MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKU8. Terpuruk"Coba di cek lagi, Dok. Dulu saya pernah hamil walaupun keguguran, terus setiap saya cek, katanya subur-subur saja.""Sepertinya saat proses pembersihan kurang baik, jadi meninggalkan sisa-sisa dan membuat ibu jadi susah hamil.""Tapi saya sering haid teratur, Dok.""Seperti yang saya bilang ibu ini kurang subur, bukan mandul. Jadi masih punya kemungkinan untuk hamil, tapi sangat kecil. Tolong tenang, yah, Bu, memang berat, tapi kalau ibu tahu hasilnya seperti ini, setidaknya ibu lebih lapang dada."Tanpa banyak kata lagi, aku langsung keluar dari ruang pemerikasaan. Merasa janggal dengan ucapan dokter. Walaupun, memang cukup masuk akal. Saat satu tahun pernikahan, aku pernah hamil, tapi keguguran. Saat itu dokter mendiagnosa kalau aku salah makan, padahal aku merasa sudah benar menjaga makanan. Sejak saat itu, sangat sulit untuk hamil."Sudahlah, jangan sedih, Ra. Mau punya anak atau tidak aku tetep suami kamu. Tenang saja, gak usah diambi
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 9 Ibu Mertua Dirawat "Kita ikutin saja kemauan ibumu, Mas.""Gila Kamu, Ra!""Ya sudah, coba Mas bilang ibumu biar tidak menekan aku terus, bisa stres aku kalau ditekan terus.""Loh, kenapa kamu malah nyalahin ibuku? lagian, gak usah didengerin, gampang. Kamu aja jadi perempuan terlalu baper, apa-apa bawa perasaan. Belajar cuek, beres, gak ribet kaya gini.""Ibu yang minta, bahkan ngusulin kamu nikah lagi. Bukan cuman sekali ngomongnya, tapi berkali-kali. Perempuan mana yang gak kepikiran?""Halah, salahkan diri kamu sendiri, malah menjadikan ibu kambing hitam. Maklumi dong, namanya orang tua, semakin tua emang banyak tingkahnya. Kamu harus bijak menanggapinya, gak usah dianggap serius.""Arrggh, terserah kamu, Mas!" sentakku kesal. Bukan mencari solusi, Mas Arya malah banyak bicara tanpa memberi jalan keluar. Aku putuskan pergi ke rumah sahabatku. Cape di sini terus, batin dan jiwa sedikit tertekan. Posisiku serba salah, aku butuh tempat mengadu.
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 10 Setuju Dipoligami"Arya, pikirkan matang-matang, ini demi kebaikan kita bersama.""Sudahlah, Bu. Jangan korbankan Ara demi ambisi ibu. Ada anak atau tidak, rumah tangga kami tetap bahagian.""Hiks, hiks, ibu memang egois, tapi ini demi kebaikan kamu juga, Arya. Anggap saja ini permintaan terkahir ibu. Mungkin, tak lama lagi ajal menjemput, hiks, hiks.""Bu, jangan ngomong kaya gitu."Mas Arya langsung diam seribu bahasa. Dia menjambak rambut frustasi. Lalu, duduk di rajang ibu. Matanya menatap serius ke arah ibunya. Tangan kanan mengusap pundak ibu, agar dia bisa berhenti menangis."Oke-oke, kalau itu bisa buat ibu bahagia, Arya setuju."Aneh, hatiku perih, dan rasanya teriris-iris. Padahal, aku yang menyetujuinya terlebih dulu. Tapi, mendengar ucapan pasrah dari suami, rasanya sakit hati juga. Aku pikir, Mas Arya akan mati-matian menolak. Mungkin, memang ini yang terbaik untukku. ***Setelah kami semua sepakat melakukan pernikahan kedua untuk M
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 11 Akad Nikah "Kalau pun dibatalkan, tetap saja Ara gak bakal hidup damai, terus dihantui rasa bersalah karena tak bisa memberi keturunan dan cucu. Ibu mertua sangat mendambakan kehadiran cucu kandung, Mbak.""Jangan lemah jadi perempuan, kita temui mertuamu.""Pakde, Ara paham Pakde sayang sama Ara, tapi semua ini sudah dipikirkan matang-matang. Tolong hargai keputusan Ara, Pakde.""Pikirkan lagi, Ra. Jangan hanya memikirkan kebahagian mertuamu, tapi kamu lupa dengan kebahagian diri sendiri.""Insyallah, ada hikmah indah di balik ini semua, Mbak.""Pergi dari sini.""Pakde ....""Cepat pergi!""Pak, jangan kasar gitu sama Ara.""Percuma saja kita membela anak ini, dia tidak peduli dengan dirinya sendiri. Adikku pasti kecewa di alam sana.""Hiks, hiks, Pakde ...." Kalau Pakde sudah bicara demikian, air mata langsung mengalir deras. Andai Pakde tahu, aku pun terluka. Tapi, dituntut punya keturunan dengan kondisi sulit hamil, sangat menyiksa. "Usir
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 12 Hamil "Huwek!""Huwek!""Kamu kenapa, Mel?""Gak tahu, Mbak. Nyium bau nasi goreng malah mual banget. Huwek ... huwek."Tak terasa empat bulan sudah berlalu. Selama ini, alhamdulilah aku merasa baik-baik saja. Mas Arya tampak lebih condong kepadaku, walaupun sikapnya tetap berusaha adil. Mulai dari jadwal tidur, sampai uang bulanan. Ya, meskipun uang bulanan yang diberikan Mas Arya hanya pas-pasan, kebutuhan rumah lebih banyak ditutupi oleh uangku. "Mel, jangan-jangan kamu hamil, Nduk.""Masa sih, Bu, ko, cepet banget.""Tentu bisa dong, Nduk. Mela ini peranakannya subur, sekali saja sudah pasti berbuah. Tunggu yah, Mel, ibu panggil Arya, kalian harus secepatnya ke rumah sakit.""Arya!"Mulai terasa, dua orang yang awalnya sangat menyayangiku, kasih sayangnya jadi terbagi. Mereka pergi ke rumah sakit tanpa mengajakku. Aku dibiarkan di sini menunggu Raka. "Yang, sabar, Mbak.""Gak papa, Mbok. Titip Raka yah, aku masih mau ngurusin kerjaan."Ak
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 13 Bukti"Dok, terima kasih, izin minta nomernya boleh? tahu saja saya ada keperluan untuk bertemu dokter lagi." Dokter mengangguk, kami bertukaran nomer telepon. Setelahnya, aku ingin kembali ke rumah, tapi saat ini bukan waktu yang tepat. Emosi terus menguasai hati. Percuma aku memaksa ibu dan Mas Arya untuk jujur, mereka pasti berkelit. Aku harus cari cara untuk mengorek kebenarannya."Innalilahi, berarti mertua atau suamimu sengaja membunuh bayi kalian?""Mungkin seperti itu, Mbak. Tapi, Ara mau mengumpulkan bukti lebih banyak lagi.""Bagus, Ra. Dari dulu aku emang curiga sama suamimu itu. Kamu cari bukti yang banyak. Tahu saja, suami dan mertuamu memang menyimpan banyak rahasia.""Mbak Yuli jangan cerita siapa-siapa, yah. Biarkan untuk saat ini semuanya berjalan seperti biasa. Ada waktunya aku bongkar semua bukti yang aku dapatkan.""Iya, Ra. Mbak dukung apapun yang mau kamu lakukan. Asal kamu hati-hati, dan jangan gegabah. Kalau butuh bantuan
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 14 Madu Bertingkah"Ko, kamu yang marah sih, Mas.""Kamu berubah, Ra. Mulai pelit, perhitungan, dan dingin sama aku. Semua ini salah kamu sendiri, kamu yang mau aku menikah lagi. Jangan malah bersikap seolah-olah aku yang salah.""Poligami ini permintaan ibumu, bukan aku!" bentakku kesal. Bayangan bukti-bukti yang aku dapatkan, memancing emosi. "Arrgh! mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi. Gini aja, aku minjam uangmu sepuluh juta, nanti aku cicil untuk menggantinya. Ini demi anak yang kita dambakan, Ra.""Ralat ucapanmu, Mas. Cucu yang didambakan ibumu, bukan aku. Jadi, urus sendiri, jangan libatkan aku.""Ara!"Aku tak peduli Mas Arya terus berteriak memanggilku, lebih baik masuk kamar, dan menguncinya. Berusaha menenangkan hati agar bisa bersikap seperti biasanya. Terasa sangat sulit, tetapi aku harus bisa. Demi terbongkarnya semua rahasia yang disembunyikan dariku selama ini."Nduk, ibu boleh masuk sebentar?" Ibu mertua mengetuk pintu kama
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 15 Pesan Mesra"Ibu bentak Ara?""Bu-bukan maksud ibu begitu.""Oh, ternyata ibu lebih sayang sama Melati?" "Mangkanya kamu jangan keterlaluan, Ra. Melati memang mantan pembantu di sini, tapi sekarang dia istri Arya, tolong hargai Melati.""Siapa yang gak menghargai dia, Bu? aku cuman suruh Melati urus anaknya, jangan seenaknya nyuruh Mbok Yah, itu bukan tugas Mbok Yah, tapi tugas Melati sebagai ibunya.""Maaf, Mbak, aku cape habis belanja, belum lagi mual-mual, namanya juga hamil muda.""Tolong, Nduk, pahami Melati. Dia sedang mengandung, wajar kalau mudah lelah, dan tak bisa kerja berat. Tolong kamu maklumi, dulu saat kamu pernah hamil muda juga, pasti rasanya sama.""Mbok Yah, ayok keluar dari sini. Aku yang menggaji Mbok Yah, maka cuman aku yang boleh kasih perintah.""Baik, Mbak."Malas berdebat, aku tarik saja Mbok Yah keluar. Saat ini, aku lebih menghargai Mbok Yah dibandingkan ibu mertuaku. Rasa sayangku sudah luntur, tertimbun kekecewaan y