Share

4. Masa lalu 1

Januari 2012

Kesempatan?Kita lagi gak main monopoli.

•ArRayyan Athair

Raisa: bang

Raisa: lu putusan sama Dea?

Rayyan tersentak, memandang hp nya dengan alis naik sebelah.

Raisa: gue lihat cewek lu, sama cowok lain. suap-suapan!

Raisa: mau gue wakilin gak buat nonjok cowoknya atau jambak si dea nya?!

Rayyan: terserah.

"Lagi?"

Dea mendongkak, menatap sosok tegap yang membelakanginya.

"Jangan coba-coba minta maaf," ujar sang pemuda dingin.

"Abang, jangan salah paham, aku bakal jelasin," rengek sang gadis penuh drama.

Sang pemuda menoleh tanpa senyum, entah mengapa wajah tampannya semakin menarik ketika sedang sangat serius.

"Kita sudah lama selesai ketika kamu pertama mencobanya, bukan memperbaiki kamu malah semakin jauh berlari. Untuk kesempatan? enggak, Abang orang yang cukup realistis. Orang yang sekali selingkuh akan terus mencoba buat selingkuh."

"Abang___"

Pemuda itu tersenyum tipis, meninggalkan sang cinta pertama yang masih tertegun duduk mencerna ucapan sang Abang yang dirasa memang pantas dia terima saat ini.

Rayyan undur diri pulang kembali ke Jakarta. Menepi dari rasa sakit hati yang dipendamnya, jauh terkunci dan tak akan pernah lagi dibuka untuk siapapun....

Dan itu ultimatum Rayyan untuk dirinya sendiri mulai saat ini.

"Abang berangkat Bun," pamit Rayyan.

"Abang bener gak kenapa-kenapa? atau mau diantar Pak Budi aja gimana?" bujuk sang ibu.

"Itu ajudan ibun bukan ajudan abang."

Sang Ibu mengangguk dengan senyum cantik, "hati-hati ya Bang, jangan ngebut ibun khawatir.

"Abang cuma pulang ke kosan Bun, bukan mau ikut perang."

Radit sang tengah terkekeh mendengar ucapan tegas dari sang Abang, Ibunya melirik tak terima.

"Abang berangkat ya. Pamit sama Bapak sibuk bener kayaknya."

Astari mengangguk mengiyakan. "Hati-hati ya nak."

Rayyan mengangguk mantap.

Menyalakan mesin mobil kemudian berlalu dengan perasaan kosong, semangatnya menguap entah kemana...

Dari dalam pagar Dea hanya bisa memandang nanar.

"Bukankah cinta pertama sulit untuk dilupakan?aku janji bakal balikin perasaan Abang," monolog si gadis dengan senyum getir.

Magriban dulu Yan."

Bima sang Abang tertua dikosan menepuk pundak Rayyan pelan, pemuda tampan dengan mata runcing itu baru saja terbangun dari tidur sorenya.

Dengan sedikit menyipit karena pantulan lampu ruang tv Rayyan mengangguk mengiyakan perintah Bima, sementara kedua tangannya sibuk mengelap lensa kacamata bulatnya dengan pelan.

"Yan."

Rayyan menoleh ketika dirasa pundaknya ditepuk pelan, pemuda itu masih menyipit dengan dagu terangkat malas bersuara.

"Pinjam mobil sebentar boleh?" ucap Zyska dengan senyum mengembang.

Kali ini Rayyan mengernyitkan dahi, menatap Zyska dari atas sampai bawah.

"Mobil lo mana?" tanya pemuda itu akhirnya karena melihat Matahari dan Anin sudah berdiri disamping Zyska.

"Habis dicuci, sayang kan habis hujan nanti kotor lagi."

"Enggak. Lo pikir mobil gue nggak bakalan kotor," ucap Rayyan dingin lalu menutup pintu kamar dengan sedikit keras.

Zyska sudah mengangga melihatnya, "anjir!!!"

Matahari dan Anin sudah terbahak tak karuan menepuk nepuk pundak Zyska dengan gemas.

"Dibilangin gak percaya si lo," ucap Anin puas.

"Gila kikir pelit iri dengki banget tuh orang anjirr!!kenapa bisa banget satu kosan sama gue!!" umpat Zyska kesal, "gua sumpahin tuh ban mobil lu hilang sebelah!!" maki Zyska seraya menendang pintu kamar Rayyan.

"Kampret!!" ujar Matahari terbahak.

"Pada mau kemana?"

Bagas yang baru saja keluar kamarnya memandang bingung kearah tiga gadis tersebut yang masih bersungut sunggut di depan kamar Rayyan.

"Kepo."

Matahari dengan cepat menggeplak Zyska yang menjawab Bagas dengan jutek.

"Mau cari makan Gas, mau nganterin?"

"Kemana?"

"Doublyu, ayo dah buru!!" ujar Anin kesal.

"Yaudah ayo, sekalian jalan."

Zyska dan Anin tersenyum mengembang.

"Hayuk dah kalo lu maksa, gak bisa nolak orang cakep gua mah," puji Zyska cengengesan.

Bagas geleng-geleng kepala sementara Anin dan Matahari mendelik siap mengumpat Zyska yang dengan sok cantiknya menggoda sang Cokiber.

***

"Mbak ada kelas pagi?" tanya Belli kepo begitu melihat Zyska sedang rusuh membuka sarung mobilnya.

Rayyan dan Bagas serempak menoleh, hari masih pagi saat ini. Kedua pemuda tersebut bersama Belli sedang peregangan olahraga dihalaman," jawab Zyska tanpa menoleh.

"Iya," jawab Zyska singkat.

Rayyan sudah berbalik melanjutkan kegiatannya.

"Bang, bener jomblo sekarang?" ungkap Bagas tanpa basa basi.

Rayyan mengangguk mengiyakan pertanyaan Bagas.

"Beneran?"

"Kenapa?"

"Kagak," ucap Bagas cengengesan. "Takutnya hoax gitu tau-taunya balikan lagi kaya yang udah-udah heheh."

"Bahagia lo?" tanya Rayyan dingin.

"Kagak Bang elaaaah," tepis Bagas seraya memasang tangan dengan silang di depan dada.

"Halah!! seneng dia tuh Bang biar bisa menelin Abang lagi hahahah," ujar Belli yang langsung mendapat jitakan dari Bagas.

"Bel," panggil Rayyan dingin.

"Iya Bang, ampun heheh."

"Berhenti julit, gak bagus jangan jadi kebiasaan," lanjut Rayyan dengan wajah datar.

"I-iya Bang."

"Mampus," ejek Bagas tanpa suara takut-takut disemprot Rayyan.

"BURUAN SARAPAN SEMUA, NASI GORENG MENTEGANYA UDAH JADI," teriak Matahari dari depan pintu rumah.

"Ck, ini kosan apa hutan si isinya gak ada yang bener!!" maki Rayyan kesal, kemudian berlalu memasuki rumah yang diikuti Belli dan Bagas.

"Gila ya orang diam kalau lagi gak mood ngeri cuy, mendingan resek ya Gas kaya elu sama Lukman yang nyebelinnya kek setan," bisik Belli polos.

Bagas yang berjalan disebelah gadis itu menoleh dengan wajah datar kemudian menoyor si gadis keriting yang akan mengumpat tapi tak jadi karena Rayyan sudah melirik melihat kearah keduanya.

Rayyan baru saja akan memasuki dapur begitu melihat Khafi dan Bang Bima saling bertatapan sengit, diantara keduanya ada Zyska yang menyodorkan sepiring mie yang baunya sudah menghambur kemana mana.

Rayyan merogoh kantong celananya meraih hp yang bergetar sedari tadi, mengernyitkan dahi pemuda itu segera mereject panggilan telpon yang memang dihindarinya dari beberapa minggu yang lalu.

"Yan?"

"Oyy," jawab Rayyan sedikit terkejut. Dihadapannya ada Khafi yang sudah geleng-geleng.

"Ngelamun?

"Kagak."

Khafi mengangguk malas menjawab.

"Gak jadi makan lo?"

"Gak."

"Takut saingan?"

"Saingan apa njir?" jawab Khafi cengengesan.

Rayyan sudah mendelikan bahu tak perduli, "kalau serius gas lah jangan setengah-setengah."

"Sok tau kampret," ujar Khafi tak terima. Rayyan sudah terkekeh melihatnya. "Gua habis beli buku terbarunya Margie Marwel, mau dibahas gak?" tawar Khafi yang langsung dijawab dengan anggukan antusias Rayyan.

"Yan."

"Hmm," jawab Rayyan tanpa menoleh, Pemuda berkaca mata bulat itu masih serius dengan buku tebal ditangannya.

"Kira-kira nih ya kalau gue ngegas Zyska, berapa persen kemungkinan diterima menurut lo?"

Rayyan mengangkat kepalanya dengan dahi berkerut, bibir pemuda itu bahkan sudah mencebik bingung mau menjawab apa. "20%," jawabnya singkat.

"Serius? segitu doang?"

"Terus? gak mungkin gue bilang 100% kan? lo nya aja cupu di datengin Bang Bima langsung cabut."

"Iya sih," keluh Khafi dengan sedikit helaan nafasnya. "Apa gue lewat temen-temennya aja ya?"

Rayyan kembali mengangkat kepalanya, kali ini diikuti dengan menutup buku yang sedari tadi coba ditekuni sang Es batu.

"Suka pake banget lo? atau sekedar seneng lihat tampangnya aja?" tanya Rayyan blak-blakan dengan seringaian kecil diujung bibir.

Khafi mengangguk mengiyakan, "Zyska itu perfect dimata gua ya ini," ralat Khafi cepat sebelum Rayyan protes. "Dia bukan orang yang basa-basi dan gue suka tipe cewek begitu apalagi kalau udah senyum sama suara cemprengnya kalau ketawa!! damm she's cute and goddes u know??"

Rayyan geleng-geleng kepala melihat pengakuan Khafi yang sedikit mengerikan menurut Rayyan. "Sikat, diembat orang nangis lo," ucap Rayyan asal.

Khafi mengangguk-angguk mengiyakan, "apa gue lewat Matahari aja kali ya Yan? kan deket banget mereka?"

Rayyan kali ini melirik Khafi yang masih duduk didepan laptopnya dengan tangan mengusap usap dagu seolah sedang berfikir keras.

"Study mengatakan 99,99% mak comblang itu gak pernah berhasil, yang ada mereka yang kecantol. Jangan macem-macem Matahari sama Zyska pawangnya galak, mereka berantem lu yang habis. Berjuang sendiri lah lebih jantan."

"Siapa?"

"Apanya?"

"Pawangnya?"

"Anin," jawab Rayyan singkat. Alkhafi mengangguk angguk mengiyakan.

"Tapi saingan gue berat bro, Bang Bima anjir!!"

"Kalau gak dicoba mana tau geblek!! dah lah pusing gue ngobrol sama lu bahas buku kagak galauin cewek iya, gue pinjem dulu bukunya," ujar Rayyan sambil melambaikan buku tebal bersampul biru tersebut sebelum keluar dan berlalu dari kamar Rayyan.

"Sialan," umpat Rayyan kesal menghela nafas dalam-dalam, dan melanjutkan kegiatannya awalnya mensearcing g****e.

"1001 CARA MENDEKATI GADIS YANG ANDA SUKA"

"Rayyaaaannnn!!!!!! sialan!!" maki Zyska kasar gadis itu memalingkan wajah nya ke segala arah.

Matahari yang berada tepat disebelah Zyska langsung mengangkat kepala menoleh ke arah Rayyan dan terdiam dengan mulut sedikit terbuka tak percaya melihat pemandangan indah di hadapan nya sekarang.

"Rayyaaaann!!!" maki Aluna kasar sambil menggeplak pemuda itu dengan sadis.

"Apasih Mbak, sakit!!"

"Lo tuh ya kebiasaan keluar kamar mandi gak pernah pake baju, anak orang sawan noh!!"

Rayyan menoleh dengan senyum lebar, Zyska masih memalingkan wajahnya tak mau menoleh sedangkan Matahari jangan ditanya Rayyan sampai harus menoyor gadis itu karena mangap terlalu lebar.

Rayyan terkekeh geli sendiri, Aluna sudah rusuh mengusirnya dengan mendorong punggung pemuda itu untuk masuk kerumah.

"Iye Mbak, astaga!!!" kesal Rayyan tak terima.

"Buruan masuk sana, lagian kenapa mandi disini sih?"

"Ya suka-suka gue lah Mbak, kagak ada peraturannya juga kan?" tanya Rayyan masih terkekeh. "Rejeki nomplok lo berdua bisa lihat yang beginian," ejek Rayyan kepada Matahari dan Zyska yang masih dengan posisinya.

"Bocah edan!! masuk sana!!"

"Iye astaga bawel ya pantesan jomblo," ejek Rayyan kepada Aluna. Matahari sudah terbahak menertawai Aluna yang siap ngamuk.

Sebelum berlalu Rayyan dengan sengaja menghampiri Zyska yang masih tertunduk tak mau ikut ambil pusing, pemuda itu menoel bahu Zyska pelan sang gadis menoleh dengan mata kucing yang siap mengamuk.

"Apaa?!" maki Zyska kasar.

"Gimana?"

"Apanya!!!" raung gadis tersebut murka. Matahari cengengesan melihat keduanya.

"Jangan digodain ntar suka repot lo," ejek Matahari tak tahan melihat Rayyan yang mendelik sesudahnya.

"Rayyan minggat nggak lo!! Gua hajar ya!!" ancam Zyska kesal yang sudah mendelik kepada pemuda tersebut.

Rayyan terbahak melihatnya, kemudian berlari dengan cepat karena sandal Aluna sudah melayang hampir menghantam kepalanya.

"Baek-baek lo, suka gua sukurin paling kenceng!!" teriak Matahari yang kemudian mendapat geplakan ditangannya kencang.

"Ta? Udah pernah ngerasain santet belum?" ancam Zyska kesal. "Cucian lo lanjut itu!!" perintah Zyska yang semakin kesal.

Dari jauh Rayyan menoleh sekilas memperhatikan ketiga teman kosannya tersebut tanpa sadar sang pemuda tersenyum simpul dengan kedua mata terkunci menatap Zyska yang masih merengut kesal.

"Damm, so cute!!!" monolog Rayyan ditengah perjalananya memasuki rumah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status