia membukukkan badannya memberi hormat. "Selamat pagi, Pak Shayne!" Sapanya dengan begitu sigap. "Pagi.. Kenapa jadi formal gini, Yon?" Kata Shayne yang semakin membuat Dion merasa tidak tenang. Dia tersenyum lebar menunjukkan
"Dia bukan Tuan Shayne putra dari Tuan Harist, melainkan dia hanyalah seorang OB di Cullen ini!!" Ucap Mario tiba-tiba yang membuat semua orang membulatkan matanya tidak percaya. Disisi lain Clara menjentikkan jarinya seraya menatap Alana. "Ah.. kan, pantas aja dari tadi gue ngerasa nggak asing sama wajah dia, ternyata dia itu John" Alana terdiam sesaat seraya mencerna semua yang terjadi disini. "Apa benar dia Shayne bukanlah John, dan mungkin John itu hanya samarannya saja" batinnya. "Ya, dia itu adalah John salah satu OB kita" timpal Monica. Mario tersenyum sinis seolah merendahkan Erika. "Ternyata Nyonya Erika sangat licik, membayar seseorang untuk berpura-pura menjadi Tuan Shayne agar perusahaannya masuk dalam 4 besar" Erika membantah semua tuduhan Mario, karena itu tidak benar sama sekali. "Jangan mengatakan hal yang tidak saya lakukan, anda sudah memfitnah saya!" "Waah, lalu apa pembelaan anda tentang ini? Perusahaan anda itu tidak pantas untuk masuk ke dalam 4 be
Hari tersibuk bagi karyawan Cullen pun dimulai. Tepatnya sekarang acara besar Cullen sedang berlangsung. Salah satu gedung milih Cullen menjadi saksi betapa meriah, megah, dan mewahnya acara hari ini. Karangan bunga yang bertuliskan selamat sufah berjejer di halaman depan, mobil-mobil mewah pun sudah banyak yang terparkir. Para tamu undangan sudah banyak memenuhi gedung ini, dan salah satunya adalah Erika, ibunda Alana. Alana sendiri sedang sibuk bersama para rekannya untuk mengatur acata hari ini, ditengah kesibukkannya dia masih memikirkan cara untuk membantu perusahaan sang ibu agar memenangkan tender ini. Selain Ayra, dia pun menceritakan hal ini pada John beberapa hari lalu. Ntah mengapa dia bisa bercerita bebas dan lepar pada John, meskipun dia tahu John tidak akan bisa membantunya, karena dia hanyalah seorang OB di Cullen dan dia pun karyawa baru sama seperti dirinya, jadi John tidak memiliki koneksi dengan petinggi di Cullen. "Ok, dengarkan semuanya!" Suara Loren mengintru
"Mas John, serius mau traktir saya?" Tanya Alana kembali mematiskan. Ya.. saat di bus tadi John mengajak Alana untuk makan malam, dia beralibi ingin mentraktir Alana yang sudah bekerja keras untuk acara Cullen. "Serius dong, Mba. Masa saya bohong. Sekarang saya serahkan sama Mba Alana, mau beli makanan apa saja nanti saya yang bayar semuanya" Alana tersenyum mendengarnya. "Mas John, tapi gajihan masih lama loh, saya jajannya banyak tau" John tertawa renyah mendengarnya. "Badan sekecil ini makannya banyak juga. Tapi tenang, mau seberapa banyak pun saya tidak masalah" "Baiklah, kalau begitu kita makan mie ayam disana" tunjuk Alana pada sebuah gerobak mie ayam lengkap dengan tenda dan kursi disana. Saat ini mereka sedang berada disebuah taman yang jika malam hari akan menjadi tempat wisata kuliner. Banyak sekali para penjual kaki lima berjejer disini, banyak pilihan jika ingin makan malam disini dan masih banyak berbagai camilan juga disini tidak hanya makan berat saja.
Hari ini menjadi hari tersibuk bagi seluruh karyawan Cullen. Mereka tengah mempersiapkan untuk acara besar minggu ini. Tidak ada yang bisa beristirahat apalagi mereka yang menjadi panitia inti acara nanti. "Gais, saya minta perhatiannya sebentar!" Seru Bu Loren seraya menepukan tangannya. "Untuk yang tidak masuk dalam panitia inti saya minta kalian siapkan dan fokus pada semua proposal dan minta kepada departemen desain untuk segera mengirimkan desainnya pada kita, agar semuanya bisa selesai tepat waktu. Dan untuk Gladis, Clara dan Alana kalian sebagai panitia acara ikut saya meeting bersama Tuan Harist, sebelum keberangkatannya ke luar kota beliau meminta kita untuk meeting terlebih dahulu. Jadi, siapkan diri kalian karna 30 menit lagi Tuan Harist tiba di perusahaan" ucap Loren. Alana saling menatap dengan Clara, bagaimana tidak, mereka diberitahu saat 30menit menjelang meeting, sungguh membuat gila sekali rasanya. "Baik, Bu!" Jawab ketiganya. "Ok, siapkan apa saja yang harus di