Share

2. ArRayyan Athair

ArRayyan Athair Dermawan telahir dengan gelar tuan muda di hadapan nama nya. Pria tinggi dengan tubuh tegap serta dada seluas samudra tersebut genap berusia 33 tahun ini.   

Ayahnya, Hartono Dermawan adalah salah satu pengusaha batu bara sukses di Kalimantan.

Sedangkan Ibunya Widia Astari penggerak kerajinan tangan yang selalu wara-wiri di acara budaya maupun perekonomian, menjadi salah satu pembicara yang selalu dinantikan kehadirannya.

Pria ini cerdas wawasan nya luas, perfectsionis, punya banyak ketertarikan ATHRMedia salah satu nya perusahaan yang bergerak di bidang penyiaran dan periklanan tersebut sangat diperhitungkan keberadaan nya.

Seakan hidup hanya berputar untuk Rayyan begitu lah pria muda tersebut di sapa, segala isi kepala yang diberkahi dengan otak encer dan finansial yang tak akan habis, Rayyan juga mendapatkan jakpot besar karena terlahir dengan wajah rupawan.

Wajahnya tegas dengan rahang kuat, kulit nya agak kecoklatan khas orang Indonesia suaranya berat sedikit serak, tatapan nya membuat penasaran, ucapan nya mengintimidasi tak suka di bantah, suka berdebat, orang-orang yang tak mengenal Rayyan akan berfikir pria ini  arogan tapi di balik benteng serta citra kuat yang di bangun nya beribu alasan menghantui di belakang pria tampan tersebut.

Tanyakan apa saja kepada nya pasti akan di jawab dengan tepat bahkan sang otak encer seperti Sean Alfarizi pun sering bertanya kepada nya, Rayyan sangat terkenal di kalangannya dengan otak cerdas wawasan luas serta pendebat terbaik tampan dan kaya raya, coba tanyakan saja tukang parkir di mini market depan komplek pasti tahu siapa ArRayyan Athair Dermawan.

Tak seperti Sean yang sangat ramah Rayyan selalu menunjukan wajah dingin nya, lirikan nya tajam bicara nya blak-blakan tapi ketika tersenyum pria dengan tinggi 186cm tersebut akan menunjukan senyum melengkung yang bisa menunjukan lekukan kecil di pipi sebelah kanan nya.

Rayyan adalah sosok tegas penuh perhitungan dan sensitif, dia akan mudah tersinggung ketika disenggol tentang pekerjaan dan perusahaan nya yang dianggap sebagai warisan dari sang Ayah, Rayyan telah membuktikan bahwa kemajuan dari ATHRMedia adalah buah dari kesungguhannya bukan warisan seperti yang orang-orang bicarakan, terbukti Rayyan menjadi salah satu dari 100 pengusaha muda terkaya versi majalah Forbes belum lama ini.

Tak pernah terlihat dekat dengan perempuan nyata nya Rayyan menyimpan luka cinta pertama nya dengan rapat, selalu menghabiskan waktu bersama Ibu atau adik perempuannya saat weekend, Rayyan sangat menyukai kebersamaan di keluarga nya walaupun kedua adik nya selalu mengompori sang Ibu untuk segera mencari jodoh untuk sang Abang yang di rasa akan menjadi bujang lapuk sebentar lagi.

Pria tampan ini selalu open tentang perempuan, tak membatasi pergaulan sesekali bahkan Rayyan selalu menjadi nyamuk di antara Sean dan tunangan nya, Rayyan mudah akrab dengan siapa saja siapa yang tak terpesona dengan senyum melengkung nya bahkan ketika serius pun wajah nya masih terlalu tampan, jadi jangan salahkan Rayyan jika banyak yang merasa di berikan harapan palsu oleh pria ini.

Rayyan bukan tak tahu bahwa Ibu nya sudah sangat-sangat menginginkan menantu, beberapa kali Rayyan dipaksa berkencan dengan beberapa wanita pilihan sang Ibu tapi lagi-lagi berakhir sama Rayyan akan menghilang keesokan hari nya, tinggal lah rumah besar keluarga Dermawan yang menjadi bising karena di datangi wanita-wanita yang dicampakan ArRayyan begitu saja dikencan pertama mereka.

•••

Rayyan mengangkat kepalanya ketika sang Ibunda meletakkan beberapa lembar kertas yang tertutup dihadapannya dan Rayyan sudah tahu pasti apa itu, makanya pria tinggi tersebut tak bergeming sedikitpun.

Rayyan menghela nafas pelan begitu melihat senyuman cerah sang Ibu yang sekarang sudah duduk manis dengan kedua tangan saling bertumpukan di atas meja.

"Di lihat dulu atuh Bang?" ucap Astari sang Ibu yang masih tersenyum siap menghadapi reaksi sang sulung.

Rayyan tak menghiraukan sedikitpun malah kembali melanjutkan sarapan paginya.

"Bang," panggil Astari kembali kali ini mengelus tangan Rayyan. "Ketemu aja dulu Bang, kan kalau nggak sreg udahan kayak biasanya."

"Ibun please,"  ucap Rayyan akhirnya tanpa menoleh.

"Abang please!" balas sang Ibu agak serius. "Kalau kali ini nggak cocok lagi Abang boleh hidup membujang selama-lamanya," ungkap Astari sedikit mengeram.

"Uhuk, uhuk." Rayyan terbatuk begitu mendengar ucapan putus asa sang Ibu, teh hangat yang baru saja diseruputnya sudah muncrat kemana-mana.

"Mulai drama anak bujang dan sang Ibu perihal mencari menantu," ejek Raisa si bungsu yang baru saja ikut bergabung di meja makan.

Astari menoleh dengan wajah judes memperingatkan Raisa untuk tidak ikut ambil bagian.

"Ibun ngomong apa sih, siapa bilang Abang mau ngebujang seumur hidup? enggak lah."

"Terus?" tanya Astari penasaran. Raisa menunggu jawaban apalagi yang akan Abangnya itu lontarkan.

"Belum ketemu. Kalau udah ketemu langsung Abang ajak ke penghulu," ucap Rayyan ringan. Astari menghela nafas pendek sementara Raisa berdecih sendiri.

"Ngapain ke penghulu? ngelamar kerja?" kali ini Radit adik kedua Rayyan yang menyahut. Pemuda tampan dengan senyum pipi bolong tersebut nyengir ikut bergabung di meja makan.

Rayyan menoleh enggan, ketiga pasang mata yang sekarang sudah duduk melingkar di hadapannya itu menunggu dengan sabar keputusan apa yang akan Abang mereka utaran setelah ini.

"Yaudah kali ini Abang mesti lihat dulu ya ya ya ya? kalau nggak sreg, Ibun nggak bakal maksa lagi."

Rayyan kembali menghela nafas pelan melihat Ibunya sekilas dan hal yang sama pun dilakukan sang wanita setengah abad tersebut.

"Apa lagi yang Abang cari ibun pengen tau?"

Rayyan mencoba berfikir, pria tinggi pemilik senyum manis yang hampir tak pernah ia tunjukan tersebut menimang-nimang dengan sorot mata malas.

"Cantik kaya pintar," ucap Rayyan mantap. Astari sang ibu hanya melongok kemudian mengeplak anak bujangnya pelan.

"Mana ada yang begituan?" protes sang ibu cepat.

Rayyan nyengir dengan kedua bahu terangkat, kedua adiknya geleng-geleng kepala menanggapi omongan ngawur sang Abang.

"Kalau ada yang model begituan Kakak juga mau," sahut Radit asal.

"Udah deh Bang, kali ini nikah aja udah. Raisa yang pusing tiap hari Ibun selalu cerita tentang cucu teman-temannya, jangan sampai nih ya kita berdua yang disuruh kawin duluan," oceh Raisa sembari menyomot telur mata sapi dari piring Radit yang langsung menampar pelan tangan adik bungsunya tersebut.

"Kalau kalian udah siap, ya lanjut aja," ujar Rayyan dengan kedua alis meninggi.

"Gila," jawab kedua adiknya kompak. Sang ibu kembali menghela nafas pelan, nafsu makannya tiba-tiba lenyap begitu saja.

"Udah lah nggak ada emang yang ngerti sama kemauan ibun dirumah ini selain bapak kalian," ucap Astari putus asa.

Kedua adik Rayyan kompak menoleh menatap sang Abang dengan tatapan datar dengan mulut yang terus mengunyah sarapan pagi mereka, Astari sudah beranjak menuju taman anggrek belakang, kebanggannya.

"Udah tau emaknya tukang buat drama, masih aja diajakin bercanda."

Raisa mengangguk setuju membenarkan ucapan si Kakak, "jangan-jangan lo nggak suka cewek ya Bang?" tebak Raisa ngasal.

Sendok teh yang sedari tadi digunakan Rayyan untuk mengaduk sudah siap melayang sebelum akhirnya diurungkan pria tinggi tersebut karena melihat sang Ibu yang sudah kembali kedalam rumah kali ini menuju kamar.

"Udah dibujuk aja sana, ribet nanti satu rumah kena getahnya," kata Radit yang sudah mengembalikan kursi makannya ketempat semula.

"Mau kemana?" tanya Raisa menimpali.

"Gowes dong. Punya pacar juga, enak tau."

"Heleh norak, putus gua sumpahin," maki Raisa kesal.

"Bacot!!!" umpat Radit sebelum berlari kecil keluar rumah.

Raisa kembali menoleh menatap Abangnya yang belum juga beranjak menyusul sang Ibu, "udah Bang di bujuk sana."

Rayyan menggaruk dahi nya pelan kemudian beranjak menggeser kursi dengan pelan, "payah cewek di mana-mana selalu benar."

"Dih," umpat Raisa kesal dengan tatapan sanggar.

"Ibun, Abang masuk ya?"

Widia Astari sedang menonton drama kesukaannya saat ini, masih terlalu pagi memang Rayyan saja sampai mengerutkan kening begitu menoleh kearah tv.

Sang Ibu berdehem pelan pura-pura fokus mengamati setiap adegan yang disajikan padahal hati nya sudah tak sabar mendengar kata -iya Abang mau nikah Ibun boleh pilih yang mana saja- Rayyan berguling disebelah Ibu nya mengamati wajah cantik wanita beranak tiga tersebut dengan senyum mengembang.

"Abang udah lama nggak tidur disini ya Bun?" umpan Rayyan hampir terkekeh karena raut wajah akrab sang Ibu kembali horor. "Ibun," lanjut Rayyan kembali. "Abang bukan nya nggak mau nikah sama pilihan Ibun, tapi kan ini tuh menikah seumur hidup bukan sehari dua hari doang kan Bun. Ibun takut Abang jadi perjaka tua? oh tidak bisa sungguh wajah tampan warisan Ibun sama Bapak ini adalah anugrah yang luar biasa, jangan khawatir ya Bun jauhin pikiran jahat begitu."

"Terus?" tagih sang Ibun penasaran karena Rayyan yang tiba-tiba diam agak terlena dengan adegan dari drama yang ditonton sang ibu.

"Terus Ibun nya mesti sabar, Abang pastiin bakal nikah kok cuma___"

"Cuma apa?" sambar Astari cepat yang sudah tak sabar mendengar ucapan selanjutnya dari sang sulung.

"Cuma Ibun harus sabar."

"Coba itu di hitung berapa tahun Ibun udah sabar?!"

Rayyan terkekeh sendiri mendengar jawaban sang ibu. "Kalau Abang pepet langsung nanti takut dia nya, Ibun nggak jadi dapet mantu."

Widia Astari tersenyum cerah tak digubrisnya lagi acara tv favoritnya tersebut karena sekarang sepenuhnya tertuju kepada Rayyan yang ditariknya untuk duduk.

"Anak mana?" tanya Widia Astari menggebu.

"Anak emak bapak nya," jawab Rayyan asal yang kemudian mendapat cubitan kecil di paha kirinya.

"Abang?"

"Hehehe, adalah pokonya."

"Cantik?"

"Nggak cantik sih Bun cuma bikin gemes," ungkap Rayyan yang kembali tiduran.

Astari yang mendengarnya semakin tak sabar karena begitu Rayyan menceritakan sosok wanita gemas tersebut tanpa sadar Rayyan tersenyum lebar dengan hidung berkerut yang menandakan anaknya tersebut sangat amat tersipu, Widia Astari tahu betul kebiasaan anak nya.

"Abang kenal dimana?"

"Temen kosan dulu," ucap Rayyan yang kembali fokus menonton.

"Kok Ibun nggak tau, jadi Abang udah lama suka gitu? bukan istri orang kan Bang?"

"Kepoooo," ujar Rayyan yang berlari kencang keluar kamar sang Ibun yang sudah mengoceh tak karuan.

"ARRAYYAN IBUN KUTUK KAMU MAKIN GANTENG BARU TAU RASA, DASAR ANAK TIDAK BERTANGGUNG JAWAB," oceh sang Ibun yang masih bisa Rayyan dengar dengan jelas. Karena setelah nya sang pria tersebut mengilang menuju ke lantai dua rumah dengan beribu ide gila di dalam otak nya yang di dapatkan Rayyan tadi setelah menonton drama favorit sang Ibunda tersayang.

•••

ArRayyan Athair Dermawan telahir dengan gelar tuan muda di hadapan nama nya. Pria tinggi dengan tubuh tegap serta dada seluas samudra tersebut genap berusia 33 tahun ini.   

Ayahnya, Hartono Dermawan adalah salah satu pengusaha batu bara sukses di Kalimantan.

Sedangkan Ibunya Widia Astari penggerak kerajinan tangan yang selalu wara-wiri di acara budaya maupun perekonomian, menjadi salah satu pembicara yang selalu dinantikan kehadirannya.

Pria ini cerdas wawasan nya luas, perfectsionis, punya banyak ketertarikan ATHRMedia salah satu nya perusahaan yang bergerak di bidang penyiaran dan periklanan tersebut sangat diperhitungkan keberadaan nya.

Seakan hidup hanya berputar untuk Rayyan begitu lah pria muda tersebut di sapa, segala isi kepala yang diberkahi dengan otak encer dan finansial yang tak akan habis, Rayyan juga mendapatkan jakpot besar karena terlahir dengan wajah rupawan.

Wajahnya tegas dengan rahang kuat, kulit nya agak kecoklatan khas orang Indonesia suaranya berat sedikit serak, tatapan nya membuat penasaran, ucapan nya mengintimidasi tak suka di bantah, suka berdebat, orang-orang yang tak mengenal Rayyan akan berfikir pria ini  arogan tapi di balik benteng serta citra kuat yang di bangun nya beribu alasan menghantui di belakang pria tampan tersebut.

Tanyakan apa saja kepada nya pasti akan di jawab dengan tepat bahkan sang otak encer seperti Sean Alfarizi pun sering bertanya kepada nya, Rayyan sangat terkenal di kalangannya dengan otak cerdas wawasan luas serta pendebat terbaik tampan dan kaya raya, coba tanyakan saja tukang parkir di mini market depan komplek pasti tahu siapa ArRayyan Athair Dermawan.

Tak seperti Sean yang sangat ramah Rayyan selalu menunjukan wajah dingin nya, lirikan nya tajam bicara nya blak-blakan tapi ketika tersenyum pria dengan tinggi 186cm tersebut akan menunjukan senyum melengkung yang bisa menunjukan lekukan kecil di pipi sebelah kanan nya.

Rayyan adalah sosok tegas penuh perhitungan dan sensitif, dia akan mudah tersinggung ketika disenggol tentang pekerjaan dan perusahaan nya yang dianggap sebagai warisan dari sang Ayah, Rayyan telah membuktikan bahwa kemajuan dari ATHRMedia adalah buah dari kesungguhannya bukan warisan seperti yang orang-orang bicarakan, terbukti Rayyan menjadi salah satu dari 100 pengusaha muda terkaya versi majalah Forbes belum lama ini.

Tak pernah terlihat dekat dengan perempuan nyata nya Rayyan menyimpan luka cinta pertama nya dengan rapat, selalu menghabiskan waktu bersama Ibu atau adik perempuannya saat weekend, Rayyan sangat menyukai kebersamaan di keluarga nya walaupun kedua adik nya selalu mengompori sang Ibu untuk segera mencari jodoh untuk sang Abang yang di rasa akan menjadi bujang lapuk sebentar lagi.

Pria tampan ini selalu open tentang perempuan, tak membatasi pergaulan sesekali bahkan Rayyan selalu menjadi nyamuk di antara Sean dan tunangan nya, Rayyan mudah akrab dengan siapa saja siapa yang tak terpesona dengan senyum melengkung nya bahkan ketika serius pun wajah nya masih terlalu tampan, jadi jangan salahkan Rayyan jika banyak yang merasa di berikan harapan palsu oleh pria ini.

Rayyan bukan tak tahu bahwa Ibu nya sudah sangat-sangat menginginkan menantu, beberapa kali Rayyan dipaksa berkencan dengan beberapa wanita pilihan sang Ibu tapi lagi-lagi berakhir sama Rayyan akan menghilang keesokan hari nya, tinggal lah rumah besar keluarga Dermawan yang menjadi bising karena di datangi wanita-wanita yang dicampakan ArRayyan begitu saja dikencan pertama mereka.

•••

Rayyan mengangkat kepalanya ketika sang Ibunda meletakkan beberapa lembar kertas yang tertutup dihadapannya dan Rayyan sudah tahu pasti apa itu, makanya pria tinggi tersebut tak bergeming sedikitpun.

Rayyan menghela nafas pelan begitu melihat senyuman cerah sang Ibu yang sekarang sudah duduk manis dengan kedua tangan saling bertumpukan di atas meja.

"Di lihat dulu atuh Bang?" ucap Astari sang Ibu yang masih tersenyum siap menghadapi reaksi sang sulung.

Rayyan tak menghiraukan sedikitpun malah kembali melanjutkan sarapan paginya.

"Bang," panggil Astari kembali kali ini mengelus tangan Rayyan. "Ketemu aja dulu Bang, kan kalau nggak sreg udahan kayak biasanya."

"Ibun please,"  ucap Rayyan akhirnya tanpa menoleh.

"Abang please!" balas sang Ibu agak serius. "Kalau kali ini nggak cocok lagi Abang boleh hidup membujang selama-lamanya," ungkap Astari sedikit mengeram.

"Uhuk, uhuk." Rayyan terbatuk begitu mendengar ucapan putus asa sang Ibu, teh hangat yang baru saja diseruputnya sudah muncrat kemana-mana.

"Mulai drama anak bujang dan sang Ibu perihal mencari menantu," ejek Raisa si bungsu yang baru saja ikut bergabung di meja makan.

Astari menoleh dengan wajah judes memperingatkan Raisa untuk tidak ikut ambil bagian.

"Ibun ngomong apa sih, siapa bilang Abang mau ngebujang seumur hidup? enggak lah."

"Terus?" tanya Astari penasaran. Raisa menunggu jawaban apalagi yang akan Abangnya itu lontarkan.

"Belum ketemu. Kalau udah ketemu langsung Abang ajak ke penghulu," ucap Rayyan ringan. Astari menghela nafas pendek sementara Raisa berdecih sendiri.

"Ngapain ke penghulu? ngelamar kerja?" kali ini Radit adik kedua Rayyan yang menyahut. Pemuda tampan dengan senyum pipi bolong tersebut nyengir ikut bergabung di meja makan.

Rayyan menoleh enggan, ketiga pasang mata yang sekarang sudah duduk melingkar di hadapannya itu menunggu dengan sabar keputusan apa yang akan Abang mereka utaran setelah ini.

"Yaudah kali ini Abang mesti lihat dulu ya ya ya ya? kalau nggak sreg, Ibun nggak bakal maksa lagi."

Rayyan kembali menghela nafas pelan melihat Ibunya sekilas dan hal yang sama pun dilakukan sang wanita setengah abad tersebut.

"Apa lagi yang Abang cari ibun pengen tau?"

Rayyan mencoba berfikir, pria tinggi pemilik senyum manis yang hampir tak pernah ia tunjukan tersebut menimang-nimang dengan sorot mata malas.

"Cantik kaya pintar," ucap Rayyan mantap. Astari sang ibu hanya melongok kemudian mengeplak anak bujangnya pelan.

"Mana ada yang begituan?" protes sang ibu cepat.

Rayyan nyengir dengan kedua bahu terangkat, kedua adiknya geleng-geleng kepala menanggapi omongan ngawur sang Abang.

"Kalau ada yang model begituan Kakak juga mau," sahut Radit asal.

"Udah deh Bang, kali ini nikah aja udah. Raisa yang pusing tiap hari Ibun selalu cerita tentang cucu teman-temannya, jangan sampai nih ya kita berdua yang disuruh kawin duluan," oceh Raisa sembari menyomot telur mata sapi dari piring Radit yang langsung menampar pelan tangan adik bungsunya tersebut.

"Kalau kalian udah siap, ya lanjut aja," ujar Rayyan dengan kedua alis meninggi.

"Gila," jawab kedua adiknya kompak. Sang ibu kembali menghela nafas pelan, nafsu makannya tiba-tiba lenyap begitu saja.

"Udah lah nggak ada emang yang ngerti sama kemauan ibun dirumah ini selain bapak kalian," ucap Astari putus asa.

Kedua adik Rayyan kompak menoleh menatap sang Abang dengan tatapan datar dengan mulut yang terus mengunyah sarapan pagi mereka, Astari sudah beranjak menuju taman anggrek belakang, kebanggannya.

"Udah tau emaknya tukang buat drama, masih aja diajakin bercanda."

Raisa mengangguk setuju membenarkan ucapan si Kakak, "jangan-jangan lo nggak suka cewek ya Bang?" tebak Raisa ngasal.

Sendok teh yang sedari tadi digunakan Rayyan untuk mengaduk sudah siap melayang sebelum akhirnya diurungkan pria tinggi tersebut karena melihat sang Ibu yang sudah kembali kedalam rumah kali ini menuju kamar.

"Udah dibujuk aja sana, ribet nanti satu rumah kena getahnya," kata Radit yang sudah mengembalikan kursi makannya ketempat semula.

"Mau kemana?" tanya Raisa menimpali.

"Gowes dong. Punya pacar juga, enak tau."

"Heleh norak, putus gua sumpahin," maki Raisa kesal.

"Bacot!!!" umpat Radit sebelum berlari kecil keluar rumah.

Raisa kembali menoleh menatap Abangnya yang belum juga beranjak menyusul sang Ibu, "udah Bang di bujuk sana."

Rayyan menggaruk dahi nya pelan kemudian beranjak menggeser kursi dengan pelan, "payah cewek di mana-mana selalu benar."

"Dih," umpat Raisa kesal dengan tatapan sangar.

"Ibun, Abang masuk ya?"

Widia Astari sedang menonton drama kesukaannya saat ini, masih terlalu pagi memang Rayyan saja sampai mengerutkan kening begitu menoleh kearah tv.

Sang Ibu berdehem pelan pura-pura fokus mengamati setiap adegan yang disajikan padahal hati nya sudah tak sabar mendengar kata -iya Abang mau nikah Ibun boleh pilih yang mana saja- Rayyan berguling disebelah Ibu nya mengamati wajah cantik wanita beranak tiga tersebut dengan senyum mengembang.

"Abang udah lama nggak tidur disini ya Bun?" umpan Rayyan hampir terkekeh karena raut wajah akrab sang Ibu kembali horor. "Ibun," lanjut Rayyan kembali. "Abang bukan nya nggak mau nikah sama pilihan Ibun, tapi kan ini tuh menikah seumur hidup bukan sehari dua hari doang kan Bun. Ibun takut Abang jadi perjaka tua? oh tidak bisa sungguh wajah tampan warisan Ibun sama Bapak ini adalah anugrah yang luar biasa, jangan khawatir ya Bun jauhin pikiran jahat begitu."

"Terus?" tagih sang Ibun penasaran karena Rayyan yang tiba-tiba diam agak terlena dengan adegan dari drama yang ditonton sang ibu.

"Terus Ibun nya mesti sabar, Abang pastiin bakal nikah kok cuma___"

"Cuma apa?" sambar Astari cepat yang sudah tak sabar mendengar ucapan selanjutnya dari sang sulung.

"Cuma Ibun harus sabar."

"Coba itu di hitung berapa tahun Ibun udah sabar?!"

Rayyan terkekeh sendiri mendengar jawaban sang ibu. "Kalau Abang pepet langsung nanti takut dia nya, Ibun nggak jadi dapet mantu."

Widia Astari tersenyum cerah tak digubrisnya lagi acara tv favoritnya tersebut karena sekarang sepenuhnya tertuju kepada Rayyan yang ditariknya untuk duduk.

"Anak mana?" tanya Widia Astari menggebu.

"Anak emak bapak nya," jawab Rayyan asal yang kemudian mendapat cubitan kecil di paha kirinya.

"Abang?"

"Hehehe, adalah pokonya."

"Cantik?"

"Nggak cantik sih Bun cuma bikin gemes," ungkap Rayyan yang kembali tiduran.

Astari yang mendengarnya semakin tak sabar karena begitu Rayyan menceritakan sosok wanita gemas tersebut tanpa sadar Rayyan tersenyum lebar dengan hidung berkerut yang menandakan anaknya tersebut sangat amat tersipu, Widia Astari tahu betul kebiasaan anak nya.

"Abang kenal dimana?"

"Temen kosan dulu," ucap Rayyan yang kembali fokus menonton.

"Kok Ibun nggak tau, jadi Abang udah lama suka gitu? bukan istri orang kan Bang?"

"Kepoooo," ujar Rayyan yang berlari kencang keluar kamar sang Ibun yang sudah mengoceh tak karuan.

"ARRAYYAN IBUN KUTUK KAMU MAKIN GANTENG BARU TAU RASA, DASAR ANAK TIDAK BERTANGGUNG JAWAB," teriak sang Ibun yang masih bisa Rayyan dengar dengan jelas. Karena setelah nya sang pria tersebut mengilang menuju ke lantai dua rumah dengan beribu ide gila di dalam otak nya yang di dapatkan Rayyan tadi setelah menonton drama favorit sang Ibunda tersayang.

•••

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status