Home / Romansa / MADU HITAM / BAB 2 : Bulan Madu

Share

BAB 2 : Bulan Madu

Author: Neli Hw
last update Last Updated: 2025-09-29 19:01:43

Sebagai pengantin baru, Justin dan Alena memilih Eropa sebagai saksi bisu kebahagiaan mereka. Perjalanan keliling benua biru ini sengaja Justin rencanakan demi membahagiakan sang istri tercinta. Bagi Alena, ini adalah kali pertama ia bersentuhan langsung dengan salju yang lembut. Setiap momen indah mereka abadikan dalam potretan mesra, menjadi kenangan tak terlupakan.

Urusan pekerjaan, Justin telah menyerahkannya sepenuhnya pada Ferdi, asisten sekaligus sahabat karibnya. Malam ini, mereka berdua berencana mengunjungi sebuah tempat rahasia untuk menikmati indahnya matahari terbenam. Alena sudah mempersiapkan segalanya, mulai dari busana yang menawan hingga perlengkapan lainnya. Hotel mewah dengan fasilitas lengkap ini sukses membuat Alena merasa nyaman dan betah.

Kasur yang empuk mengundang Alena untuk merebahkan tubuhnya, melepas penat setelah seharian beraktivitas. Sementara itu, Justin asyik menyesap secangkir kopi panas, ditemani alunan musik yang menenangkan. Kebahagiaan mereka terasa lengkap, meskipun kehadiran buah hati masih tertunda. Justin ingin menunda momongan, merasa belum siap. Alena, sebagai istri penurut, hanya bisa mengikuti keputusan suaminya, percaya bahwa itu yang terbaik.

Merasa gerah, Alena memutuskan untuk berendam di kolam renang. Berbagai gaya renang ia coba, merasakan tubuhnya perlahan menjadi tenang dan rileks. Melihat suaminya asyik bermain ponsel, Alena sengaja mencipratkan air, berharap Justin tak lagi acuh padanya.

"Hei, hentikan! Aku sedang menikmati kopi," ketus Justin tanpa sedikit pun melirik. Merasa diabaikan, Alena langsung beranjak pergi dan mengganti pakaiannya.

Sore ini, Alena ingin lebih dulu pergi ke pantai untuk mengejar matahari terbenam. Sebelum itu, ia memoles wajahnya dengan riasan tipis agar terlihat cantik dan segar. "Kamu mau ke mana?" tanya Justin heran. "Aku mau keluar sebentar," jawab Alena ketus, lalu menyambar tas dan kacamata hitamnya.

Melihat suaminya tak bereaksi, kekesalan Alena memuncak. Ia bersumpah, malam ini tak akan tidur di kamar yang sama. Sementara itu, Justin tenggelam dalam dunianya sendiri: bermain game online. Tanpa terasa, siang telah berganti malam. Tawa Justin pecah beberapa kali saat ia memenangkan pertandingan game-nya.

Meskipun ini kali pertama Alena bepergian sejauh ini, ia sangat mahir berbahasa Inggris, sehingga tak kesulitan berkomunikasi. Setelah puas menikmati indahnya senja, ia mengotak-atik ponselnya, berharap Justin menghubungi. Nihil. Tak ada satu pun pesan atau panggilan telepon. Hati Alena semakin merana.

Orang-orang masih berlalu-lalang. Alena hanya berjalan menyusuri pesisir pantai, sesekali melempar batu-batu kecil dan menendang pasir, melampiaskan rasa kesal dan marahnya pada sang suami.

Di tengah lamunannya, tak sengaja kaki seseorang terinjak olehnya. Jantung Alena berdebar kencang, gugup dan ketakutan. Perlahan, ia membalikkan badan sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangan. "Apa kau baik-baik saja?" tanya suara di depannya, melambaikan tangan. Mendengar seseorang berbahasa Indonesia, Alena langsung menyingkirkan telapak tangannya. "Andre!" serunya lantang. "A-alena? Ternyata kamu," jawab Andre gelagapan.

Mereka berdua mencari tempat duduk untuk sekadar bertukar cerita. Ya, Andre adalah salah satu pria yang sempat dijodohkan dengan Alena waktu itu. Namun, Alena menolaknya mentah-mentah, lalu pergi dan menikah dengan Justin, meskipun tanpa restu.

"Bagaimana kabarmu? Apa kamu bahagia dengan pilihanmu, Alena?" lirih Andre, menatap Alena penuh kerinduan. Alena tak menyangka bisa bertemu Andre lagi, membuatnya semakin gugup. "Jangan takut, aku hanya ingin memastikan," sambungnya lagi, membuat Alena terdiam tak berkutik. Namun, sayangnya di saat pertemuan mereka, Justin tiba dengan dada kembang kempis dan wajah penuh amarah.

"Oh, jadi ini alasanmu keluar, Alena?!" teriak Justin, membuat Alena ketakutan. Baru kali ini ia melihat suaminya semarah itu. Setelah itu, Justin pergi meninggalkan mereka berdua, diliputi amarah.

Alena segera meninggalkan Andre dan berlari mengejar suaminya. Di tengah keramaian, ia kesulitan mencari Justin dan memutuskan kembali ke hotel, berharap suaminya ada di sana. Melihat pertengkaran kecil mereka, Andre merasa tidak enak hati, padahal pertemuan itu sungguh tak disengaja.

Dengan napas terengah-engah, Alena terus mencari keberadaan suaminya. Jantungnya berdebar kencang, diselimuti rasa khawatir yang memuncak. Jam dinding di kamar menunjuk pukul 11 malam. Kegelapan hanya diterangi cahaya bulan, sementara keheningan malam mulai menyelimuti kota.

Tak kuat menahan rasa kantuk, Alena tertidur di sofa yang sangat empuk. Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa, jam telah menunjukkan pukul 08.30 pagi. Matahari bersinar terang di langit, menandakan hari telah berganti. Tangan mungilnya meraba-raba kasur, seolah mencari sesuatu dengan gerakan lembut dan tak pasti. Kelopak matanya terbuka perlahan, meski terasa berat. Ia sesekali menguap, sementara pandangannya yang kabur mulai fokus mencari tahu apa yang terjadi di sekelilingnya. "J-justin," teriaknya. Suara kecil itu penuh ketakutan dan kecemasan, matanya mencari sosok suaminya.

Sebuah tepukan lembut terasa di hadapan Alena, menandakan kedatangan suaminya. Ia terlonjak kaget, panik, dan matanya melebar tak percaya saat melihat pria di depannya tersenyum lembut. Seluruh dunia seolah berhenti sejenak saat ia memandang mata suaminya.

"Mas, an... euh Mas Justin, kamu sudah pulang?" ucapnya gelagapan, wajahnya gugup takut salah bicara.

Kali ini, Justin bersikap dingin, tak sehangat sebelumnya. Mungkin kesalahpahaman yang belum terpecahkan membuat Alena merasa tidak nyaman. Pagi ini, Alena membuat sarapan untuk suaminya, berharap Justin menyukainya. Dengan beberapa bahan masakan yang sudah tersedia di kulkas, ia mulai memotong bawang, sayuran, dan mencuci daging.

Diam-diam, Justin memperhatikan istrinya yang sibuk dari kejauhan. Meskipun ia masih marah dan cemburu melihat kedekatan Alena dan Andre, sosok Alena sangat sulit untuk dibenci. Wanita cantik dan mandiri sepertinya membuat orang-orang di sekitarnya merasa nyaman.

Di meja makan, Justin tersenyum kecil melihat wajah Alena yang dipenuhi tepung. Ia berjalan mendekat sambil menggandeng tangan Alena. "Apa yang kamu lakukan?" tanyanya dengan mata berkilauan menahan tawa.

Alena tersenyum malu-malu sambil menundukkan kepala, merasa sedikit canggung dengan wajahnya yang belepotan tepung. Justin terus membersihkan tepung di wajahnya dengan lembut. Sentuhan tangan yang hangat membuat Alena merasa nyaman.

"Kamu terlihat manis sekali dengan tepung di wajahmu," kata Justin sambil mendekatkan wajahnya. Suaranya lembut dan penuh kasih sayang.

Wajah Alena merah merona, tersipu malu. Matanya menunduk, menghindari tatapan Justin yang hangat dan penuh makna. Justin tersenyum lembut melihat reaksi Alena, dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekatkan wajahnya ke Alena lagi.

"Kenapa kamu membuat kekacauan seperti ini?" tanya Justin sambil terus membersihkan tepung di wajah Alena, suaranya penuh dengan kelembutan dan kehangatan.

Alena hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, merasa sedikit lega karena Justin tidak marah. "Aku hanya ingin membuat kue untukmu," katanya dengan suara lembut.

Sore ini, mereka akan berangkat ke Prancis, sesuai keinginan Alena untuk melihat Menara Eiffel secara langsung. Justin tersenyum sambil memegang tangan Alena. "Aku tidak sabar ingin melihat ekspresi wajahmu saat melihat Menara Eiffel pertama kalinya," katanya penuh antusias.

Terdengar suara ponsel berdering berulang kali, membuat Justin merasa terganggu. Segera ia mematikan ponselnya dan merangkul Alena untuk menuju bandara. "Ayo, kita tidak ingin ketinggalan penerbangan, bukan?" Suasana di dalam mobil santai, Justin sesekali melirik Alena yang sedang menikmati pemandangan luar jendela.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MADU HITAM   BAB 6 : Cinta Dalam Jerat Dendam

    Kasus tabrak lari akhirnya menemukan titik terang. Pelaku telah diketahui, dan Cindy serta Liana bersiap menempuh jalur hukum jika tidak ada niat baik dari pihak bersangkutan.Siang itu, di kantor polisi, sebuah dokumen diserahkan. Dengan hati berdebar, Cindy membukanya perlahan. "Ini tidak mungkin!" serunya, matanya terbelalak tak percaya. Tiba-tiba, notifikasi pesan masuk di ponsel Liana. Sebuah rekaman CCTV di tempat kejadian mulai diputar.Terpampang nyata di layar, mobil yang menabrak adalah milik Justin. Tubuh Cindy bergetar hebat. Ia bersumpah akan membalas semuanya. Namun, mampukah ia menyeret seorang CEO ke pengadilan, seseorang dengan posisi yang nyaris tak tergoyahkan? Cindy merenung, lalu meminta pendapat Liana. Sahabatnya berpikir keras, menyusun strategi agar rencana mereka matang. Sebuah ide muncul, dan wajah Cindy tampak bersemangat mengikuti langkah Liana.Sementara itu, Alinka dirawat di rumah sakit akibat benturan di kepala, sebuah cedera yang cukup mengkhawatirkan.

  • MADU HITAM   BAB 5 : Sandera Kekuasaan

    Satu minggu telah berlalu. Alina semakin kurus dan pucat, selera makannya berkurang drastis meski Alinka, ibu mertuanya, telah membujuknya dengan berbagai cara.Justin belum juga ditemukan, dan hal ini membuat kondisi Alina semakin menurun. Pencarian terus dilakukan meski belum terlihat hasilnya. Segala upaya telah dikerahkan, mulai dari penyebaran poster hingga pencarian di berbagai lokasi.Ferdi, seperti biasa, menangani perusahaan Justin, namun ia dihantui rasa takut dan khawatir. Anak buah yang ia kerahkan belum bisa memastikan titik lokasi keberadaan Justin.Hari-hari terasa sepi dan hampa. Alina masih mengurung diri di kamarnya. Alinka pamit untuk pergi ke kantor, sementara Alina hanyut dalam momen-momen indah saat pertama kali mereka bertemu hingga jenjang pernikahan. Tangisnya pecah, matanya sembab, hanya sebuah foto yang bisa ia peluk erat.Tisu berserakan di setiap sudut kamar, hampir dua kotak tisu habis untuk mengusap air matanya yang tak henti.Semenjak menikah, Alina bel

  • MADU HITAM   BAB 4 : Lelang Sang CEO

    Klien dari Jepang telah menghubungi Justin, menceritakan segalanya tanpa terkecuali. Mendengar kabar buruk itu, Justin dan Alina memutuskan untuk segera kembali ke tanah air.Sementara itu, Cindy dilarikan ke rumah sakit akibat muntah-muntah hebat yang menyebabkan dehidrasi parah. Liana, sebagai sahabat, sangat cemas atas musibah yang menimpa temannya. Ia pun menyarankan agar menuntut pelaku tabrak lari tersebut. Cindy setuju. Pagi, siang, sore, dan malam ia habiskan untuk bekerja, hingga akhirnya terbaring di rumah sakit. Namun, mereka yang menabrak tidak menunjukkan sedikit pun tanggung jawab atas kecelakaan yang menimpa ibu dan sahabatnya itu.Uang yang diberikan Elbarac masih cukup untuk menyewa detektif, agar kasus ini bisa diajukan ke pengadilan dengan bukti yang kuat. Beruntung, Liana mengenal seseorang yang ahli dalam menangani kasus serupa. Cindy tinggal menunggu beres, tanpa perlu pusing memikirkan bukti. Sebelumnya, Liana pernah meminta salah satu karyawan toko untuk mengec

  • MADU HITAM   BAB 3 : Kilas Balik Sebuah Awal

    Setiap hari, Cindy disibukkan dengan tumpukan pekerjaan yang menguras tenaga dan waktu tidurnya. Hari ini, ia harus menemui klien ditemani Ferdi di sebuah kafe ternama. Mereka tiba lebih awal untuk menunggu klien dari Jepang. Jika proyek ini gagal, jabatan Cindy terancam diturunkan. Pikiran itu membuatnya semakin tertekan. Dengan tubuh yang kurang istirahat, ia merasa kurang percaya diri dan sesekali menahan kantuk yang mendera.“Sepertinya klien masih dalam perjalanan, lebih baik kita pesan makanan dulu,” celetuk Ferdi sambil menyodorkan buku menu dan melirik Cindy.Mata Cindy terasa sangat berat, berulang kali ia menguap. “Kalau masalah itu, terserah Tuan Ferdi saja,” jawabnya pelan, menutupi mulut dengan tangan untuk menyembunyikan rasa kantuk.Pesanan sudah diambil. Sambil menunggu klien, Cindy lebih banyak diam, tak seceria biasanya. Beberapa jam kemudian, Justin dan Alina akhirnya tiba dengan raut wajah ceria dan gembira. Tak henti-hentinya Alina memeluk suaminya yang telah meng

  • MADU HITAM   BAB 2 : Bulan Madu

    Sebagai pengantin baru, Justin dan Alena memilih Eropa sebagai saksi bisu kebahagiaan mereka. Perjalanan keliling benua biru ini sengaja Justin rencanakan demi membahagiakan sang istri tercinta. Bagi Alena, ini adalah kali pertama ia bersentuhan langsung dengan salju yang lembut. Setiap momen indah mereka abadikan dalam potretan mesra, menjadi kenangan tak terlupakan.Urusan pekerjaan, Justin telah menyerahkannya sepenuhnya pada Ferdi, asisten sekaligus sahabat karibnya. Malam ini, mereka berdua berencana mengunjungi sebuah tempat rahasia untuk menikmati indahnya matahari terbenam. Alena sudah mempersiapkan segalanya, mulai dari busana yang menawan hingga perlengkapan lainnya. Hotel mewah dengan fasilitas lengkap ini sukses membuat Alena merasa nyaman dan betah.Kasur yang empuk mengundang Alena untuk merebahkan tubuhnya, melepas penat setelah seharian beraktivitas. Sementara itu, Justin asyik menyesap secangkir kopi panas, ditemani alunan musik yang menenangkan. Kebahagiaan mereka te

  • MADU HITAM   BAB 1 : 800 Juta Semalam

    "Alena, jangan pergi, Ibu mohon!" teriaknya dengan suara parau. Namun, gadis itu tidak menghiraukan perkataan ibunya; ia berlari tanpa menoleh sedikit pun. Keputusannya telah bulat: hari ini dia akan menikah dengan Justin, pria yang sangat dicintainya. Sebuah mobil melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, membawa gadis cantik itu untuk dipersunting dengan balutan gaun putih selutut dan rambut yang tergerai.Tatapannya kosong, dan entah kenapa, Alena tiba-tiba merasa khawatir tentang keselamatan ibunya. Namun, dia berusaha untuk menjauhkan pikiran buruk itu agar tidak membuatnya cemas lebih lama. Justin merasa tidak enak hati melihat keretakan hubungan Alena dan ibunya, tapi dia juga tidak mau kehilangan wanita yang dicintainya. Meskipun sedikit egois, dia percaya ini demi kebaikan hubungan mereka.Alena semakin cantik setelah dipoles dengan riasan tipis; Justin begitu terpesona melihat kecantikannya. Hari ini, mereka berdua akan melangsungkan pernikahan meskipun tanpa kehadiran kel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status