"Raka tidak mau menikah dengan wanita lain mah!" ucap Raka dengan tegas pada sang mama
"Raka Alisia adalah gadis yang baik, dia cantik, berpendidikan dan juga karirnya bagus sangat cocok untuk kamu. " Ujar nyonya Karin kepada putra pertamanya tersebut.Kepulangan Raka kali ini ternyata malah membawa malapetaka baginya, ia tidak menyangka bahwa sang Mama menjodohkan dia dengan wanita lain yang sama sekali Dia tidak cintai. bahkan, dia tidak mengenal wanita itu dengan baik. Dari dulu, sang mama memang selalu hidup dalam kemewahan bahkan tidak pernah merasakan rasanya hidup susah. meskipun Raka tinggal dengan kedua nenek kakeknya Dia merasakan bahagia hidup sederhana di sebuah kampung karena dia merasakan arti sebuah keluarga yang sebenarnya.Semenjak kepergian sang papa untuk selamanya Raka merasa hidupnya telah hancur karena dia memiliki Mama yang sangat egois dengan mengambil keputusan sendiri dan selalu saja mengekang Raka apapun yang dia inginkan termasuk perihal jodoh.Terkadang, memang bukan tidak ingin menerima perjodohan yang dilakukan oleh mamanya terhadap beberapa perempuan yang dianggapnya akan menjadi pasangan terbaik untuk Raka namun, saat memilih jodoh mamanya yang mementingkan soal duniawi Karena wanita itu harus cantik dan setara status sosialnya dengan sang mama, sedangkan wanita yang begitu sangat dicintai oleh Raka adalah wanita yang sangat sederhana namun, dia membuat Raka merasa bahagia jika di dekatnya."Sudah lah kak terima saja lagian aku bahagia punya kakak ipar cantik, pintar dan berpendidikan." sahut Nasya adik tiri Raka yang kini sudah menginjak remaja."Jangan ikut campur! Kamu masih kecil!" sentak Raka pada sang Adik didepan mamanya."Stop!!! Jangan kasar sama Nasya dia adikmu, benar ko apa katanya coba sekali saja kamu dengarkan mama Raka semua ini demi kebahagiaan kamu. " pinta nyonya Karin pada putranya tersebut.Raka memang anak yang keras kepala dan juga sulit untuk menuruti keinginan dari sang Mama, dia sendiri merasa bahwa setelah kepergian ayahnya tidak ada lagi orang yang bisa dia percaya di rumah ini. Bahkan adiknya sendiri meskipun memang mereka tidak ada hubungan darah namun, Raka merasa bahwa perhatian sang Mama kini lebih terfokus pada keluarga barunya dan selalu menekan pada anak pertamanya."Tapi Raka sudah punya calon sendiri ma. " ucap Raka seketika menaruh penasaran sang mam dengan ucapan putranya tersebut."Oke seminggu lagi kamu harus kenalkan mama sama dia. " jawab sang mama menantang raka.Raka terpaksa mengatakan hal itu kepada mamanya karena dia tidak mau terus dipaksa dijodohkan dengan wanita yang sama sekali tidak dia suka. lagipula dia akan terus memperjuangkan Alina sebagai Cinta Pertama Dan terakhir dalam hidupnya meskipun dia sendiri tidak tahu, apakah Alina memiliki perasaan yang sama atau tidak. Untunglah mamanya memberikan waktu satu minggu. agar Raka bisa menemui sang Mama dengan calon istrinya dan dia berharap Alina mau melakukan itu karena kalau tidak Raka pasti akan dijodohkan oleh orang lain dan hal itu malah akan membuat Raka sulit bertemu kembali dengan Alina.***Di rumahnya, Alina terus memandangi wajah Raka yang begitu sangat lucu dia tidak pernah sedikitpun berkurang ketampanannya, dan Alina merasa menjadi wanita yang paling beruntung karena dia adalah satu-satunya orang yang paling dekat dengan Raka. padahal sejak kecil banyak sekali wanita yang ingin mendekati Raka namun, Raka sendiri adalah sosok pria yang sangat cuek dan tidak peduli dengan perasaan wanita namun bersama alina dia mengerti tentang arti sebuah persahabatan.Tiba-tiba fokus Alina terbagi ada suara pertengkaran di luar rumah yang membuat pendengarannya terganggu, dia langsung secepatnya keluar kamar dan menghampiri sang ibu Alina terkejut ketika melihat ibunya berlutut di hadapan seorang pria dan dia adalah mas Salim."Ibuuuu ayo bangun ada apa ini?"tanya Ali a penuh kebingungan."kamu mau apa kesini? bukankah aku sudah bilang aku menolak lamaranmu dan tidak mau menikah" ucap Alina menatap tajam pria bertubuh kekar itu."Alina Dzakiya kamu memang sangat cantik hingga aku terus menerus memikirkan kamu. " ujar pria itu sambil mencoba mendekati Alina, sementara sang ibu masih terus menangis."Jangan mendekat! Dasar pria tidak tahu malu pergi sana dari rumahku!" Tegas Alina menepis tangannya yang hampir saja menyentuh wajah Alina."Hahahaha sabar dong sayang jangan marah-marah, aku kesini hanya ingin menagih hutang sama ibumu senilai 20 juta. " pria itu menatap Alina dan ibunya.Sontak Alina sangat terkejut dengan ucapan pria yang memaksa untuk dijodohkan dengannya mungkin itulah alasan sang ibu, meminta alina untuk menikah dengan Mas Salim padahal bukan karena memang Mas salim adalah pria yang sangat baik, akan tetapi dia adalah pria yang sangat jahat dan juga lintah darat yang selalu memeras para orang-orang yang kurang mampu."Aku akan bayar hutang ibuku! Tapi beri aku waktu untuk melunasinya, aku janji. " pinta Alina pada Salim"Oke Alina sayang satu bulan cukup yah?"tanya Salim menatap dengan senyuman."Hah? Satu bulan terlalu cepat. "ucap kembali Alina terbelalak."Itu adalah waktu kamu melunasi hutang satu bulan! Kalau kamu tidak sanggup terpaksa kamu harus menikah dengan aku! " jawab Salim dan langsung pergi meninggalkan Alina dan juga ibunya.Alina mencoba untuk menenangkan sang ibu dalam dekapannya. untuk pertama kalinya alina berada dalam situasi yang sulit bagaimana dia bisa mendapatkan uang senilai 20 juta dalam waktu 1 bulan sedangkan gajinya di toko gamis pun itu tidak akan cukup menutup semuanya karena untuk keperluan sehari-hari saja dia masih merasa kurang."Alina maafkan ibu" ucap sang ibu mencium tangan Alina sambil menangis."Sudah yah Bu, ibu jangan khawatir aku janji akan melunasinya, ibu doakan aku yah biar bisa menemukan solusi." jawab Alina membuat ibunya tenang.Ini bukanlah hal mudah yang harus Alina hadapi karena di satu sisi dia tidak mungkin bisa menemukan pinjaman 20 juta dalam waktu 1 bulan dan jika memang dia tidak bisa melunasi hutangnya itu dia harus menerima perjodohan dengan laki-laki yang sama sekali tidak dia cintai bahkan, kini laki-laki itu adalah orang yang paling dia benci karena selalu saja menekan ibunya dengan hutang-hutang yang sangat banyak. Alina tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada sang ibu tentang apa yang terjadi dalam hidupnya karena dia tahu semua ibu hanya ingin yang terbaik untuk anaknya.Lagi pula, selama belasan tahun ibunya mengurus alina seorang diri membiayai sekolah Alina meskipun memang hanya sampai tingkat SMA dan Alina langsung bekerja setelah lulus. Namun hal itu sudah membuat alina bahagia karena ibunya tidak menyerah dalam menjalani kehidupan tanpa sosok suami di sampingnya.Alina mencoba untuk menguatkan dirinya dia pasti mampu melewati masa-masa sulit seperti ini demi senyum dari sang ibu.Setelah membawa sang ibu masuk ke dalam kamarnya juga beristirahat, Alina pun kembali masuk ke dalam kamarnya. dia menangis dengan sangat kencangnya, Alina mencoba membungkam mulutnya agar tidak ada siapapun tahu bahwa dia sedang menangis. Alina merasa kecewa dengan semua yang telah terjadi dalam hidupnya. sejak kecil, Alina merasa tidak pernah ada kebahagiaan yang hadir dia hanya ingin hidup tenang bersama sang ibu namun hal itu tidak akan pernah terjadi karena mau bagaimanapun akan ada orang-orang yang selalu saja membuat hidupnya hancur.Tok...tok...tok...Suara ketukan pintu dari luar rumah, Alina segera menyeka sudut matanya dan mencoba untuk menarik nafas panjang agar tidak ada orang yang tahu dia habis menangis, dia pun perlahan menuju arah depan rumah dan membuka pintu ternyata itu adalah Raka. Raka sudah kembali dari Jakarta dia tersenyum kepada Alina, namun Raka seperti merasa apa yang sedang dirasakan oleh sahabatnya Alina. Raka pun mencoba untuk berbicara berdua dengan
Waktu terus berlalu dan hari pun terus berganti tidak terasa ini sudah hari ketiga. Alina semakin bingung hingga sampai dengan detik ini dia masih belum bisa mencari pinjaman kemanapun bahkan dia tidak bisa bercerita apapun pada Raka.Hari ini Alina mulai masuk bekerja, dan seperti biasa Raka selalu saja menunggu Alina di depan rumah dia selalu siap sedia untuk menjaga Alina kapanpun sejak dulu dan sejak masih sekolah Raka tidak pernah berubah sedikitpun."Alina apa aku boleh bicara sesuatu?" Tanya Raka menatap Alina."Nanya apa?" Tanya Alina kemnbali"Kamu mau bantu aku tidak?" Tanya Raka semakin membuat Alina penasaran."Tentu saja bantu apa?"jawab Alina dengan semangat "Mau jadi calon istriku?" Jawab Raka seketika membuat alina terkejut."Hah? Kamu serius? Sudah dong Raka jangan bercanda" ujar Alina tidak percaya."Aku serius tapi hanya pura-pura." jawab Raka tersenyum pada Alina."Aku janji apapun yang kamu mau aku kabulkan" pinta Raka seketika membuat alina terdiam Karena dia pi
Apa yang dikatakan Arumi rekan teman kerjanya rasanya seperti hal yang sedang terjadi antara Raka dan juga Alina. Alina penasaran apakah selama ini Raka pernah mempunyai perasaan terhadap wanita lain sehingga dia enggan sekali dijodohkan dengan wanita pilihan dari orang tuanya. Padahal dari cerita Raka Alina tahu bahwa wanita itu memiliki paras wajah yang cantik dia juga mapan seperti Raka bahkan dia memiliki pendidikan yang sangat tinggi salah satu contoh pasangan yang ideal di seharusnya Raka malah menghindar bahkan meminta dirinya untuk menjadi calon istri pura-pura Raka."Kamu tuh nanya lagi buat diri sendiri ya Alina?" Tanya Arumi membuat Alina gugup."Bukan kok sumpah." jawab Alina mengangkat kedua jarinya."Aku mau tanya deh sama Alina, Kamu dan Raka sudah berteman cukup lama dan aku juga sering lihat dia selalu mengantarkan dan menjemput kamu ke tempat kerja memang selama ini kamu tidak memiliki perasaan apapun sama Raka? "Tanya Arumi sedikit penasaran dengan kisah cinta Raka
Sesampai di rumah Alina dan Raka terkejut ketika melihat sang ibu keluar dari rumah sambil menangis. Lagi-lagi mas Salim terus saja menekan ibunya padahal, Alina sudah berusaha keras untuk memberikannya penjelasan agar bisa melunasi hutang dalam 1 bulan ke depan namun ternyata pria itu malah mengingkarinya dia dengan mudah membiarkan ibunya Alina menangis di hadapan orang banyak.Alina pun langsung turun dari mobil Raka dan tanpa basa-basi langsung memeluk ibunya dengan erat menghadapi pria bertubuh besar tersebut yang menatapnya sangat tajam. Alina tidak pernah takut kepada siapapun saat dia harus membela sang ibu karena baginya kebahagiaan ibunya selama ini adalah salah satu hal yang paling berarti dalam hidupnya. selama ini sang ibu tidak pernah merasakan kebahagiaan setelah kepergian ayahnya yang memutuskan untuk memilih wanita lain dibanding istrinya sendiri. sejak saat itu, Alina berjanji untuk akan terus menjaga sang ibu dari siapapun yang ingin menyakiti dirinya."Aku sudah b
Alina bangun lebih pagi dari biasanya dia segera menyiapkan sarapan untuk sang ibu. karena dia tahu wanita yang sedang tidur di sampingnya itu sangat terluka atas kejadian semalam. Alina terus saja menatap dirinya di masa lalu saat di mana sang ayah memutuskan untuk meninggalkan dia dan juga ibunya pergi bersama wanita yang menjadi selingkuhannya bahkan menelantarkan Alina dan ibunya. Kini hal yang paling berharga dalam hidup alina hanyalah sang Ibu tidak ada lagi sumber kekuatan yang Alina bisa dapatkan jika dia kehilangan ibunya usia sang Ibu memang tidak lagi muda maka seringkali Alina merasa menyesal selalu saja menolak apapun permintaan dari sang ibu."Alina. "ucap sang ibu menggenggam tangan putrinya Alina menyeka sudut matanya, sang Ibu tidak tahu bahwa dia habis menangis dan memiliki masalah dengan Raka, Alina tidak ingin jika semuanya malah semakin rumit karena dia tahu ibunya begitu sangat menyayangi Raka seperti anaknya sendiri."Tadi baru aja aku mau bangunin Ibu karena A
Alina akhirnya telah menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu, dia terus menatap jendela keluar toko ternyata memang Raka sama sekali tidak mencoba untuk mengganggunya. Dia pun melihat layar telepon tidak ada satupun panggilan masuk atau pesan dari Raka entah mengapa hal itu malah justru membuat alina khawatir apa mungkin memang terjadi sesuatu pada Raka. Alina pasti akan menjadi orang yang paling menyesal dalam hidupnya jika memang Raka mengalami sesuatu di saat hubungannya bersama Raka sedang tidak baik-baik saja."Hmmm... Pasti kamu tuh lagi mikirin Raka Ya karena dari pagi dia tidak ada datang ke sini Aku cuman mau bilang sama kamu Alina aku memang tidak kenal dekat dengan kamu tapi aku cuman mau bilang kalau Raka memang pria yang sangat baik dan kamu pasti akan menyesal kalau kehilangan dia. "ucap Arumi sambil menggenggam tangan Alina. dia berharap bahwa Alina akan mulai luluh dengan kata-katanya. Terlebih teman kerjanya itu sangat tahu bagaimana perasaan alina yang sebena
"Aku gugup apa orang tuamu akan menerima aku?" Tanya Alina penuh khawatir."Kamu tenang saja yah Alina mama pasti akan langsung suka sama kamu aku yakin," jawab Raka dengan senyuman.Senyuman itu selalu saja membuat Alina luluh, padahal Alina sangat takut jika Raka dan keluarganya tidak akan mau menerima dia terlebih setelah tahu jika orang tua Alina sudah lama bercerai. Latar belakang keluarga yang kurang baik, sangat berpengaruh terhadap pandangan orang tua dari pihak laki-laki meskipun memang Alina tahu, ini hanyalah sebuah pura-pura tapi entah mengapa tetap saja jika suatu saat nanti Alina dihadapkan pada sebuah pernikahan di mana dia harus bertemu dengan pihak keluarga dari pasanganmu apakah mungkin mereka akan menerima Alina dengan ikhlas. Tanpa harus membahas status ekonomi Alina ataupun latar belakang dari keluarganya.Tiba-tiba saja Alina termenung memandang setiap jalan yang dia lalui menuju rumah Raka, dia membayangkan adik saja dulu keluarganya utuh bahkan sang ayah tidak
Alina duduk disamping Raka semua terasa canggung, karena Alina sendiri masih belum bisa merasakan bahwa orang tua Raka memang setuju jika anaknya menjalin hubungan dengan Alina."Papah kemana ma?"tanya Raka sambil mengambil sebuah piring untuk Alina."Biasa masih sibuk dikantor, tapi mama sudah bilang ko bahwa kamu akan membawa calon istrimu kerumah," jawab sang mama."Oh iya Alina, kamu lulusan apa? Dari universitas atau institut mana?" Tanya nyonya Karin menatapnya."Aku lulusan SMA Tante dan setelah lulus bekerja di toko gamis daerah Bogor," jawab Alina sembari menunduk."Terus mama papa kamu punya bisnis apa? Atau bekerja mungkin,"Tanya kembali nyonya Karin penasaran."Maaf Tante ibu saya hanya buruh dan ayah saya dia sudah meninggal 17 tahun lalu." jawab Alina terpaksa berbohong kepada orang tua Raka karena dia tidak mau jika semua orang tahu tentang kelakuan dari sang ayah yang begitu sangat jahat telah menyakiti ibunya dan menyia-nyiakan anak perempuannya."Oh anak yatim yah, s