Dahulu kala ketika alam semesta ini baru saja diciptakan, semua Dewa berkumpul dan menyatukan kekuatan masing-masing untuk membuat sebuah senjata pusaka.
Senjata pusaka itu berupa kartu sihir yang menyimpan kekuatan dari masing-masing Dewa. Yang dikenal dengan nama Magic Card.
Senjata pusaka ini rencananya akan digunakan oleh para dewa ketika berperang melawan bangsa Iblis. Sebab, kekuatan dari Bangsa Iblis semakin hari menjadi semakin kuat seiring dengan bertambah besarnya sifat buruk yang ada di dalam hati setiap makhluk hidup.
Karena besarnya kekuatan yang ada di masing-masing kartu sihir, pimpinan para Dewa yang bernama Renzu akhirnya membuat sebuah buku pusaka dengan gabungan ketujuh elemen yaitu air, api, kayu, tanah, logam, cahaya dan kegelapan.
Buku pusaka itu dijaga oleh keempat Dewa Mata Angin. Seiryu dan Byako di bagian depan sampul, sedangkan Genbu dan Suzaku di bagian belakang sampul buku.
Renzu lalu menyimpan buku pusaka itu di Perpustakaan Kerajaan Langit yang diawasi langsung oleh Dewa Naga Shen Long.
Akan tetapi, ketika para iblis melakukan penyerangan besar-besaran ke Alam Dewa. Salah satu Pangeran dari Kerajaan Iblis berhasil menyusup ke Perpustakaan Kerajaan Langit dengan ditemani oleh kelima Jenderal Iblis terkuat.
Pertempuran antara Shen Long dan keempat Dewa Mata Angin melawan kelima Jendral Iblis akhirnya terjadi.
Semua bagian Perpustakaan Kerajaan Langit menjadi berguncang hebat akibat benturan kekuatan antara Dewa dan Iblis.
Banyak sekali buku dari Perpustakaan Kerajaan Langit yang terlempar ke luar dan turun ke Dunia Manusia. Termasuk, buku pusaka yang menyimpan Magic Card.
Pangeran Iblis langsung bergerak cepat untuk mengejar buku pusaka itu ke Dunia Manusia.
Akan tetapi, usaha Pangeran Iblis itu ternyata gagal. Sebab, Shen Long dan keempat Dewa Mata Angin telah mengirimkan kesadaran mereka untuk mengejar buku itu dan menyamarkan aura yang memancar dari buku pusaka itu dengan gabungan kekuatan mereka.
Buku pusaka itu akhirnya jatuh ke salah satu Planet yang ada di alam semesta dan sampai sekarang tidak ada yang berhasil menemukannya. Meskipun para Dewa dan Iblis telah mengirimkan beberapa mata-mata untuk mencari buku pusaka itu di setiap Planet yang ada di Dunia Manusia.
**
Planet Biru.
Planet Biru adalah salah satu Planet yang ada di dalam Galaksi Nebula.
Planet ini didominasi oleh lautan. Luas lautan yang ada di Planet ini hampir mencapai sembilan puluh persen bagian dari daratan yang ada.
Hal ini terjadi karena seratus tahun yang lalu, Planet Biru dilanda sebuah bencana yang sangat besar yaitu hujan badai selama tujuh hari tujuh malam yang membuat sebagian besar daratan yang ada di Planet ini terendam oleh air hujan yang bercampur dengan air laut.
Planet ini memiliki sembilan buah Samudra yang sangat luas dan memiliki warna air laut yang berbeda-beda. Sehingga para manusia yang hidup di Planet ini menamai masing-masing Samudra itu berdasarkan warna airnya.
Namun, di antara kesembilan Samudra itu, ada sebuah Samudra yang sangat misterius dan menyeramkan. Banyak sekali rumor yang beredar di masyarakat bahwa siapapun yang berani masuk ke dalam Samudra itu, maka dia tidak akan pernah kembali. Dan Samudra itu bernama Samudra Hitam.
Tidak ada seorang pelaut pun yang berani mendekati Samudra itu sampai radius lima puluh kilometer. Sebab, selain dari rumor yang beredar, ternyata arus air laut yang ada di Samudra itu juga sangat kuat.
Wilayah Samudra Hitam selalu ditutupi oleh kabut yang sangat tebal. Selain itu, kompas para pelaut akan menjadi kacau ketika mereka berusaha mendekati wilayah Samudra yang sangat mengerikan itu.
Para pelaut yang berusaha mendekati Samudra Hitam pasti akan dibuat kebingungan saat melihat kompas yang ada di tangan mereka terus berputar seperti jarum jam. Mereka biasanya akan memilih mundur dan mencari jalan memutar untuk menghindari Samudra ini.
Akan tetapi, hal seperti ini tidak berlaku bagi Isamu Kenichi.
Dia adalah seorang bajak laut dengan keberanian yang sangat tinggi dan kemampuan beladiri yang sangat luar biasa.
Dengan ketegasannya ketika memimpin awak kapal serta didukung kemampuan membaca pergerakan bintang, dia telah berhasil mencapai pencapaian yang sangat luar biasa.
Di usianya yang baru menginjak 20 tahun, dia telah berhasil menaklukkan kedelapan Samudra yang ada di Planet ini.
Dia juga telah berhasil menjarah ratusan kapal-kapal milik bajak laut lain dan membagikan harta itu kepada para penduduk miskin yang tinggal di pulau terdekat.
Saat ini, Isamu sedang berdiri di dalam anjungan kapal sambil memegang teropong kesayangan yaitu sebuah teropong sepanjang 20cm yang terbuat dari emas dengan hiasan permata.
Dia sedang mengamati lautan yang ada di depannya agar dia biasa menentukan rute terbaik selama perjalanannya.
“Sebentar lagi kita akan memasuki wilayah Samudra Hitam. Turunkan kecepatan dan sedikit berbelok ke kiri agar kita tidak melawan arus,” seru Isamu.
“Siap Kapten.”
Salah satu anak buah Isamu yang bertugas mengemudikan kapal itu langsung membelokan arah kapal menuju ke kiri sambil menurunkan sedikit kecepatan agar laju kapal tetap stabil.
Salah satu awak kapan yang bertugas mengemudikan kapal ini bernama Miekato.
Sebelum menjadi anak buah Isamu, Miekato adalah seorang Nahkoda salah satu kapal milik pemerintah. Namun karena suatu alasan tertentu, Miekato memutuskan untuk mundur dari jabatannya dan ikut berpetualang mengarungi samudra yang luas ini bersama dengan Isamu.
Tepat seperti perhitungan Isamu, meskipun sudah diperlambat, namun laju kapal ini tetap berjalan dengan cepat karena arus laut di Samudra ini sangatlah luas. Dia tidak berani memerintah Nahkoda kapal untuk melawan arus. Sebab, dia takut jika kapal ini menjadi terbalik ketika di terjang ombak yang sangat kuat.
Isamu terus mengamati daerah sekitarnya dengan menggunakan teropong, sambil sesekali memberikan petunjuk pada Miekato.
“Gawat!”
Raut wajah Isamu tiba-tiba berubah menjadi cemas. Ketika melihat sesuatu yang aneh di depan matanya.
Miekato langsung menoleh ke arah Isamu. “Ada apa Kapten? Apakah ada bajak laut lain yang menghadang perjalanan kita?”
“Mana mungkin ada bajak laut yang berani menghadang kita. Mereka semua akan langsung menjauh begitu melihat bendera yang ada di kapal kita,” jawab Isamu.
“Lalu kenapa kapten terlihat begitu cemas?”
“Ada sebuah pulau aneh di depan kita.”
“Pulau aneh?! Pulau seperti apa itu, kapten? Bukankah kita sudah sering melihat sebuah pulau. Lalu kenapa kapten terlihat begitu terkejut ketika melihat sebuah pulau.”
Isamu lalu menurunkan teropongnya dan menatap tajam ke arah Miekato. “Pulau itu terlihat seperti makhluk hidup karena pulau itu sedang bergerak menuju ke arah kita.”
Isamu lalu mendorong Miekato ke samping dan merebut roda kemudi kapal dari genggaman tangan Miekato
“Biar aku saja yang mengemudikan kapal ini. Kau pergilah ke geladak dan perintahkan para awak kapal yang lain untuk menyiapkan meriam.”
Miekato tidak berani mendebat Isamu karena Isamu terkenal berhati dingin dan tidak segan-segan untuk menghukum anak buahnya yang berani melanggar perintahnya. Dia langsung pergi meninggalkan anjungan dan pergi menuju ke geladak utama untuk menemui awak kapal yang lain.
Isamu lalu mengendalikan roda kemudi kapal itu dengan sangat lihai sambil menghindari terjangan ombak yang sedang menuju ke arahnya.
Ombak yang menghantam kapal milik Isamu semakin lama menjadi semakin kuat, seiring dengan semakin dekatnya jarak antara dia dengan pulau berjalan yang sangat misterius itu.“Sebenarnya pulau apa itu?! Aku tidak pernah melihat pulau seaneh itu sebelumnya. Tapi aku tidak akan pernah mundur untuk menguak rahasia tentang Samudra Hitam ini hanya karena hadangan sebuah pulau yang sangat aneh.”Isamu mulai berpikir bahwa pulau misterius itu sebenarnya adalah seekor siluman yang menjaga Samudra Hitam ini.Menurut catatan sejarah yang ada di Kerajaan Air Putih, seluruh wilayah lautan yang ada di Samudra Hitam dijaga oleh seekor siluman berukuran raksasa yang melebihi sebuah gunung. Dan catatan itu ditulis oleh seorang pelaut terkenal yang juga merupakan guru dari Isamu. Jadi sangat tidak mungkin jika catatan itu hanyalah sebuah isapan jempol belaka.Dengan kedua tangannya yang kokoh bagai karang, Isamu terus memutar-mutar roda kemudi kapal untuk menghindari arah terja
“Duarrr …!!” Petir yang sangat dahsyat tiba-tiba turun dari langit dan menyambar kapal milik Isamu hingga hancur berkeping-keping. Namun, untung saja tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini karena semua awak kapal sudah melompat keluar kapal sebelum petir itu menghancurkan kapal milik mereka. “Untung saja kapten memberikan peringatan pada kita untuk segera melompat keluar. Jika tidak, sudah pasti kita semua pasti akan hancur berkeping-keping seperti kapal itu,” seru Miekato sambil berenang. “Benar sekali. Untung saja kapten memiliki kemampuan untuk melihat pergerakan bintang dan langit sehingga dia bisa memberikan kita peringatan. Tapi, di mana kapten berada,” jawab Akito sambil melihat daerah sekitar untuk mencari keberadaan Isamu karena hanya dia saja yang tidak ada di tempat ini. Semua awak kapal akhirnya berpencar untuk mencari keberadaan Isamu. Mereka semua berenang menyisir daerah sekitar puing-puing kapal berada. Karena
Malam akhirnya telah berganti. Hawa udara yang sedingin es serasa menusuk sampai ke dalam tulang, secara perlahan mulai menghangat saat sinar mentari pagi menyentuh kulit mereka.Isamu dan para anak buahnya akhirnya bangun dari tidurnya lalu menatap sang mentari fajar. Mereka semua sedikit terkejut karena matahari yang mereka lihat bukanlah satu melainkan ada lima matahari sekaligus.“Kapten apakah anda mengetahui fenomena aneh ini?” tanya Miekato pada Isamu yang lebih memahami tentang ilmu perbintangan.Isamu menatap langit dengan lebih teliti untuk memastikan bahwa dugaannya ini adalah benar karena dia juga belum pernah melihat fenomena ini secara langsung. Namun, dia pernah membaca tentang fenomena aneh ini di dalam buku yang ditinggalkan oleh gurunya.“Fenomena aneh ini bernama Sun Dog,” jawab Isamu Yakin.“Sun Dog?!”Sebuah anak buah Isamu terlihat kebingungan dengan istilah aneh ini karena nama fenomena aneh itu menggunakan bahasa yang berbe
Kedua belas siluman ular itu kemudian berubah menjadi seekor Naga Hitam yang sangat besar dan memiliki dua belas kepala. “I-itu …?! Bukankah itu adalah siluman yang ada di dalam legenda.” “Dia adalah Naga Api Neraka. Konon siluman itu tercipta dari api neraka. Semburan api dari mulutnya bisa langsung membuat sebuah besi menjadi abu,” ucap Miekato. “Ternyata dia adalah siluman yang pernah menghancurkan sebagian besar daratan yang tersisa di Planet ini ratusan tahun yang lalu,” balas Isamu. Semua awak kapal menjadi bergetar ketakutan karena siluman yang ada di hadapan mereka adalah siluman buas dalam sejarah yang pernah menghancurkan sebagian besar kerajaan yang ada di Planet ini. Hanya Isamu dan Miekato yang tetap berdiri dengan gagah berani karena mereka berdua sangat yakin bahwa kemampuan yang mereka miliki akan mampu menghadapi Naga ini. “Sepertinya aku membutuhkan bantuan kekuatan sihirmu untuk melawan Naga ini,” ucap Isamu melirik
Ayunan pedang Isamu ini menciptakan bayangan puluhan pedang yang mengarah lurus ke arah leher naga raksasa itu bagaikan sebuah badai yang siap meluluhlantakkan sebuah pulau. Setiap bayangan pedang dari jurus milik Isamu ini mengandung kekuatan sihir angin yang sangat kuat. “Crash …” Kepala terakhir dari Naga Api Neraka akhirnya berhasil dipotong oleh Isamu dan akhirnya terjatuh ke dasar lautan. Miekato lalu menggunakan kekuatan dari badai yang telah dia ciptakan untuk melemparkan tubuh Naga Api Neraka ke dataran es yang ada di dekat mereka. Dia sepertinya menginginkan sesuatu pada tubuh naga ini karena itu dia tidak membiarkan tubuh Naga Api Neraka ini tenggelam. Setelah berhasil memindahkan tubuh Naga Api Neraka, Miekato langsung menatap Isamu dengan senyum kemenangan. “Anda akhirnya berhasil mengalahkan Siluman Naga yang menjaga Samudra Hitam ini, Kapten.”
Di depan mata semua orang, Naga Api Neraka itu akhirnya menelan hidup-hidup tubuh Miekato yang sudah dipenuhi dengan luka akibat serangan yang dilancarkan secara memb*bi buta oleh Naga ini.Tak satupun dari mereka yang bisa bergerak untuk menolong Miekato. Sebab, kejadian itu berlangsung sangat cepat.Terlebih lagi, saat ini tubuh mereka semua berada di dalam pengaruh tekanan aura kegelapan yang dipancarkan oleh Naga Api Neraka.Tekanan dari aura ini sangat menindas bagaikan sebuah gunung yang berada di atas tubuh mereka dan membuat seluruh otot yang ada di tubuh mereka menjadi membeku.Mereka semua juga sangat terkejut, namun di antara mereka semua tidak tahu harus bertanya pada siapa. Jelas-jelas bahwa Naga Api Neraka itu seharusnya sudah mati karena kehilangan semua kepalanya.Akan tetapi, siapa yang bisa memprediksi jika Naga ini akan bisa bangkit dari kematian dan menjadi le
Isamu langsung menatap ke depan setelah kesadarannya kembali dengan sempurna.Di hadapannya, dia bisa melihat sosok Miekato yang berdiri dengan menyimpulkan kedua tangannya di depan dadanya sambil menatap tajam ke arahnya. Namun, dia menjadi terkejut saat memperhatikan wujud Miekato dengan lebih teliti lagi.“Apakah mau benar-benar Miekato yang aku kenal?” Isamu berusaha menyentuh tubuh Miekato, tapi tangannya gagal melakukan hal itu dan langsung menembus tubuh Miekato yang seperti sebuah bayangan.Miekato segera membuka kedua tangannya sambil tersenyum tersenyum lalu balik bertanya. “Ini memang aku, Kapten. Apakah kau sudah tidak mengenali anak buahmu lagi?”Isamu memperhatikan tubuh Miekato lebih teliti lagi sebelum menjawab. Dia baru menjawab pertanyaan yang dilontarkan Miekato setelah dia sangat yakin dengan apa yang dia lihat bahwa yang ada di depannya saat ini bukanlah s
“Jenis kekuatan seperti apa yang kau inginkan agar kau bisa melawan Naga Api Neraka itu? Perlu kau ketahui bahwa kau hanya memiliki satu kali kesempatan untuk menentukan pilihan. Dan setelah menentukan pilihan itu, maka hal itu tidak akan bisa dirubah untuk selamanya.”Tatapan yang setajam pedang dan aura yang sangat menindas memancar dari tubuh tubuh Naga Emas saat dia meminta Isamu untuk segera menentukan pilihan. Tentu saja penindasan yang aura yang sangat kuat ini membuat tubuh Isamu sedikit bergetar dan konsentrasinya hampir runtuh. Namun, dia harus berusaha keras untuk melawannya karena kesempatan seperti ini tidak akan terjadi dua kali.“Kenapa aku harus memilih jika kau memang benar-benar ingin membantuku? Atau jangan-jangan sebenarnya kau sama sekali tidak berniat untuk membantuku.” Isamu akhirnya bisa menjernihkan pikirannya, tapi dia tidak segera memberikan jawaban karena dia merasakan ada kesulitan keaneha