Share

MANTAN TAPI MENIKAH
MANTAN TAPI MENIKAH
Penulis: Egilearoxo

1. Ale-Ale

"Ale-Ale."

Zyska mengangkat kepala dengan dahi berkerut, setahu Zyska panggilan sayang tersebut disematkan untuknya dulu saat masih masih kuliah. Zyska semakin memperdalam kerutan di kepalanya saat kedua netra coklatnya bertatapan langsung dengan sosok asing ini, pria tinggi yang sudah tersenyum simpul dengan kedua tangan yang di simpan dibalik kantong celana hitamnya

"I-ya," jawab Zyska agak terbata.

Pria tampan berkulit agak coklat itu masih tersenyum kali ini lebih lebar dengan tangan yang terjulur siap menyalami Zyska, yang disambut dengan kaku oleh gadis tersebut.

"Long time no see?" ucap nya singkat, suaranya agak serak jika Zyska tak salah dengar.

Zyska agak mengerjap sesaat memastikan bahwa memori dan isi otaknya masih sehat untuk mengingat hal-hal kecil semacam ini, pria dihadapan Zyska terkekeh dan pada akhirnya beralih pandang dengan kedua alis yang sempat meninggi tadi.

"Sudah dimulai?" tanya pria tersebut kepada salah satu gadis muda yang duduk disebelah Zyska.

"Belum pak. Silahkan," ujarnya seraya menunjukan jalan menuju ruangan meeting besar pemegang saham hari ini.

"Mbak."

Zyska kembali menoleh, kali ini Acasia gadis cantik berkemeja putih dengan vest coklat muda yang memanggilnya dengan berbisik.

"Mbak kenal Pak Rayyan?"

Zyska menggeleng agak ragu, masih menyimak apa yang akan Acasia katakan selanjutnya. "Itu GM ATRHmedia mbak, teman akrab nya Pak Sean," bisik Acasia kembali.

"Ooh, orang ganteng temenan sama orang ganteng juga ya? adil banget dunia," ujar Zyska terkekeh.

"Masa nggak tau, kan sering ikut Pak Sean kalau ke cabang."

"Nggak tau iih, nggak pernah ketemu."

Zyska terkekeh pelan, kembali menarik beberapa lembar kertas yang harus diperiksanya satu per satu. Hari ini memang akan berlangsung meeting pemegang saham di Prasmedia tempat Zyska mencari lembaran rupiah sejak 7 tahun yang lalu, keinginannya untuk resign di tahun ini agak nya tak terealisasi, belum apa-apa saja Zyska sudah dipindahkan ke kantor pusat dan langsung naik jabatan menjadi manajer keuangan, bagaimana mungkin gadis 33 tahun tersebut bisa menolak jika dihadapannya sudah terpampang bagaimana menggiurkannya bonus-bonus yang didapatkan ketika menjadi manajer.

Klasik!!!

Hal utama yang membuat Zyska menerima tawaran tersebut adalah untuk pergi dan meninggalkan patah hati  yang diterimanya 6 bulan yang lalu, Arlion sang mantan kekasih -boleh kan Zyska menyebutnya seperti itu- menghilang ketika Zyska pertanyakan keseriusan hubungan mereka, pria itu lenyap tak berkabar begitupun gadgetnya tiba-tiba diluar jangkauan, mungkin pindah planet umpat Zyska saat itu.

Jika mengingat hal tersebut Zyska rasa nya ingin bunuh diri saja, bagaimana tidak menjalin hubungan selama dua tahun tak menjamin berakhir lancar, Zyska ditinggalkan begitu saja dengan rasa malu yang luar biasa terlebih dihadapan kedua orang tua nya.

"Mbak," panggil Acasia lagi. "Malah bengong."

Zyska terkekeh sendiri, "udah kerja jangan banyak bercanda."

Zyska kembali merapikan lembaran kertas, menumpuk buku tamu undangan meeting besar hari ini. Kegiatannya terhenti ketika tanpa sengaja pandangan mata gadis tersebut memindahi satu nama yang tak asing di kehidupan lama nya.

"ArRayyan?" monolog Zyska dengan mata membola, "Ca. ArRayyan ini siapa?" tunjuk Zyska kepada Acasia yang masih duduk manis disampingnya.

"Pak Rayyan mbak, itu yang tadi."

"Nama panjangnya?"

"Rayyannnnnnnnnn," ucap Acasia terkekeh yang kemudian mendapatkan geplakan pelan di bahu gadis tersebut.

"ArRayyan Athair bukan?"

"Itu tahu. Mbak kenal?"

"Oh my God," monolog Zyska dengan mata yang kembali membola.

•••

ArRayyan Athair memutar kursi hitam besar kebanggaan sahabatnya Sean Alfarizi dengan brutal, pria 33 tahun tersebut beberapa kali terdengar menghela nafas pelan seraya memainkan ujung pena yang sudah digigitnya sedari tadi.

"Bang," panggil nya dengan suara agak serak.

Sean Alfarizi yang sedang menikmati makan siang dari sofa abu-abu ditengah ruangan hanya berdeham malas menjawab, meeting belum sepenuhnya selesai jeda untuk makan siang dimanfaatkan Sean untuk menandatangani beberapa berkas sembari makan dengan lahap.

"Bang," lagi panggil Rayyan kali ini berhenti memutar kursi dan sepenuhnya menghadap Sean.

"Apa? makan siang dulu sana."

"Bang, gue pindah kerja di sini ya?"

Sean mengangkat kepala dengan wajah datar melihat sang teman yang sekarang sedang menaik turunkan alis nya.

"ATRHmedia bangkrut?"

"Amit-amit," sambar Rayyan cepat seraya mengetuk meja dihadapannya beberapa kali.

Sean sudah menggelengkan kepala melihat teman nya tersebut yang kembali nyengir, sosok berbeda yang ditampilkan Rayyan ketika berjumpa dengan orang-orang di luar sana, dingin tegas dan mengintimidasi ketika berhadapan atau pun berbicara.

"Terus?"

"Nabrak."

"Konyol."

Rayyan mengangkat kedua bahunya malas tak lagi duduk kini pria berkemeja putih dengan dasi senada dengan celananya tersebut sudah berdiri menuju pintu keluar, Sean menoleh dengan wajah datar.

"Mau kemana?"

"Makan," jawab Rayyan singkat.

"Ini," tunjuk Sean kearah kotak makan berwarna putih diatas meja. "Makan siang lo."

"Ke kantin."

"Tumben?"

"Mau cari yang seger-seger."

"Apaan?" tanya Sean lagi agak kepo.

Rayyan kembali mengangkat bahunya, kali ini dengan cengiran lebar sebelum menutup pintu ruangan Sean. "Ale-ale, kan seger panas-panas begini."

Sean agak melongok kemudian menoleh kearah kaca jendela ruangannya nya, "panas nya dari mana sih? ini habis hujan malahan."

•••

"Hai Le," sapaa Rayyan yang sudah mengambil tempat duduk di sisi kanan Zyska.

Zyska yang baru saja menuntaskan suapan terakhir nasi soto nya agak tersentak dengan kehadiran teman bos besarnya tersebut. "Long time no see," ucap Rayyan singkat dengan sedikit senyuman yang membuat Acasia terpekik pelan.

Zyska menoleh menggeplak gadis selebor tersebut pelan, Rayyan terkekeh melihatnya.

"Iya," jawab Zyska singkat.

"Udah ingat kan aku siapa?"

Zyska mengangguk pelan, "iya. Sorry tadi sempat ngeblank Pak Rayyan banyak berubah."

"Makin ganteng kan pastinya," ucap Rayyan dengan tangan yang sudah terlipat diatas meja.

"Anjir," ceplos Acasia pelan lalu menutup mulut nya cepat setelah sadar apa yang baru saja gadis itu ucapkan kepada ArRayyan. Zyska meringis menanggapi lelucon zaman dulu Rayyan yang tak pernah berubah.

"Udah nikah?" tanya Rayyan kali ini blak-blakan.

"Hah?"

"Janda?" lanjutnya kembali, "ditinggal mati atau ditinggal selingkuh?" tanya Rayyan dengan pandangan lurus, rahang tegas nya sudah mengeras sedari tadi.

"Jomblo," jawab Zyska tegas dengan sorot mata datar. Rayyan terkekeh mendengarnya.

"Jomblo? kirain udah nikah sama  pacar kamu itu."

Zyska menghela nafas malas meladeni ArRayyan yang sekarang sudah memasang wajah tengil andalan nya. "Jangan tersinggung, aku nggak mau aja di anggap pencuri cinta orang lain. Kenapa gagal nikah? pacar kamu itu berpaling atau minggat?" tanya Rayyan bertubi-tubi, Zyska kembali menghela nafas berat sementara Acasia meringis bercampur kepo berada di situasi yang salah seperti saat ini.

"Kepo," ucap Zyska akhirnya. Acasia terkikik sendiri, sementara Rayyan mendengus pelan dan ikut terkekeh pula.

"Ya nggak apa-apa kepo yang penting ada faedahnya," celetuk Rayyan masih dengan senyum tipis.

"Faedahnya apaan coba?" tanya Zyska agak penasaran.

"Kepo," balas Rayyan yang sudah berdiri dari duduknya.

Zyska mengangga tak percaya mendengar penuturan Rayyan, sementara Acasia sudah tak bisa lagi membendung tawa nya yang sekarang sudah terbahak sendiri.

"Sampai ketemu lagi Ale-ale, saya pastikan kita akan terus bertemu," ucap Rayyan tepat di hadapan Zyska yang masih bengong, pria tersebut terkekeh kecil kemudian menyentil ujung hidung mungil Zyska dan berbalik meninggalkan area kantin yang sudah agak sepi sekarang.

"Astaga," umpat Zyska yang sudah menepuk nepuk kedua pipi nya pelan.

"Mbak Zyska hutang cerita sama Aca. Aca mau versi lengkap nya," tagih gadis cantik disebelah Zyska.

"Apanya?"

"Cerita lengkap gimana ceritanya Pak Rayyan si super otoriter itu bisa jadi lunak begini? bandeng presto kalah lunaknya."

"Ngacok kamu, udah balik ke ruangan ayo."

Zyska berdehem pelan dan mendelik sesaat karena sadar wajah nya agak memerah sekarang,  Zyska merutuki kehidupannya mulai hari ini terlepas dari apa yang akan gadis ini hadapi kedepannya karena Zyska tahu ArRayyan adalah laki-laki yang penuh kejutan kadang jalan pikiran pria tersebut tak pernah bisa Zyska pahami sejak dulu, sejak pria tersebut pergi menduakan perasaannya.

•••

"Ale-Ale."

Zyska mengangkat kepala dengan dahi berkerut, setahu Zyska panggilan sayang tersebut disematkan untuknya dulu saat masih masih kuliah. Zyska semakin memperdalam kerutan di kepalanya saat kedua netra coklatnya bertatapan langsung dengan sosok asing ini, pria tinggi yang sudah tersenyum simpul dengan kedua tangan yang di simpan dibalik kantong celana hitamnya

"I-ya," jawab Zyska agak terbata.

Pria tampan berkulit agak coklat itu masih tersenyum kali ini lebih lebar dengan tangan yang terjulur siap menyalami Zyska, yang disambut dengan kaku oleh gadis tersebut.

"Long time no see?" ucap nya singkat, suaranya agak serak jika Zyska tak salah dengar.

Zyska agak mengerjap sesaat memastikan bahwa memori dan isi otaknya masih sehat untuk mengingat hal-hal kecil semacam ini, pria dihadapan Zyska terkekeh dan pada akhirnya beralih pandang dengan kedua alis yang sempat meninggi tadi.

"Sudah dimulai?" tanya pria tersebut kepada salah satu gadis muda yang duduk disebelah Zyska.

"Belum pak. Silahkan," ujarnya seraya menunjukan jalan menuju ruangan meeting besar pemegang saham hari ini.

"Mbak."

Zyska kembali menoleh, kali ini Acasia gadis cantik berkemeja putih dengan vest coklat muda yang memanggilnya dengan berbisik.

"Mbak kenal Pak Rayyan?"

Zyska menggeleng agak ragu, masih menyimak apa yang akan Acasia katakan selanjutnya. "Itu GM ATRHmedia mbak, teman akrab nya Pak Sean," bisik Acasia kembali.

"Ooh, orang ganteng temenan sama orang ganteng juga ya? adil banget dunia," ujar Zyska terkekeh.

"Masa nggak tau, kan sering ikut Pak Sean kalau ke cabang."

"Nggak tau iih, nggak pernah ketemu."

Zyska terkekeh pelan, kembali menarik beberapa lembar kertas yang harus diperiksanya satu per satu. Hari ini memang akan berlangsung meeting pemegang saham di Prasmedia tempat Zyska mencari lembaran rupiah sejak 7 tahun yang lalu, keinginannya untuk resign di tahun ini agak nya tak terealisasi, belum apa-apa saja Zyska sudah dipindahkan ke kantor pusat dan langsung naik jabatan menjadi manajer keuangan, bagaimana mungkin gadis 33 tahun tersebut bisa menolak jika dihadapannya sudah terpampang bagaimana menggiurkannya bonus-bonus yang didapatkan ketika menjadi manajer.

Klasik!!!

Hal utama yang membuat Zyska menerima tawaran tersebut adalah untuk pergi dan meninggalkan patah hati  yang diterimanya 6 bulan yang lalu, Arlion sang mantan kekasih -boleh kan Zyska menyebutnya seperti itu- menghilang ketika Zyska pertanyakan keseriusan hubungan mereka, pria itu lenyap tak berkabar begitupun gadgetnya tiba-tiba diluar jangkauan, mungkin pindah planet umpat Zyska saat itu.

Jika mengingat hal tersebut Zyska rasa nya ingin bunuh diri saja, bagaimana tidak menjalin hubungan selama dua tahun tak menjamin berakhir lancar, Zyska ditinggalkan begitu saja dengan rasa malu yang luar biasa terlebih dihadapan kedua orang tua nya.

"Mbak," panggil Acasia lagi. "Malah bengong."

Zyska terkekeh sendiri, "udah kerja jangan banyak bercanda."

Zyska kembali merapikan lembaran kertas, menumpuk buku tamu undangan meeting besar hari ini. Kegiatannya terhenti ketika tanpa sengaja pandangan mata gadis tersebut memindahi satu nama yang tak asing di kehidupan lama nya.

"ArRayyan?" monolog Zyska dengan mata membola, "Ca. ArRayyan ini siapa?" tunjuk Zyska kepada Acasia yang masih duduk manis disampingnya.

"Pak Rayyan mbak, itu yang tadi."

"Nama panjangnya?"

"Rayyannnnnnnnnn," ucap Acasia terkekeh yang kemudian mendapatkan geplakan pelan di bahu gadis tersebut.

"ArRayyan Athair bukan?"

"Itu tahu. Mbak kenal?"

"Oh my God," monolog Zyska dengan mata yang kembali membola.

•••

ArRayyan Athair memutar kursi hitam besar kebanggaan sahabatnya Sean Alfarizi dengan brutal, pria 33 tahun tersebut beberapa kali terdengar menghela nafas pelan seraya memainkan ujung pena yang sudah digigitnya sedari tadi.

"Bang," panggil nya dengan suara agak serak.

Sean Alfarizi yang sedang menikmati makan siang dari sofa abu-abu ditengah ruangan hanya berdeham malas menjawab, meeting belum sepenuhnya selesai jeda untuk makan siang dimanfaatkan Sean untuk menandatangani beberapa berkas sembari makan dengan lahap.

"Bang," lagi panggil Rayyan kali ini berhenti memutar kursi dan sepenuhnya menghadap Sean.

"Apa? makan siang dulu sana."

"Bang, gue pindah kerja di sini ya?"

Sean mengangkat kepala dengan wajah datar melihat sang teman yang sekarang sedang menaik turunkan alis nya.

"ATRHmedia bangkrut?"

"Amit-amit," sambar Rayyan cepat seraya mengetuk meja dihadapannya beberapa kali.

Sean sudah menggelengkan kepala melihat teman nya tersebut yang kembali nyengir, sosok berbeda yang ditampilkan Rayyan ketika berjumpa dengan orang-orang di luar sana, dingin tegas dan mengintimidasi ketika berhadapan atau pun berbicara.

"Terus?"

"Nabrak."

"Konyol."

Rayyan mengangkat kedua bahunya malas tak lagi duduk kini pria berkemeja putih dengan dasi senada dengan celananya tersebut sudah berdiri menuju pintu keluar, Sean menoleh dengan wajah datar.

"Mau kemana?"

"Makan," jawab Rayyan singkat.

"Ini," tunjuk Sean kearah kotak makan berwarna putih diatas meja. "Makan siang lo."

"Ke kantin."

"Tumben?"

"Mau cari yang seger-seger."

"Apaan?" tanya Sean lagi agak kepo.

Rayyan kembali mengangkat bahunya, kali ini dengan cengiran lebar sebelum menutup pintu ruangan Sean. "Ale-ale, kan seger panas-panas begini."

Sean agak melongok kemudian menoleh kearah kaca jendela ruangannya nya, "panas nya dari mana sih? ini habis hujan malahan."

•••

"Hai Le," sapaa Rayyan yang sudah mengambil tempat duduk di sisi kanan Zyska.

Zyska yang baru saja menuntaskan suapan terakhir nasi soto nya agak tersentak dengan kehadiran teman bos besarnya tersebut. "Long time no see," ucap Rayyan singkat dengan sedikit senyuman yang membuat Acasia terpekik pelan.

Zyska menoleh menggeplak gadis selebor tersebut pelan, Rayyan terkekeh melihatnya.

"Iya," jawab Zyska singkat.

"Udah ingat kan aku siapa?"

Zyska mengangguk pelan, "iya. Sorry tadi sempat ngeblank Pak Rayyan banyak berubah."

"Makin ganteng kan pastinya," ucap Rayyan dengan tangan yang sudah terlipat diatas meja.

"Anjir," ceplos Acasia pelan lalu menutup mulut nya cepat setelah sadar apa yang baru saja gadis itu ucapkan kepada ArRayyan. Zyska meringis menanggapi lelucon zaman dulu Rayyan yang tak pernah berubah.

"Udah nikah?" tanya Rayyan kali ini blak-blakan.

"Hah?"

"Janda?" lanjutnya kembali, "ditinggal mati atau ditinggal selingkuh?" tanya Rayyan dengan pandangan lurus, rahang tegas nya sudah mengeras sedari tadi.

"Jomblo," jawab Zyska tegas dengan sorot mata datar. Rayyan terkekeh mendengarnya.

"Jomblo? kirain udah nikah sama  pacar kamu itu."

Zyska menghela nafas malas meladeni ArRayyan yang sekarang sudah memasang wajah tengil andalan nya. "Jangan tersinggung, aku nggak mau aja di anggap pencuri cinta orang lain. Kenapa gagal nikah? pacar kamu itu berpaling atau minggat?" tanya Rayyan bertubi-tubi, Zyska kembali menghela nafas berat sementara Acasia meringis bercampur kepo berada di situasi yang salah seperti saat ini.

"Kepo," ucap Zyska akhirnya. Acasia terkikik sendiri, sementara Rayyan mendengus pelan dan ikut terkekeh pula.

"Ya nggak apa-apa kepo yang penting ada faedahnya," celetuk Rayyan masih dengan senyum tipis.

"Faedahnya apaan coba?" tanya Zyska agak penasaran.

"Kepo," balas Rayyan yang sudah berdiri dari duduknya.

Zyska mengangga tak percaya mendengar penuturan Rayyan, sementara Acasia sudah tak bisa lagi membendung tawa nya yang sekarang sudah terbahak sendiri.

"Sampai ketemu lagi Ale-ale, saya pastikan kita akan terus bertemu," ucap Rayyan tepat di hadapan Zyska yang masih bengong, pria tersebut terkekeh kecil kemudian menyentil ujung hidung mungil Zyska dan berbalik meninggalkan area kantin yang sudah agak sepi sekarang.

"Astaga," umpat Zyska yang sudah menepuk nepuk kedua pipi nya pelan.

"Mbak Zyska hutang cerita sama Aca. Aca mau versi lengkap nya," tagih gadis cantik disebelah Zyska.

"Apanya?"

"Cerita lengkap gimana ceritanya Pak Rayyan si super otoriter itu bisa jadi lunak begini? bandeng presto kalah lunaknya."

"Ngacok kamu, udah balik ke ruangan ayo."

Zyska berdehem pelan dan mendelik sesaat karena sadar wajah nya agak memerah sekarang,  Zyska merutuki kehidupannya mulai hari ini terlepas dari apa yang akan gadis ini hadapi kedepannya karena Zyska tahu ArRayyan adalah laki-laki yang penuh kejutan kadang jalan pikiran pria tersebut tak pernah bisa Zyska pahami sejak dulu, sejak pria tersebut pergi menduakan perasaannya.

•••

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status