Share

RONGSOK

Penulis: Putri putri
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-02 00:28:10

Rena mengembuskan nafas lega saat tumpukan berkas di meja telah diangkut ke ruang atasannya. Setelah meregangkan badan sebentar ia kembali duduk sembari mengecek ponselnya yang sejak tadi sama sekali tak tersentuh. Pekerjaannya sebagai petugas analisa kredit di sebuah bank pembiayaan yang sedang berkembang cukup menguras tenaga dan pikirannya. Terkadang ia sampai harus lembur jika banyak nasabah yang mengajukan pinjaman.

Semenjak keadaan keluarganya tak baik-baik saja, Rena lebih senang berlama-lama di kantor meski pekerjaannya telah selesai. Terkadang demi mengulur waktu, ia memilih nongkrong di cafe depan kantor dari pada harus pulang cepat dan terus melakukan sandiwara sebagai pasangan romantis di depan anak-anaknya.

Rena tersenyum getir saat melihat foto-foto kebersamaannya dengan Danu yang telah tersimpan lama di ponselnya. Lebih dari seribu foto sejak pacaran, menikah, melahirkan Hafiz hingga Hana semua tersimpan rapi di folder yang ia beri nama ‘sweet family’. Namun tak lama kemudian Rena mencentang banyak foto berisi bergambar dirinya dan Danu lalu menekan gambar tempat sampah.

“Tempatmu memang seharusnya di situ,” gumam Rena yang merasa puas dengan tindakannya.

Rena kembali menatap foto-foto di ponselnya yang kini hanya berisi gambar kedua anaknya. Ia tak bisa membayangkan bagaimana perasaan mereka jika tahu sebentar lagi orang tuanya akan berpisah. Mereka adalah korban sebenarnya dari keegoisan dan perbuatan orang tuanya.

Dulu Rena merasa sebagai wanita paling beruntung di dunia karena diperistri oleh Danu. Ditinggalkan sosok ibu sejak kecil membuat perjalanan hidupnya banyak melalui kerikil tajam. Hidupnya semakin lontang-lantung saat ayahnya menikah lagi dan ia terpaksa hidup berpindah-pindah menumpang dari satu saudara ke saudara yang lain karena tak pernah kerasan tinggal bersama ibu tirinya.

Hidup Rena sedikit tenang saat ia telah bekerja dan bisa membiayai hidupnya sendiri. Ia juga memilih damai dengan keadaan dan memutuskan tinggal bersama ayah dan ibu tirinya. Hal itulah yang menjadi awal kedekatannya dengan Vani. Bak upik abu bertemu pangeran, hidup Rena semakin sempurna setelah menikah dengan Danu dan dikaruniai dua orang anak. Memiliki suami pengertian, mertua baik, pekerjaan bagus, rezeki lancar serta anak-anak yang tumbuh sehat membuatnya merasa tujuan hidupnya telah tercapai. Hingga sebuah cobaan besar menghadang dan meluluhlantakkan semuanya dan kisah upik abu dan pangeran tak akan berakhir bahagia.

“Kamu belum pulang, Ren?” tanya Shela yang berhasil membuyarkan lamunannya.

“Iya, sebentar lagi.” 

“Gimana keadaan Vani? Katanya dia dibawa ke rumah sakit malam tadi.” 

“Oh, ya. Kok aku enggak tahu, ya.” Rena sedikit terkejut karena malam tadi Danu tetap tenang di rumah.

“Kasihan, Vani. Pacarnya kelihatannya enggak ada itikad baik buat tanggung jawab, dia menghilang setelah menghamili anak orang.”

“Lebih kasihan lagi istri sah dan anak-anaknya punya suami dan ayah berkelakuan bejat seperti pacar Vani,” timpal Rena sebelum beranjak pergi.

Rena merasa mungkin sudah saatnya semua berakhir ,ia sudah tak tahan dengan sikap Danu yang seolah ingin lari dari kenyataan. Anggap saja perbuatan Danu dan Vani sebagai pemicu namun yang Renalah yang akan menghancurkan semuanya. Rumah yang telah retak bisa kapan saja roboh dan menyakiti penghuninya. Tapi akan lebih baik dirobohkan sebelum ada yang benar-benar terluka.

**

“Bagaimana keadaan Vani?” tanya Rena pada lelaki yang setiap sore membuntutinya. Entah ia pulang awal atau malam, Hendri yang merupakan adik kandung Vani pasti sudah menunggunya.

“Ya kayak orang hamil.” Hendri menyulut rokok dimulutnya lalu mengembuskan asapnya ke atas.

“Kamu yang bawa ke rumah sakit?”

“Siapa lagi? Danu di telepon enggak di angkat.”

Rena memijit pelipisnya, tenaga dan pikirannya benar-benar terkuras untuk mengurusi hal yang menurutnya sangat tidak penting. Bukan sok peduli dengan Vani, tapi sejak awal tujuan utamanya adalah menyatukan dua orang yang telah mengkhianatinya agar mereka tahu jika tak semua korban perselingkuhan lemah dan hanya bisa menangis.

“Masih berpura-pura mesra? Awas kebobolan!” Hendri tertawa mengejek.

“Sory, ya! Kami sudah tak saling bersentuhan.”

Hendri adalah orang yang pertama kali melaporkan perbuatan bejat kakaknya dengan Danu. Ia berhasil mengambil beberapa foto syur dan  menyadap WA Vani guna mencari barang bukti sebelum melaporkan pada Rena. Semua itu ia lakukan karena merasa kasihan pada Rena yang telah ia anggap sebagai kakaknya sendiri juga menjaga harga diri Vani, kakak kandungnya. 

Sebenarnya Hendri dan Rena telah intens bertemu untuk membahas cara membongkar perselingkuhan Vani dan Danu sebelum Vani mengakui sendiri perbuatannya. Selain itu Hendri juga telah bersedia menjadi saksi dalam proses perceraian Rena. 

“Apa rencanamu selanjutnya?” tanya Hendri.

“Kamu kepo, deh! Tau enggak kalo orang-orang nanti tahu suamiku selingkuh sama Mbakmu dan kita sering bertemu dan jalan berdua seperti ini, pasti mereka mikir aku lagi balas dendam dengan cara menggaet kamu.”

“Lalu apa masalahnya?”

“Masalahnya kamu brondong, masih bau ingus! Masa jalan sama calon janda anak  dua? Dikira pedofil aku.”

“Kamu itu enggak gaul, Mbak. Zaman sekarang janda semakin di depan. Dari pada punya pacar cewek cabe-cabean, mending cari janda yang pengalaman.” Hendri mengedip-ngedipkan matanya.

“Dasar, sinting!” Keduanya tertawa bersamaan.

Banyolan Hendri memang selalu bisa membuat Rena melupakan sedikit masalahnya. Meski memiliki selisih umur hampir lima tahun di bawah Rena, namun kata-kata Hendri selalu bisa memberikan sedikit ketenangan di hati dan pikiran Rena.

“Bagaimana dengan Hafiz dan Hani?” 

Pertanyaan Hendri seketika membuat senyum di wajah Rena menghilang. 

“Ada nenek dan kakeknya,” jawab Rena  spontan.

Selama ini Hafiz dan Hani memang lebih banyak diasuh oleh orang tua Danu. Mereka yang sudah memasuki masa pensiun sangat senang jika dititipi kedua cucunya, itulah mengapa Rena masih tetap bisa bekerja dan tak perlu memperkerjakan asisten rumah tangga atau pengasuh anak. Apalagi dengan jarak rumah yang tak terlalu jauh.

“Kamu tega?” 

“Tidak ada seorang yang tega meninggalkan anaknya, aku sudah meminta Mas Danu untuk tak meributkan soal hak asuh anak karena keduanya adalah tanggung jawab bersama.”

Hendri hanya mengangguk.

“Anggap saja semua ini adalah takdir mereka sebagai produk gagal sebuah keluarga. Aku pun dulu pernah dalam posisi itu dan nyatanya bisa hidup sampai sekarang. Sulit memang karena ibu meninggalkanku untuk selamanya. Akan lebih berbahaya jika mereka dipaksakan hidup bersama dengan orang tua yang hubungannya tak jelas.”

Hendri tersenyum melihat wajah Rena yang kini lebih tegar dibanding hari sebelumnya.

“Berarti sudah siap kehilangan semuanya, dong?” 

“Enggak ada yang hilang, memang sengaja dibuang. Suami tukang selingkuh itu ibarat barang rongsokan, biar saja dia dipungut sama orang yang membutuhkan.”

“Kalo tukar tambah gimana?” sahut Hendri.

“Maksudnya?” Rena menyipitkan matanya.

“Ya barang rongsokan itu ditukar dengan barang baru dengan fungsi yang sama.”

Dasar, stress!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MAAF, AKU SELINGKUHAN SUAMIMU, MBAK   EKSTRA PART 2 ( TAMAT)

    “Ka-Kamu hamil? Hamil anak siapa?”Bagaikan tersambar petir, pertanyaan itu berhasil meruntuhkan hati Rena. Bertahun-tahun mendamba dengan sebuah keyakinan jika keturunan mutlak pemberian Tuhan, tapi saat permintaannya dikabulkan, Huda seakan tak mempercayai jika janin dalam kandungan Rena adalah darah dagingnya.“Anak jin,” jawab Rena sinis.“Mak-Maksudku, bukankah aku mandul.”“Ya, kamu memang mandu dan tak mungkin bisa menghamiliku!”Rena melempar kasar benda pipih ditangannya. Entah keyakinan apa yang selama ini bercokol di kepala Huda jika nyatanya kini ia tak bisa menerima kebesaran dan kekuasaan Tuhan karena nyatanya semua yang Huda perjuangkan selama ini hanya untuk menutupi kekurangannya saja. Ia tak terima dianggap mandul karena setiap orang melihatnya sebagai lelaki sempurna.“Kamu mau kemana? Bukankah kita bisa tes DNA dulu untuk membuktikan itu anak siapa? Kalo benar itu anakku, tentu aku akan menerimanya,” ucap Huda saat melihat Rena memasukkan bajunya ke dalam koper.“

  • MAAF, AKU SELINGKUHAN SUAMIMU, MBAK   EKSTRA PART (ANUGRAH)

    “Sah.”Suara itu menggema di pengeras suara diikuti dengan lantunan doa yang mengiringi kebahagiaan dalam suasana haru di rumah Bu Rahmi yang saat ini sedang dilaksanakan akad nikah Zain dan Tania.Acara yang bisa terbilang sederhana malah membuat suasana terasa lebih sakral. Tak ada dekorasi megah, hanya hiasan bunga-bunga berwarna putih serta pita-pita yang terpasang hampir di setiap sudut area rumah. Atas kesepakatan keduanya, Zain maupun Tania hanya mengundang beberapa keluarga serta teman terdekat yang seluruhnya tak lebih dari lima puluh orang. Meski begitu Bu Rahmi serta Rena tetap mempersiapkan semuanya dengan sangat baik dan teliti. Keduanya ingin Zain dan Tania tetap berkesan di hari pernikahannya.“Selamat, Sayang.” Bu Rahmi tersenyum lalu memeluk Zain.“Terima kasih, Ma. Terima kasih untuk semuanya.” Zain membalas pelukan Ibu angkatnya.Bu Rahmi tak menyangka bisa setulus ini mengurus anak yang tak lain adalah hasil dari perselingkuhan suaminya. Ia ingat betul saat pertama

  • MAAF, AKU SELINGKUHAN SUAMIMU, MBAK   AKHIR

    “Mas Danu! Jangan tinggalin aku, Mas! Lihat, anak kita sebentar lagi lahir,” teriak Vani sembari terus mengguncangkan tubuh Danu.“Sudah, Sayang. Danu sudah tenang. Ikhlas, Nak, ikhlas.” Bu Siti terus menenangkan menantunya.Memang bohong jika mulutnya terus meminta Vani untuk ikhlas sedangkan hatinya sendiri terus menjerit tak terima dengan keadaan ini. Perpisahan yang paling menyakitkan adalah kematian, karena saat itu terjadi tak akan ada hal yang dapat mengobatinya rasa rindu yang suatu saat nanti dirasakannya. Namun jika Tuhan sudah berkehendak kita bisa apa?Danu terlibat kecelakaan lalu lintas saat perjalanan pulang. Tubuh yang lelah dan pikiran tak karuan membuatnya tak fokus hingga motor yang dikendarainya hilang kendali setelah menyerempet sebuah truk. Meski langsung dibawa ke rumah sakit, namun dokter menyatakan nyawanya tak tertolong.“Bangun, Mas! Aku janji enggak akan minta apa-apa sama kamu lagi. Maafin aku, Mas.” Vani terus berteriak.Andai saja tadi ia tak berbicara m

  • MAAF, AKU SELINGKUHAN SUAMIMU, MBAK   JALAM HIDUP DANU (PERCUMA MENYESAL)

    “Kok mukamu pucat? Kamu sakit? Apa berantem sama Vani?”Danu hanya menggeleng. Niat hati ingin mencari ketenangan di luar rumah, perasaannya malah semakin tak jelas setelah bertemu dengan Rena barusan. Bagaimana tidak, bayangan wajah Rena kali ini benar-benar melekat dikepalanya. Ada perasaan tak rela saat ia melihat wanita itu tersenyum dan tertawa pada lelaki lain di depan matanya. “Woy! Ngelamun aja!” sentak lelaki yang duduk di depan Danu.“Apaan, sih?” “Kamu nyuruh aku datang ke sini, malam-malam ninggalin anak istri Cuma buat liatin kamu melamun?” geram lelaki bernama Bagas itu.“Sory, aku tadi ketemu Rena sama suaminya dan kamu tahulah apa yang aku rasakan saat ini,” ujar Danu.“Basi tau, enggak? Ingat, kamu itu udah punya Vani dan Rena hanyalah masa lalumu, dia sekarang udah bahagia ditangan lelaki yang tepat. Siapa suruh dulu main-main, sekarang rasakan sendiri akibatnya!”Bagas memang tahu sejarah hubungan Danu dan Rena sejak awal. Sebagai sahabat sekaligus Rekan kerja Dan

  • MAAF, AKU SELINGKUHAN SUAMIMU, MBAK   JAlAN HIDUP DANU (Rindu terlarang)

    Danu mengusap wajahnya kasar, sudah hampir satu tahun ini usahanya menurun drastis. Memang benar kata orang jika beda istri beda rezeki nyata adanya. Meski ia dan Rena telah berdamai namun bukan berarti ia tak merindukan wanita masa lalunya serta semua kehidupannya dulu. Vani memang tak kalah perhatian dibandingkan Rena, namun tetap saja semua itu terasa berbeda.Hari ini dua toko retailnya berhenti beroperasi. Usaha yang ia rintis bersama Rena dulu untuk jaga-jaga di masa tua kini sudah tak ada lagi. Tentu saja hal itu sangat berdampak pada pendapatannya yang semakin hari semakin berkurang.“Mas, kapan kita membeli perlengkapan anak kita?” tanya Vani. “Besok, ya. Aku belum ada waktu.”Saat ini usia kandungan Vani sudah mencapai tujuh bulan, hal itu membuat keduanya harus mulai mencicil membeli perlengkapan bayi serta menabung untuk biaya persalinan. Danu ingat betul saat dulu setiap Rena mengandung entah saat Hana maupun Hafiz rejekinya selalu mengalir deras. Belum lagi Rena yang

  • MAAF, AKU SELINGKUHAN SUAMIMU, MBAK   PASRAH

    “Tak usah datang jika hanya untuk menertawakanku.”Langkah Zain dan Huda terhenti saat lelaki tua itu bersuara. Meski belum menampakkan wajah, keduanya tahu jika Ayahnya telah mengetahui kedatangan mereka.“Apa kalian juga menginginkan nyawaku? Bukankah kalian telah puas menghancurkanku?” Lagi-lagi suara berat itu terdengar.“Kami datang dengan maksud baik. Jika saja bukan Huda yang memaksa, aku tak akan pernah mau melangkahkan kaki ke tempat ini seumur hidupku,” jawab Zain.Lelaki berperawakan kurus itu kemudian berbalik. Bagaimanapun ia bersembunyi, nyatanya kedua lelaki yang tak lain adalah darah dagingnya kini datang bersamaan untuk menemuinya. Kedua anak yang dulu ia telantarkan dan kini telah berhasil menghancurkannya.“Mau apa kalian?” tanya Pramono.Zain menoleh ke arah Huda yang kini tengah memandang tajam lelaki yang baru saja dipanggilnya dengan sebutan Ayah. Zain tahu jika Huda pasti punya kenangan tersendiri dengan lelaki tua itu, tak seperti dirinya yang ditinggalkan sej

  • MAAF, AKU SELINGKUHAN SUAMIMU, MBAK   BERUSAHA

    “Ini Tania, calon istri Zain.”Bu Rahmi memindai penampilan wanita yang berdiri di hadapannya. Ia tak habis pikir jika Zain jatuh hati dengan wanita berpenampilan sederhana sama seperti Huda. Melihat penampilan Tania untuk pertama kali, Bu Rahmi seolah mengingat bagaimana pertemuan pertamanya dengan Rena. Wanita yang kini menjadi anak perempuan kesayangannya itu bahkan terlihat lebih sederhana dari penampilan Tania saat ini yang mengenakan blus berwarna peach dipadukan dengan kulot berwarna hitam.“Tania ini Mamaku, Mama Rahmi.” Zain memperkenalkan.“Halo, Tante, saya Tania.” Tania meraih tangan Bu Rahmi dan menciumnya.Sejak menapakkan kaki di pelataran rumah yang ditinggali Zain, Tania memang sibuk menata hati dan sikap agar tak terlihat memalukan di depan calon mertuanya. Meski Bu Rahmi bukan Ibu kandung Zain, namun Tania tahu jika wanita itu adalah seseorang terpenting dalam hidup lelaki yang sebentar lagi akan menikahinya.“Panggil Mama saja. Ayo silakan duduk, mama udah nunggu k

  • MAAF, AKU SELINGKUHAN SUAMIMU, MBAK   MEMBINGUNGKAN

    “Sayang, kata temenku ada seorang tabib yang bisa mengusahakan pasangan yang belum memiliki keturunan, bagaimana kalo kita ke sana?” ucap Huda setelah memosisikan diri berbaring di samping Rena.“Enggak usah aneh-aneh deh, Mas. Udah berkali-kali aku bilang, aku udah bahagia dengan hidup kita sekarang.” Rena meletakkan ponselnya lalu memiringkan tubuhnya menghadap suaminya.“Tapi selama ini kita belum pernah konsultasi, kan? Siapa tahu setelah sama kamu aku bisa punya anak.”“Mas! Cukup!” Rena meninggikan suaranya namun sesaat kemudian ia terdiam.Sebenarnya Rena sangat malas membahas semua ini, sejak awal menikah ia tak terlalu memikirkan ada atau tidaknya anak di antara ia dan Huda. Di tambah lagi dengan kondisi suaminya yang sudah ia tahu sejak awal, Rena sudah sangat pasrah dan siap jika di antara mereka memang tak akan pernah ada anak lagi. Rena bahkan sempat berpikir untuk melakukan KB steril agar kondisinya sama dengan Huda.“Maaf, tapi jujur saja aku masih berharap bisa mempuny

  • MAAF, AKU SELINGKUHAN SUAMIMU, MBAK   PENUH KEJUTAN

    “Terima kasih.”Zain melirik pada wanita yang kini duduk di jok sebelahnya. Satu tangannya terus memegang tangan Tania sedangkan tangan yang lain memegang kemudi. Sesekali ia melempar senyum pada wanita yang sering kali mengenakan kostum berwarna hitam. “Kita mau kemana?” tanya Tania sedikit bingung saat mobil yang Zain kendarai memasuki area rumah sakit dipinggir kota.“Ketemu Ibuku,” jawab Zain.Tania hanya mengangguk, ia sudah tahu jika lelaki yang baru saja melamarnya itu ingin membagi kebahagiaannya pada wanita yang melahirkannya. Tania terus memandang wajah Zain yang tengah serius menyetir sembari mencari tempat parkir. Ia tak menyangka jika rumah sakit jiwa saat ini terlihat begitu ramai, itu berarti semakin hari semakin banyak orang yang menderita penyakit kejiwaan. “Kamu mau, kan, ketemu Ibu?” tanya Zain memastikan.“Te-Tentu saja.” Tania mencoba menyunggingkan senyum.“Kamu enggak akan berubah pikiran, kan, kalo nanti tahu kondisi Ibuku yang sebenarnya?” Zain bertanya lag

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status