Share

MAAF, NAK

“Mas Danu selingkuh, Ma,” ucap Rena tertunduk di depan Bu Siti – ibu mertuanya.

“A-Apa?” 

Bu Siti terperanjat, berharap perkataan yang baru saja ia dengar hanyalah bualan belaka.

“Mas Danu selingkuh dan wanita selingkuhannya sedang hamil sekarang.” 

“Kamu enggak bohong, kan?”

Rena menggeleng. “Mereka sudah mengakui semua, bahkan tanpa aku tanya.”

“Astaga, Danu! Memalukan sekali!”

Wanita yang masih terlihat cantik meski hampir memasuki usia senja itu terlihat frustasi. Ia tahu sebuah perselingkuhan apa lagi sampai menghamili anak orang adalah perbuatan yang sangat fatal. Mereka yang berbuat, orang lain yang merasakan sakitnya.

“Aku sudah menggugat cerai Mas Danu, Ma, maaf baru bilang sekarang. Aku benar-benar sedang tak bisa berpikir jernih. Apalagi selingkuhan Mas Danu adalah Vani.”

“Vani sepupu kamu?” tebak Bu Siti.

“Iya, Ma.”

“Benar-benar keterlaluan dia! Tega-teganya dia merusak rumah tangga saudaranya sendiri. Dasar wanita tak tahu malu! Meskipun dia mengandung anak Danu, sampai kapan pun aku tak mau menganggapnya cucu.” 

“Jangan seperti itu, Ma, anak itu tak bersalah. Lagi pula semua itu bukan murni kesalahan Vani, Mas Danu juga bersalah.”

“Laki-laki itu ibarat kucing, Ren. Dia enggak akan nolak kalo disuguhi ikan. Pantas saja akhir-akhir ini Danu selalu buru-buru kalo mengantar Hana dan Hafiz ke sini, punya mainan baru ternyata dia.”

Rena mengembuskan nafas kasar. Memang Danu itu ibarat kucing, tapi kucing liar, meskipun sudah kenyang di satu rumah, tetap saja mencari makan di rumah yang lain.

“Kamu baik-baik saja kan, Ren?” tanya Bu Siti terlihat khawatir.

Rena mengangguk. Meski terus bersikap kuat dan biasa saja, tapi tubuh Rena sedikit mengurus setelah menghadapi masalah ini. Ia sering kurang tidur dan tak berselera makan saat mengingat perbuatan Danu dan Vani. Meski begitu, ia tetap memperhatikan penampilan agar tetap terlihat bahagia di tengah masalah yang menderanya.

“Kalo nanti aku bercerai dengan Mas Danu, tolong jangan benci aku ya, Ma. Meski kita sudah tak berstatus sebagai keluarga, aku mohon tetap anggap aku sebagai anak.” Rena memohon.

“Apa sudah tak bisa diperbaiki lagi, Ren? Demi anak-anak mungkin?” tanya Bu Siti Ragu.

“Enggak, Ma. Aku sudah tak bisa memaafkan kesalahan Mas Danu. Aku akan mencari kebahagiaanku sendiri, Ma. Jika Hafiz dan Hana mau, aku akan membawa mereka berdua, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membesarkan mereka tapi jika mereka memilih tinggal bersama Mas Danu, itupun tak masalah. Mereka bukan barang yang bisa diperebutkan karena suatu saat nanti mereka bisa memilih sendiri di mana tempat ternyaman untuk tinggal. Aku yakin Mama juga akan membantuku.”

“Pasti, Nak. Mama pasti akan membantumu. Mama juga akan melakukan hal yang sama jika berada di posisimu. Mungkin tak setegar kamu, tapi sebuah pengkhianatan memang sulit dimaafkan.”

“Terima kasih, Ma.” Rena mengambur ke pelukan  wanita yang sebentar lagi tak menyandang gelar sebagai ibu mertuanya. Ia tahu jika Bu Siti tak akan membenarkan perbuatan Danu meski lelaki itu adalah anak kesayangannya.

“Besok cari suami yang lebih ganteng dan kaya dari pada Danu ya, Nak,” celetuk Bu Siti yang terus membelai rambut Rena.

“Maksudnya, Ma?” 

“Biar Danu menyesal udah mengkhianati kamu.”

Nah, yang anak Bu Siti sebenarnya siapa? Benar-benar mertua langka.

**

“Pacarmu masuk rumah sakit, tuh!” ucap Rena yang baru saja masuk ke dalam rumah.

Danu yang sedari tadi asyik bermain ponsel hanya melirik sekilas kemudian kembali fokus pada game di tangannya.

“Jangan cuma mau enaknya doang, tapi sakitnya enggak mau tahu,” sindir Rena.

“Diam Rena! Iya aku salah, tapi apa harus terus-terus disindir seperti itu?”

“Tenang saja, aku akan berkemas sekarang dan segera pergi. Jadi setelah ini kamu tak akan mendengar sindiranku.”

“Ini rumahmu, Rena, rumah kita.” 

“Ini rumah pemberian orang tuamu, Mas. Aku tak pernah merasa membangun apalagi memiliki. Aku datang hanya membawa tubuh, jadi seperti itu pula aku akan keluar. Tenang saja, setelah ini kamu bisa membangun lagi keluargamu dan membesarkan anakmu di sini bersama Vani.”

“Rena, Jaga mulutmu!” pekik Danu.

Alih-alih takut dengan wajah garang Danu, Rena malah mendekat dan segera membekap mulut lelaki itu saat melihat sepasang mata tengah menatap tajam pada mereka berdua. Anak laki-laki yang kini diam berdiri sambil berkacak pinggang itu seketika membuat Rini dan Danu salah tingkah.

“Ada apa, Nak? Lapar, ya?” tanya Rena dengan suara lembut.

“Sudah main dramanya? Enggak capek tiap hari pura-pura bahagia?” tanya Hafiz serius.

“Maksud kamu apa, Nak? Kami memang bahagia, ya enggak, Ma?” Danu merangkul tubuh Rena dan mencium pipinya sekilas.

Rena mendelik menatap tajam Danu yang baru saja memberikan serangan mendadak. 

“Dasar Buaya!” batin Rena.

“Mama sama Papa pikir aku tak tahu kalo kalian akan bercerai?” 

Perkataan Hafiz membuat wajah dua orang dewasa di depannya seketika menegang. Rena segera melepaskan diri dari Danu dan bergegas menghampiri Hafiz.

“Aku sudah besar, Ma. Aku tahu semua yang terjadi di rumah ini. Papa pacaran sama tante Vani lalu mama meminta cerai, kan? Telingaku masih sangat sehat untuk mendengar semua pertengkaran kalian di dalam kamar,” jelas Hafiz.

“Maafkan mama, Nak.”

“Tak perlu berpura-pura kuat, Ma. Aku tahu wajah mama bengkak setiap pulang kerja. Aku juga tahu mama tak pernah berselera makan. Terima kasih sudah selalu kuat di depan kami, tapi mulai sekarang kalian tak perlu melakukan itu lagi.”

“Maafkan Papa juga.” Danu ikut mendekat.

“Sekarang juga antar kami ke rumah nenek. Jangan temui aku dan Hana jika masalah kalian belum selesai. Kami tak mau mempunyai orang tua yang harmonis tapi hanya pura-pura.” Hafiz melangkah pergi. Ia beranjak masuk ke dalam kamar menggandeng Hana yang ternyata bersembunyi di balik pintu.

Rena dan Danu hanya terdiam melihat keduanya menghilang dibalik pintu kamar. Semuanya sudah terbongkar sebelum mereka sempat diberi pengertian. Mereka yang tak berdosa pun ikut menanggung sakit dari perbuatan buruk yang dilakukan orang tuanya.

Maafkan orang tua kalian yang egois, Nak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status